Parkour ini termasuk olahraga yang mulai dikenal publik bahkan sudah tergabung dalam KORMI (Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia). Selain parkour, yang termasuk KORMI adalah skateboard, sepeda BMX, airsoft gun, b-boy, dan lainnya.
KORMI bidang parkour ini juga sering mengadakan kompetisi. Misalnya pada Januari 2023 lalu diadakan Indonesia Parkour Freerun Exebition (Ipfex) di Jakarta.
“Dari Riau ikut dua orang. Hanya saja kita belum berhasil memenangkan kompetisi ini,” ujar Dhani.
Ada sekitar 25 orang yang mengikuti kompetisi di Jakarta ini. Kompetisi yang dilakukan adalah saling kejar dan melewati berbagai rintangan yang disediakan. Ada lawan yang dikejar dan ada yang mengejar. Rintangan yang dihadapi sama. Jika bisa mencapai lawan, maka yang mengejar menang. Tapi jika tidak bisa memegang lawannya, maka yang di depan yang menang.
Selain menggunakan sarana yang ada seperti gedung, batu, atau kondisi alam lainnya, bisa juga dibuat alat sendiri menggunakan kayu dan besi. Dalam kompetisi, biasanya digunakan peralatan sendiri yang memang didesain khusus untuk obstacle atau rintangan parkour.
Tidak Kapok meskipun Cedera
Sebagai olahraga ekstrem, olahraga parkour ini rawan cedera. Bahkan hampir tidak ada anggota komunitas yang tidak pernah cedera. Hanya saja, risiko cedera itu harus diminimalisir sejak awal. Makanya tidak boleh berlatih sendiri tanpa ada pengawasan, apalagi bagi pemula.
“Saya sendiri pernah mengalami tulang bahu bergeser. Pergelangan kaki juga sudah sering cedera,” ujar Dhani.
Biasanya, cedera terjadi karena tidak hati-hati dalam melewati rintangan. Dhani sendiri pernah salah pendaratan atau landing usai melakukan lompatan. Kendati kerap cedera, tapi tidak ada yang sangat parah, misalnya patah tulang atau yang lebih parah dari itu seperti gegar otak, apalagi meninggal. Kalau cedera ringan sudah sering mereka alami. Apakah mereka kapok?
“Tidak juga. Biasanya istirahat kurang lebih 1 bulan, setelah itu main lagi,” ujar Dhani terkekeh.
Sejarah Parkour
Dhani juga menyampaikan sekilas tentang sejarah parkour. Olahraga ekstrem ini dikembangkan oleh David Belle, seorang anak asal Prancis. Saat masih kecil, dia kerap melihat ayahnya Raymond Belle, berlatih sebagai pemadam kebakaran militer Prancis. Cara latihan itulah yang membuatnya terinspirasi meniru dan mengembangkan gerakan-gerakan yang kini dikenal sebagai parkour.
Awalnya, sang ayah memperkenalkannya pada latihan methode naturalle dan juga latihan halang rintang. Gerakan tersebut ternyata membuat Belle tertarik untuk mendalaminya. Setiap pulang sekolah, Belle berlatih memainkan skenario meloloskan diri dari situasi yang sulit, dengan rintangan alam yang natural.