Tak Gentar Selamatkan Ular

Liputan Khusus | Minggu, 26 September 2021 - 10:27 WIB

Tak Gentar Selamatkan Ular
Amar PD ketika melepasliarkan seekor ular sanca batik (python reticulatus) di kawasan konservasi alam Kabupaten Kampar, Riau, Selasa (21/9/2021). (BBKSDA RIAU FOR RIAU POS)

Keaktifannya menjadi konten kreator animal ini sudah ia mulai sejak 2019. "Dulu nggak kepikiran. Tapi, ada teman yang mengusulkan. Jadi, dicoba saja. Ternyata banyak yang suka," ungkapnya yang pernah bertemu langsung dengan  National Geographic’s Reptile Expert, Brady Barr ini.

Amar juga sempat beberapa kali membuat konten bareng Panji Petualang. Sesama pecinta ular ini saling sharing, tukar cerita dan pengalaman mendebarkan selama menangani ular. Sampai kini, Amar juga masih aktif berkomunikasi dan sharing dengan konten kreator ternama itu.


Dari keaktifannya berbagi video aksinya bersama ular itu, Amar pun mengaku mendapatkan pundi-pundi yang terbilang lumayan. Jutaan rupiah per bulan bisa ia kantongi dari adsense YouTube ini. "Ya lumayanlah. Asal konsisten dan bisa mengemas kontennya semenarik mungkin," ungkapnya.

Ular Bukan Mainan
Sebagai pecinta ular sekaligus pemelihara ular, Amar mengingatkan kepada masyarakat untuk tepat berhati-hati jika ingin atau sedang memelihara ular. Bagaimanapun, ular tetap memiliki insting menyerang dan tak bisa 100 persen tenang.

Menurutnya, belakangan muncul fenomena atau tren memilihara ular king kobra di tengah masyarakat. Hal ini menurutnya hanya cocok dilakukan oleh orang yang paham dan memiliki ilmu tentang ular saja. "Banyak yang pelihara king kobra untuk jadi tenar. King kobra dicium-cium, digendong dan dipegang. Bahkan, ada yang sampai memotong taring bisa si ular. Ini sangat disayangkan. Kasihan ularnya. King kobra bukan mainan," tegasnya.

King kobra diakuinya memang bisa tenang, tapi bukan berarti jinak. Ular ini sangat mudah stres. Jika cara pegangnya salah, atau tangan kita bau makanannya, ular tetap bisa menggigit dan menyerang pemiliknya. "Banyak yang hanya tahu cara mencium dan memegangnya saja. Tapi tak tahu apa yang harus dilakukan kalau diserang ular. Akibatnya, nggak sedikit nyawa melayang akibat kelalaian ini," sambungnya lagi.

Karena itu, ia menyarankan baik kepada anggota komunitas maupun perorangan yang memelihara ular, untuk terus meng-upgrade ilmu tentang satwa liar tersebut. Pelajari apa yang mereka sukai, apa yang membuat mereka menyerang, karakter mereka, makanan hingga pertolongan pertama jika diserang.

Ia juga menyarankan kepada masyarakat yang ingin memelihara ular, untuk lebih bijak. "Ular sebenarnya bukan untuk dipelihara. Apalagi yang berbisa. Tapi, jika tetap ingin memelihara, pilihlah ular yang sudah jinak," sarannya.

Maksudnya ialah hindari memelihara ular yang baru saja ditangkap di alam liar karena cenderung agresif. Sebaliknya, pilihlah ular-ular yang sebelumnya pernah dipelihara oleh manusia karena biasanya lebih tenang.

Di samping itu, rawatlah ular dengan kasih sayang dan rasa tanggung jawab. Jaga nama baik sesama pemelihara ular. Jangan justru menyiksa dan melukainya dengan mencopot taringnya. Rajin bersihkan kandangnya dan beri makan secukupnya sesuai dengan keperluan si ular.***

Laporan SITI AZURA, Pekanbaru









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook