Persoalan lain yang membuat PDAM sakit adalah masalah budaya organisasi. Kemas mengakui, hampir seluruh karyawan PDAM sendiri tidak yakin kalau PDAM akan bisa lebih baik dari hari ini. ‘’Banyak karyawan yang mengaluh. Malah ada yang bilang salah masuk kerja. Ya, saya bilang, kalau tidak yakin berhenti saja. Tapi kan persoalannya tidak semudah itu. Saya harus meyakinkan kalau PDAM bisa lebih baik,’’ sambung Kemas.
Selain persoalan hutang, kurangnya koordinasi antara PDAM melalui Pemko Pekanbaru dengan pemerintah provinsi dan pusat juga tidak berjalan lancar. Hampir tidak ada komunikasi dan koordinasi yang serius antara ketiganya khusus penanganan dan pemaksimalan pelayanan air bersih di Pekanbaru. ‘’Ya, mungkin selama ini tidak fokus saja,’’ beber Kemas.
Harus Berlari
Berbeda dengan Kota Batam. Meski sama-sama kota besar, Kota Batam lebih maju dalam pelayanan air bersih. Jika PDAM Pekanbaru hanya mampu menghasilkan 460 liter perdetik, maka Batam sudah mampu mencapai 3000 liter per detik. Mau tidak mau, PDAM Pekanbaru harus berlari untuk mengejar ketertinggalan itu.
Perlu dana Rp48 miliar untuk memaksimalkan pelayanan dengan debit air 460 liter per detik tersebut. Dana itu untuk perbaikan dan penambahan pipa-pipa. Jika ini bisa dimaksimalkan, kata Kemas, maka akan bisa melayani 36 ribu pelanggan yang tersebar di berbagai wilayah kecamatan yang sudah ada jalur pipa PDAM, bahkan ke kawasan Rumbai.
Untuk mengejar ketertinggalan itu juga, pelayanan air bersih di Pekanbaru dilakukan secara bersama-sama. Tidak hanya PDAM, tapi juga pemerintah provinsi, pemerintah pusat dan pihak ketiga dengan sistem penanganan pelanggan hanya dilakukan oleh PDAM siapapun pihak yang terkait. Jaringan dan koordinasi dengan berbagai pihak juga mulai dibuka lebar. Karena itu jugalah, tahun ini PDAM mendapat suntikan dana dari pemerintah pusat.
‘’Agar pelayanan air bersih di Pekanbaru cepat terealisasi maksimal, ya harus dikeroyok bersama. Tidak hanya PDAM dan Pemko saja, tapi juga pihak ketiga. Siapapun yang mengelola air bersih, tidak masalah. Tapi air itu nanti didjual kepada PDAM dan PDAM menjual kepada pelanggan. Semua pelanggan di bawah PDAM walaupun nanti air bersih dikelola pihak lain. Kita berharap 2020, jumlah pelanggan kita bisa mencapai 90 ribu SR,’’ harap Kemas.
Selain menangani air bersih khusus di sebagian wilayah di berbagai kecamatan, termasuk Rumbai, PDAM juga dipercaya mengembangkan pelayanan air bersih di Kecamatan Rumbai dan Tenayam Raya. Berbeda dengan kecamatan lain yang sudah ditangani PDAM, Kecamatan Tenayanraya masih nol jaringan PDAM. Untuk membangun jaringan itu, diperlukan anggaran Rp270 miliar dengan target 400 liter/detik. (gem/kun)