PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Hujan deras yang mengguyur Kota Pekanbaru pada Selasa (12/12) petang kembali membuat sejumlah ruas jalan dan permukiman warga digenangi banjir. Hampir merata wilayah Kota Pekanbaru ini terendam air hujan. Jalanan pun berubah menjadi seperti anak sungai dan membuat kemacetan parah di banyak titik jalan.
Persoalan yang belum ada solusi ini dinilai menuju masalah akut perkotaan. Ahli Kebijakan dan Keuangan Publik Universitas Islam Riau Dr Dia Meirina Suri SSos MSi menekankan, banjir menjadi masalah yang harus segera dituntaskan oleh pemerintah, terutama Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru.
Karena masalah ini tidak hanya soal pemenuhan hak dasar tapi juga bagian daripada pelayanan pemerintah, dalam hal ini Pemko Pekanbaru terhadap warganya. ‘’Pemerintah bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator masyarakat sejahtera itu adalah kehidupan yang layak. Hidup layak di lingkungan yang bersih dan bebas banjir,’’ ungkapnya.
Hidup yang layak dalam persfektif pelayanan dan pemenuhan hak-hak dasar warga negara adalah indikator mutlak kesejahteraan. Dengan bebas banjir, warga bisa menjalankan aktivitas sehari-hari dengan baik.
‘’Hal ini akan memberikan pengaruh bagi aktivitas perekonomian masyarakat juga pastinya. Jadi permasalahan banjir dan lingkungan yang bersih menjadi tanggung jawab pemerintah,’’ ujar perempuan peraih Lulusan Terbaik Jenjang Doktor di Universitas Muhammadiyah Jogja ini.
Oleh karena itu, Pemko Pekanbaru menurutnya harus menunjukkan komitmen dalam mengatasi permasalahan dasar dari banjir ini. Menurutnya, selain anggaran yang harus dipersiapkan pemerintah juga harus selalu melakukan pengawasan terhadap kebijakan, terutama pada pembangunan yang terjadi di Kota Pekanbaru.
Adapun anggaran Rp5 miliar yang dianggarkan Pemko Pekanbaru beberapa tahun terakhir ini dinilainya terlampau minim. Ini bila dibandingkan estimasi total biaya Rp300 miliar yang diperlukan untuk penuntasannya sesuai masterplan penanganan banjir Kota Pekanbaru.
Secara matematis, dengan estimasi biaya Rp300 miliar yang hanya dicicil Rp5 miliar per tahun, maka perlu waktu 60 tahun untuk menyelesaikan banjir, sesuai estimasi biaya dari masterplan penanganan banjir itu. Hitungan tersebut belum termasuk dampak negatif dari kegagalan mitigasi pertumbuhan banjir akibat pembangunan kawasaan perkotaan yang tidak ramah lingkungan. ‘’Tidak layak pemerintah membiarkan permasalahan banjir ini menjadi agenda rutin setiap tahunnya bagi masyarakat, pemerintah sudah memiliki kajian ilmiah (masterplan, red) untuk mengatasinya. Seharusnya pemerintah menganggarkan lebih sebagai komitmen dari kebijakan penanganan banjir ini,’’ ujarnya.
Kemarin, pantauan Riau Pos di Jalan HR Soebrantas, tampak hampir sepanjang jalan protokol itu tergenang air akibat luapan drainase yang selama ini tersumbat sedimen lumpur dan juga sampah yang menghambat aliran air di dalamnya. Bahkan, sampah yang ada di dalam drainase juga meluber ke badan jalan dan membuat pengendara motor dan mobil yang melintas kesulitan menghindari sampah plastik yang berserakan dan bisa menyangkut di kendaraan masyarakat.
Tak hanya itu, genangan air juga menyebabkan banyak kendaraan bermotor milik masyarakat mogok akibat air yang masuk ke mesin kendaraan. Sehingga menyebabkan kemacetan panjang kian mengular hingga ke badan jalan alternatif.
Salah seorang pengendara motor, Kemal mengaku sepanjang Jalan HR Soebrantas hingga Jalan Jenderal Sudirman genangan air menyebabkan terjadinya kemacetan panjang. Sehingga membuat masyarakat kesulitan melintas. Ia perlu waktu 1 jam lebih untuk bisa keluar dari Jalan HR Soebrantas menuju Jalan Arifin Achmad. Lalu kembali mengalami kemacetan panjang di Jalan Jenderal Sudirman menuju Jalan Kaharuddin Nasution.
Bukan hanya jalan protokol yang mengalami genangan banjir dan kemacetan, tetapi juga ruas jalan alternatif lainnya di Pekanbaru mengalami hal serupa. “Wah gila, hampir dua jam saya baru bisa keluar dari beberapa jalan protokol hingga menuju rumah. Biasanya sampai di rumah itu hanya 45 menit, ini bisa dua jam di jalan karena macet dan genangan banjir,” katanya.
Ia berharap permasalahan banjir dan juga kemacetan ini bisa segera diselesaikan oleh Pemerintah Kota Pekanbaru karena sudah sangat menyulitkan masyarakat beraktivitas.
“Setiap hujan pasti banjir dan macet, malah dapat mogok lagi di jalan. Kalau begitu terus, apa hasil kerja pemerintah saat ini. Tak ada bedanya dengan pemerintah dulu. Soal banjir dan kemacetan tak juga selesai ditangani,” ujarnya.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Robi, salah seorang pengendara motor lainnya yang harus mendorong kendaraannya di tengah hujan dan genangan air di Jalan HR Soebrantas.
Ia harus basah kuyup setelah kendaraan bermotor miliknya tidak bisa menahan tingginya genangan air sehingga menyebabkan mesin kendaraannya mati mendadak akibat kemasukan air. “Sudah mencoba mencari jalan yang lebih pinggir di dekat median jalan. Tapi nyatanya tetap saja air itu masuk dalam busi mesin. Terpaksa harus bongkar motor dulu baru bisa melanjutkan perjalanan ke rumah,” terangnya.
Banjir juga terjadi di depan Rumah Sakit Awal Bros Panam dan di persimpangan Jalan Garuda. Kondisi ini membuat aktivitas lalu lintas kendaraan dari dua sisi mengalami kemacetan parah hingga berkilo-kilometer.
Sejumlah kendaraan roda dua juga mengalami mogok karena teredam banjir sehingga harus didorong untuk bisa keluar dari genangan. Wartawan Riau Pos yang juga ikut terjebak dalam kemacetan parah ini juga harus berkorban waktu hingga mencapai satu setengah jam untuk bisa sampai ke tempat bekerja.
Dari pantauan Riau Pos di lokasi, genangan banjir ini terjadi akibat tidak berfungsinya drainase dengan baik. Sehingga debit air hujan yang turun tidak bisa tertampung dan teraliri dengan lancar.
Pantauan lainnya, salah seorang karyawan Riau Pos, Ricky yang berkendara menggunakan roda empat dari Pasar Pagi Arengka sudah mendapati kemacetan parah saat akan menuju Graha Pena Riau Jalan HR Soebrantas. “Perlu waktu satu jam untuk sampai ke Riau Pos karena macet. Banjir parah di depan Rumah Makan Bareh Solok, sangat dalam. Banyak pengendara roda dua yang dari arah Tabek Gadang ambil lajur sebelah (lawan arah) menghindari banjir,” kata Ricky.
Banjir di Permukiman Warga
Kondisi banjir terpantau terjadi di hampir sebagian ruas jalan dan permukiman warga. Seperti di wilayah Sukajadi, Payung Sekaki, Marpoyan Damai, Tenayan Raya, Senapelan. Jalan Arifin Achmad, Jalan Sudirman setelah flyover Harapan Raya, dan ruas jalan pusat kota lainnya juga terpantau terjadi banjir.
“Kalau sudah hujan, kami tutup saja lagi. Karena sudah dipastikan jalan depan banjir sehingga memang tidak ada juga orang yang lewat,” kata Rasid, pedagang yang berjualan di tepi Jalan Ahmad Dahlan, Sukajadi, Pekanbaru.
Warga lainnya, juga mengeluhkan kondisi banjir kala hujan turun di daerah permukimannya. “Parit besar di sini yang biasa tidak pernah meluap, sekarang sudah tersumbat. Baru tiga atau empat tahun terakhir kawasan ini tergenang banjir saat hujan turun. Dari tahun 1980-an saya tinggal di sini, tidak pernah-pernahnya banjir,” keluh warga di Jalan Lili, Hendri.
Seorang pekerja swasta yang tinggal di Perumahan Melur Permai, Panam, Sidomulyo Barat bernama Rahma mengatakan, ketika hujan turun kecemasan melanda dirinya. Pasalnya, jalanan menuju rumahnya akan terendam air. “Beruntung rumah kami sudah kami tinggikan. Jadi air hujan hanya masuk sampai di depan perkarangan rumah. Namun jalanan di rumah kami akan penuh air sampai mata kaki,’’ tuturnya.
Kesulitan tak sampai di situ. Jika hujan turun pada dini hari atau pagi, maka ia harus cepat bangun dan bersiap berangkat kerja ke pusat kota lebih pagi lagi. ‘’Saya pernah terlambat kerja hingga dua jam akibat terjebak macet di jalanan. Maka sekarang jika hujan turun di pagi hari, maka saya harus cepat berangkat kerja sehingga tak terlalu terjebak macet,’’ tuturnya.
Pantauan Riau Pos di Jalan Tuanku Tambusai, beberapa ruas jalan juga tergenang air di beberapa titik. Selain itu kondisi yang sama juga terjadi di Jalan Soekarno-Hatta arah ke Jalan Arifin Achmad. Terlihat banyak sepeda motor terpaksa harus menepi ke bagian tengah jalan. Sedangkan untuk kendaraan roda empat, harus melambatkan laju dan sempat terjadi kepadatan arus.
Bagian jalan lainnya, yakni Jalan Bhakti yang biasa dijadikan jalan alternatif juga ikut terendam di beberapa titik. Terutama di pertigaan Jalan Bhakti dan Jalan Arifin Achmad.
Kesal dengan Kinerja Pemko
Salah seorang warga bernama Rahmat bukan hanya mengaku kesal dengan banjir dan kemacetan panjang yang terjadi di Kota Pekanbaru saat ini, tetapi juga mempertanyakan pekerjaan Pemerintah Kota Pekanbaru yang terlihat tidak menunjukkan progres yang jelas dari waktu ke waktu.
Bahkan, setelah banyaknya pembangunan proyek perpipaan dan instalasi air limbah, Kota Pekanbaru semakin tenggelam dengan banyaknya genangan dan lubang di setiap badan jalan.
“Pembangunan yang kebablasan nampaknya sekarang ini. Ruko dibiarkan dibangun di sepanjang jalan protokol dan alternatif tapi drainase tersumbat. Ujung-ujungnya pengendara motor dan mobil serta masyarakat sekitar yang harus terdampak. Tak ada nampak kerjanya pemerintah kota ini,” ujarnya.
Tak hanya itu, warga di Jalan Tengku Bey Feryanto juga mengaku kesal. Karena genangan air banjir kerap memutus akses lalu lintas masyarakat di sekitar Jalan Tengku Bey, Kecamatan Bukit Raya itu. Bahkan sejumlah drainase di jalan tersebut kini mengalami kerusakan dan amblas. Karena tidak sanggup menahan derasnya debit air hujan yang mengalir di jalan alternatif itu.
“Bukan cuma jalan yang tergenang, drainase dan badan jalan kami pun sebentar lagi bakal putus. Karena kebanyakan drinase disini tersumbat. Jadi kalau hujan sudah pasti air yang deras dari parit besar di sekitar jalan ini bakal mengalir ke badan jalan. Alhasil, jalan kami pun sudah banyak berlubang dan yang miring. Ini tahun depan malah tak masuk rencana perbaikan, padahal sudah mau terisolir semua orang di Jalan Tengku Bey ini,” keluhnya.
Normalisasi Drainase
Sementara itu, Penjabat (Pj) Wali Kota Pekanbaru, Muflihun SSTP MAP menyebutkan, Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru telah berkolaborasi dengan TNI Polri melaksanakan gotong royong membersihkan gorong-gorong dan drainase. “Bersama TNI Polri sudah turun di Jalan Teratai dan Jalan Soebrantas membersihkan saluran drainase yang tersumbat,” ujar Muflihun, kemarin.
Menurutnya, normalisasi drainase tersebut merupakan salah satu upaya dalam mengantisipasi terjadi banjir di beberapa titik wilayah yang ada di Kota Bertuah ini. Seperti di Jalan Soebrantas banjir menggenangi jalan tersebut saat terjadi hujan.
“Banjir yang terjadi karena disebabkan drainase yang tersumbat sampah dan lumpur. Ini harus dibersihkan. Jangan hanya Pemko yang diandalkan, masyarakat juga harus ikut goro membersihkan drainase di tempat tinggalnya masing-masing. Karena banjir bukan karena volume air yang naik dari sungai tetapi karena meluap dari drainase,” tambahnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas PUPR Pekanbaru, Edward Riansyah menyebutkan, penanganan banjir menjadi program utama di tahun 2024. Sehingga Pemko Pekanbaru telah menganggarkan khusus untuk penanganan banjir hingga sebesar Rp5 miliar. Itu untuk pembelian mobil penyedot sampah dan pasir di drainase dan juga nornalisasi sejumlah drainase di Pekanbaru.
“Penanganan banjir masih menjadi program yang difokuskan Pemko. Banjir di Jalan Soebrantas itu akibat drainasenya juga,” ungkapnya.
PUPR Pekanbaru sebelumnya juga sudah turunkan tim untuk membersihkan saluran drainase di Jalan Soebrantas. Agar air drainase tidak meluap di jalan.
Masterplan Banjir Kemana?
Persoalan banjir yang belum ditangani dengan maksimal menjadi sorotan banyak kalangan. Begitu juga anggota DPRD Kota Pekanbaru yang dengan tegas menyampaikan bahwa penyelesaian banjir di Pekanbaru hanya bisa berkurang jika masterplan banjir yang sudah dibuat itu dijalankan.
“Sekarang pertanyaannya, ke mana masterplan banjir itu? Apakah hanya disimpan? Jalankanlah, jangan disimpan karena di situ penyelesaiannya,” kata anggota DPRD Pekanbaru Sigit Yuwono kepada wartawan.
Untuk melaksanakan masterplan banjir itu disampaikan Sigit, Pemko Pekanbaru dipastikan tidak cukup anggaran, maka harus melibatkan Pemerintah Provinsi Riau, dan juga pemerintah pusat.
“Anggarannya besar, maka harus mendapat dukungan dari provinsi dan pusat. Pemko harus jemput bola,” sebut politisi Demokrat ini yang merasakan langsung wilayahnya di Bina Widya dan Tuah Madani (Panam) saat ini mengalami bencana banjir setiap hujan turun.
Disampaikan Sigit, untuk penanganan jangka pendek, Pemko Pekanbaru sudah melakukannya dengan melakukan bersih-bersih parit atau drainase secara berkala. Tapi itu tidak cukup dan memang perlu dukungan dari provinsi dan pusat untuk lebih kongkritnya.
“Saat ini Pemko hanya bisa melakukan upaya bersih-bersih parit atau drainase, lebih dari itu Pemko Pekanbaru perlu dukungan semua kalangan, terutama provinsi dan pusat, “ katanya.
Makanya, dia minta Pemprov Riau juga harus respect dengan masalah banjir Pekanbaru ini. “Paling tidak membantu menangani banjir yang menjadi kewenangannya. Artinya harus andillah terhadap musibah banjir Pekanbaru saat ini untuk jangka pendek. Dan untuk jangka panjang memang harus didudukkan betul bersama mengacu pada masterplan banjir, “ paparnya.
Ditegaskannya, masalah banjir ini harus menjadi perhatian bersama, semua kalangan masyarakat. Ini harus menjadi pelajaran berharga untuk ke depannya. Tentu dengan membangun sesuai aturan, tidak membuang sampah sembarangan dan mendukung semua aturan yang ada. ‘’Dan tidak serampangan sesuka hati. Lalu pengawasan juga harus ketat bagi yang melanggar aturan. Jangan hanya dilihat saja. Penerapan sanksi juga jangan tebang pilih supaya semua bisa berjalan seperti yang diharapkan,” paparnya.
Hujan Masih Tinggi
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru kembali mengeluarkan informasi terkini terkait cuaca di Kota Pekanbaru yang masih berpotensi mengalami hujan deras disertai angin kencang selama sepekan ke depan.
Menurut Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Syarif Kasim II-Pekanbaru, Ramlan SSi MSi mengatakan, hujan dengan intensitas ringan hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang masih berpotensi mengguyur wilayah di Ibukota Provinsi Riau. ‘’Ini akan terjadi sejak pagi hari dan akan berlangsung hingga dini hari,’’ tuturnya, Selasa (12/12).
Hal ini terjadi lantaran masih adanya pertumbuhan awan di Riau yang masih terkonsentrasi di wilayah pesisir. Sehingga selama sepekan ke depan peluang hujan ringan-sedang masih terjadi di Kota Pekanbaru. “Kalau untuk skala bulanan, puncak hujan sudah terjadi. Namun skala harian dan mingguan kasih berpotensi hujan lebat yang terjadi sewaktu-waktu dengan skala singkat (harian),” jelasnya
Bukan hanya Kota Pekanbaru saja yang akan mengalami peningkatan curah hujan selama beberapa hari ke depan, tetapi juga wilayah lainnya di Provinsi Riau seperti Kabupaten Bengkalis, Siak, Kepulauan Meranti, Kabupaten Kampar dan Kota Dumai. “Sore hingga malam hari potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang terjadi di sebagian besar wilayah Provinsi Riau,”katanya.
Ramlan juga membenarkan jika saat ini BMKG telah mengeluarkan peringatan dini untuk mewaspadai potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang.
Dengan suhu udara berada di angka 22.0–32.0 °C dengan kelembapan udara 60–99 persen. Sementara arah angin berhembus ke Barat Daya - Utara dengan kecepatan 10-30 km/jam, dan prakiraan tinggi gelombang di perairan Provinsi Riau berkisar antara 0.01–0.50 meter.
“Potensi tersebut terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Kampar, Bengkalis, Siak, Kuantan Singingi, Pelalawan, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Indragiri Hulu, Kota Dumai dan Kota Pekanbaru pada siang, sore hari, malam atau dini hari,” ujarnya.
Diminta Waspadai Potensi Banjir
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) meminta pemerintah kabupaten/kota di Riau untuk dapat mewaspadai ancaman potensi banjir. Pasalnya, saat ini intensitas hujan terus meningkat di provinsi Riau.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Riau, M Edy Afrizal mengatakan, pihaknya juga sudah mengirimkan surat peringatan kepada pemerintah 12 kabupaten/kota di Riau. Hal tersebut mengacu prakiraan daerah rawan banjir yang disampaikan BMKG dan wilayah potensi longsor.
Karena itu, pihaknya meminta BPBD kabupaten/kota se-Riau untuk melakukan upaya pencegahan dalam meminimalisir dampak ancaman bencana banjir dan longsor, yang kemungkinan timbul di masing-masing kabupaten/kota.
“Kami sudah minta kabupaten kota untuk meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait, serta monitoring potensi ancaman bancana banjir dan longsor di wilayah masing-masing daerah,” ujarnya.
Kemudian, pihaknya juga meminta kabupaten kota untuk menetapkan status bencana banjir jika diperlukan, dan mendirikan posko penanganan kalau terjadi hal-hal yang tak diinginkan. “Karena kita lihat saat ingin potensi hujan di wilayah Riau masih tinggi, sehing kabupaten kota perlu melakukan kewaspadaan dini terhadap ancaman bencana banjir dan longsor,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, M Edy juga mengatakan bahwa saat ini terjadi fenomena super moon, sehingga di daerah pesisir juga berpotensi terjadi banjir rob. Bahkan beberapa waktu lalu, banjir rob sudah terjadi di Kabupaten Kepulauan Meranti. “Banjir rob atau pasang air laut berpotensi terjadi di Kabupaten Kepulauan Meranti,” katanya.
Selain di Meranti, potensi banjir rob juga bisa saja terjadi di wilayah pesisir Riau lainnya. Karena itu pihaknya juga sudah menyampaikan kepada pihak BPBD kabupaten/kota lainnya juga untuk waspada. BPBD Riau juga mengimbau kabupaten/kota yang memerlukan bantuan baik berupa peralatan evaluasi dan juga logistik, dapat menghubungi pihaknya. Karena pihaknya juga sudah menyiapkan bantuan. “Kalau ada yang memerlukan bantuan baik peralatan, personil dan logistik segera laporkan ke kami. Kami siap memberikan bantuan,” imbaunya.(ayi/ilo/end/gus/nda/sol/egp/ose)