Ides hanya membayar sekitar Rp30 ribu setiap bulan. Tentu dengan pemakaian secukupnya seperti untuk keperluan mandi dan mencuci. Sedangkan untuk memasak, minum hingga mencuci sayur, Ides memilih menggunakan air galon. Diakuinya, air PDAM sering keruh dan tidak mengalir, terutama saat mati lampu.
‘’Kalau lampu mati, matilah air PDAM. Air sering keruh. Kalau bayar terlambat, langsung didenda. Padahal bayar terlambat karena mati lampu. Sudah lama seperti ini. Entah kapan akan berubah. Kami memang tidak ada pilihan lain. Buat sumur air bawah tanah berkarat, kotor. Mengandalkan PDAM, masih jauh dari mengalir. Mengalirnya pun tak sampai jauh. Hanya di sini-sini saja,’’ aku Ides di rumahnya.
Hal senada juga diakui Firman, warga yang tinggal di Gang Kencana II. Ia juga sudah berlangganan PDAM sejak lama. Berkali-kali Firman mencoba membuat saringan air bawah tanah yang ada di sumur bornya. Tapi hasilnya tidak maksimal. Air tersebut tetap berkarat dan kotor. Seperti berminyak. Firman putus harapan. Lagi-lagi ia kembali ke PDAM meski sempat putus langganan.
Firman agak sedikit lega. Air PDAm lebih baik dari air sumurnya. Meski sering juga keruh dan berlumpur. ‘’Tidak tahu apa sebabnya kadang air PDAM ini keruh. Tekanan airnya juga kecil. Tidak lancar. Kadang tersendat. Dulu sering kali seperti itu. Sekarang tekanan air sudah lumayan besar. Tapi kalau mati lampu, mati pulak air. Kalau dulu tidak. Tentu kami tidak yakin dengan pelayanan PDAM kalau kondisinya seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi,’’ kata Firman pula.
Pipa-pipa Tua
Selama 43 tahun , PDAM belum mampu memberikan yang terbaik. Jangankan air bersih langsung minum dari kran-kran yang dipasang di berbagai fasilitas umum seperti di Kota Semarang, Surabaya dan lainnya, air bersih layak pakai saja masih jauh. Sudah pasti ada kendala besar yang menghadang.
Pipa induk PDAM dan pipa-pipa air bersih lainnya yang tertanam di bawah tanah, sudah pasti tua. Berkarat serta lapuk. Bahkan sejak dibangun pada 1972, tidak pernah tersentuh. Posisinya tertanam habis. Direktur Utama (Dirut) PDAM Tirta Siak Pekanbaru, H Kemas Yuzferi, mengakui, 60 persen pipa induk dan pipa jalur utama yang membentang sepanjang 124 kilo meter di sebagian kecil wilayah Kecamatan Sukajadi, Marpoyan Damai, Sail, Limapuluh, Senapelan, Pekanbaru Kota, Payung Sekaki hingga Rumbai, telah lapuk, bocor dan sudah pasti berkarat. Jika tekanan air sedikit besar, banyak pipa bocor. Itu bisa dilihat di berbagai tempat. Jika pipa tidak terlihat, maka air di atas pipa akan basah dan mengalirkan air. Inilah yang menjadi salah satu sebab pada saat-saat tertentu air PDAM yang sampai ke rumah warga menjadi keruh dan kotor.