LIPUTAN KHUSUS

Arab Melayu, Kemana Hendak Dibawa

Liputan Khusus | Minggu, 31 Januari 2016 - 12:56 WIB

Arab Melayu, Kemana Hendak Dibawa
KANTOR PEMERINTAHAN: Selain Bahasa Indonesia, sebagian besar kantor-kantor pemerintahan di Riau telah menggunakan tulisan Arab Melayu. Foto diambil Kamis (28/1/2016).ARIEF BUDI KUSUMA/RIAU POS

Kepala SD Negeri 153, Hj Indrawani, mengatakan, pelajaran Arab-Melayu seharusnya dipegang oleh guru kelas, tapi karena guru kelas tidak menguasai Arab-Melayu, maka pihak sekolah membebankan kepada guru lain yang dianggap mampu, yakni guru Agama. Di sekolah lain, guru Arab Melayu banyak dipegang oleh guru yang didatangkan khusus. Guru itulah yang mengajarkan Arab-Melayu ke semua kelas.

‘’Bagaiamanpun juga, pelajaran Arab-Melayu sangat bagus, jangan sampai dihapus. Masih ada guru yang mau mengajarkan Arab-Melayu. Supaya lebih berkualitas, hendaknya ada pelatihan-pelatihan lagi. Silabusnya diperbaiki juga. Kalau guru tidak faham, bagaimana murid bisa mengerti dengan baik,’’ kata Indrawani.

Baca Juga :Mengaji Aksara Arab Melayu

Pelajaran Arab-Melayu tidak hanya dipelajri di tingkat SD, tapi juga SMP dan SMA sederajat. Tidak hanya di kota-kota besar, tapi juga sampai ke pelosok-pelosok daerah atau pedalaman. Indrawani berharap, Arab-Melayu tidak hanya berakhir sampai di tingkat SMA, tapi ada gerakan-gerakan nyata, bukti nyata atau kerja akhir dari mempelari Arab-Melayu.

 ‘’Kalau Bahasa Inggris, jelas, kalau kuliah ada jurusan Bahasa Inggris. Banyak digunakan juga. Kalau Arab-Melayu ini, seperti habis sampai di bangku sekolah atau cukup untuk mengikuti lomba setahun sekali yang diadakan penerbit saja. Sekolah kita juga selalu mendapat juara. Tapi, ujungnya mau seperti apa, tidak terlihat jelas, seolah kita hanya cukup belajar sedikit dan tahu Arab-Melayu saja,’’ katanya Indrawani lagi.

Lain Nurmi, lain pula Mardiyah (34). Guru muda di SD Negeri, Tanjung Pal, Siak Sri Indrapura ini juga mengajarkan Arab-Melayu. Hampir seluruh muridnya merupakan anak-anak suku pedalaman yang menganut ajaran animisme. Tapi, mereka juga diajarkan bagaimana menulis Arab-Melayu. Memang, banyak sulitnya daripada mudahnya, kata Mardiyah. Tapi, mereka juga bersungguh-sungguh belajar Arab-Melayu.

‘’Meski anak-anak suku pedalaman, mereka senang belajar Arab-Melayu. Meski seminggu sekali, mereka tetap semangat. Ya, paling tidak mereka bisa membaca beberapa suku kata dan bisa menuliskannya,’’ aku Mardiyah saat datang ke Pekanbaru dua hari lalu.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook