DISKUSI SENI KALIGRAFI

Kaligrafi Arab Melayu Terbuka untuk Kaidah Khat Baru

Seni Budaya | Minggu, 09 Februari 2020 - 20:32 WIB

Kaligrafi Arab Melayu Terbuka untuk Kaidah Khat Baru
Pemantik diskusi Junaidi Syam dan M Rafles bersama peserta diskusi Kaligrafi Melintas Batas yang ditaja Galeri Hang Nadim (GHN) di Anjungan Kampar Kompleks Bandar Seni Raja Ali Haji (Bandar Serai) Pekanbaru, Ahad (9/2/2020).(GALERI HANG NADIM FOR RIAU POS)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Kaidah penulisan huruf Arab Melayu yang cair dan terbuka, sangat memungkinkan untuk membuka ruang ditemukannya kaidah-kaidah baru dalam teknik penulisan oleh siapa saja.

Hal ini jadi pembahasan menarik pada diskusi Kaligrafi Melintas Batas yang ditaja Galeri Hang Nadim (GHN) di Anjungan Kampar Kompleks Bandar Seni Raja Ali Haji (Bandar Serai), Pekanbaru, dimulai pukul 16:00 WIB, Ahad (9/2/2020).


“Ada banyak ragam kaidah penulisan huruf Arab Melayu, sehingga boleh dikatakan belum ada kaidah baku (yang disepakati) dalam penulisan huruf Arab Melayu. Ini merupakan peluang bagi para al-khattath (kaligrafer) untuk mengeksplorasi bentuk-bentuk baru penulisan huruf Arab Melayu," kata salah seorang pemantik diskusi Junaidi Syam.

Junaidi Syam yang juga dikenal sebagai Jon Kobet ini, beberapa waktu lalu pernah mengadakan pameran kaligrafi Allah-Muhammad dengan memasukkan unsur ragam hias Melayu dalam bentuk penulisannya.

Sedangkan kaligrafi Arab, terutama penulisan ayat-ayat Alquran harus benar penulisannya. "Karena Alquran sumber tuntunan umat Islam yang kebenarannya dijamin Allah," kata pemateri kedua diskusi M Rafles.

Jadi, lanjut Ketua Perkumpulan Kaligrafi dan Zukhrufa (Perkazi) Riau ini, kreatifitas bentuk penulisan pada aspek estetikanya. “Bukan berarti tak ada kaidah baru dari tujuh khat standar yang sudah dikenal luas. Khat Al-Maghribi dan Raihani termasuk bentuk baru," sambungnya.

Kepada seorang peserta diskusi yang bertanya bagaimana dengan kaligrafer yang menjadikan kaligrafi sebagai mata pencaharian, Rafles mengatakan bahwa kaligrafi bisa difungsikan sebagai seni, filsafat, pendidikan maupun mata pencarian.

“Hendaklah kamu memperindah tulisan, karena hal itu membuka pintu rezeki. Itu kata Ali RA, sahabat Rasul," jawab Rafles.

Diskusi ini merupakan tajaan perdana dalam rangkaian pameran Rudraka 1 yang diadakan GHN. "Ke depan, kita akan rutin menaja diskusi seni rupa seperti ini, disamping pameran yang sudah dijadwalkan setahun," papar salah seorang pengelola GHN Furqon Elwe.(qom)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook