LIPUTAN KHUSUS

Menunggu Rubuh Stadion Kami

Liputan Khusus | Minggu, 15 November 2015 - 09:40 WIB

Menunggu Rubuh  Stadion Kami
Mini stadion sebagai salah satu sarana penunjang di Stadion Utama Riau Jalan Naga Sakti, Panam, memprihatinkan dengan kondisi bagian atap koyak. Foto diambil Jumat (13/11/2015).DEFIZAL/RIAU POS

Saat malam, kawasan ini sangat gelap. Tapi, di bagian depan sangat ramai. Berbagai sarana permainan anak-anak seperti sepeda, ada di sini. Anak-anak juga bermain leluasa di sini. Para pedagangpun memanfaatkan kondisi itu untuk berjualan. Ada jagung bakar, bakso bahkan jus dan milkshake yang dijual langsung dari dalam mobil.

Beberapa sisi kawasan yang gelap, dimanfaatkan dengan bebas olah muda-mudi untuk berdua-duaan. Bahkan di pinggir jalan, di sebalik sepedamotor yang mereka parkirkan bagian dalam jalan. Sedagian pedagang juga sengaja berjalan di tempat gelap dan menyediakan tempat yang sedikit tersuruk ke belakang. Kondisi ini sempat berkurang sejak kasus klewang, tapi kini kembali ramai dan marak.

Baca Juga :Runner-up, Tornado FC Berharap Tiket Tambahan

Memerlukan waktu lebih dari 15 menit untuk mengitari bangunan yang memiliki luas 77.552 meter persegi tersebut. Kembali sepanjang perjalanan yang terlihat adalah bangunan yang tidak terawat, beberapa jenis rumput yang bisa tumbuh di atas semen terlihat meninggi. Sesekali tercium roma bangkai binatang yang sangat menyengat.

Keluar dari kawasan stadion atau masuk ke Jalan SM Amin, akan terlihat gerbang utama. Gerbang ini juga menjadi bagian aset venue PON. Besar dan tinggi. Tulisan Stadion Utama yang tertera di gerbang tersebut juga sudah tidak sempurna. Sebagian besar tulisannya copot atau jatuh. Begitu juga dengan dinding yang dipenuhi ornament-ornamen indah, mulai mengelupas dan rusak.

‘’Bagaimanapun, Stadion Utama ini kebanggan kami. Sangat sayang melihat kondisinya seperti ini. Hancur. Tapi apa yang bisa kami buat. Tunggulah rubuh, baru diperhatikan, biar hancur sekalian,’’ ungkap Novenia, mahasiswa Unri yang sehari-hari melintas di kawasan tersebut.

Tapi tidak hanya stadion utama saja. Beberapa bangunan eks PON lainnya juga banyak yang tidak terawat. Seperti tempat bowling di kawasan Purna MTQ. Dulu, tempat ini begitu mewah. Fasilitas di dalamnya sangat lengkap. Bersih dan dingin. Bola-bola bowling juga tertata rapi di sudut-sudut ruang. Lorong lintasan bola bowling juga mengkilat. Kini, lantai bowling sudah merekah. Turun bahkan pecah-pecah. Kotor dan berdebu. Itu hanya ruang di bagian paling depan atau yang hanya bisa dilihat dari jendela. Pintu masuk ke dalam arena ini tertutup rapat alias digembok. Seperti Kamis pagi ( 19/11).

Seperti Stadion Utama, halaman depan bangunan inipun ditumbuhi ilalang. Tinggi. Bangunan yang tidak selesai dengan sempurna itu juga mulai berkarat. Tembok-temboknya menghitam. Seperti kerangka bangunan tua. Sepi. Bangunan itu seperti sudah sangat lama ditinggal pergi.Tak seorangpun di sana. Meski masuk ke kawasan ini bisa melalui ppintu depan di Jalan Sudirman dan pintu belakang di Jalan belakang Purna MTQ, tetap saja sangat sulit untuk masuk. Pintunya juga digembok rapat. Kondisi bangunan bisa dilihat jelas dari sisi kanan bangunan gedung Anjung Seni Idrus Tintin (ASIT) yang lebih tinggi.

Kondisi serupa juga terjadi di venue lapangan tembak, Rumbai. Lebih mengenaskan. Berbagai peralatan dan sarana penunjang di kawasan ini banyak yang hilang. Rugi ratusan juta. Bahkan sempat ada yang tertangkap tangan sedang mencuri konsen pintu beberapa tahun lalu. Meski kasus tersebut ditangani pihak kepolisian, nampak jelas bangunan ini tidak terjaga dengan baik.

Saat Riau Pos bertandang ke sana Jumat pagi (20/11), suasana juga sepi. Tidak ada siapapun. Meski tidak ditumbuhi rumput tinggi di halaman depan layaknya Stadion Utama dan venue bowling, tapi pagar seng di sebelah kanan, tumbang semua. Pintunya juga terkunci. Sulit untuk masuk ke kawasan ini. ‘’Susah masuk ke dalam, Bu. Saya saja tidak pernah masuk apalagi sejak kasus pencurian 2013 lalu,’’ ujar Yanti, salah seorang warga yang tinggal tidak jauh dari kawasan tersebut.

Memang tidak semua bangunan eks PON bernasib buruk atau tidak terawat. Banyak juga yang dimanfaatkan dan terawat dengan baik. Tapi melihat kondisi Stadion Utama yang sangat memprihatinkan sementara dana yang terpakai untuk membangunannya tidak sedikit, membuat pengamat perkotaan Riau, Ashaluddin Djalil, angkat bicara. Sudah pasti ia berharap bangunan eks PON itu bisa dimanfaatkan dengan baik.

‘’Kalau soal venue PON, Itu sudah lama sekali, sudah hampir lupa saya,’’ kata Ashaluddin Jalil kepada Riau Pos.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook