Bukan Sekadar Berkuda

Liputan Khusus | Minggu, 02 Oktober 2022 - 10:15 WIB

Bukan Sekadar Berkuda
Seorang rider melewati rintangan bersama kudanya, (CAR UNTUK RIAU POS)

Punya “kuda besi” di perkotaan tentunya sudah biasa. Tapi memiliki kuda sebenarnya di kota dan dapat menungganginya kapan saja tentu jadi sesuatu yang luar biasa. Beberapa orang di Pekanbaru memiliki kuda berharga ratusan juta rupiah. Tapi kebanyakan mereka memilih menitipkan kuda-kuda itu, tidak memeliharanya sendiri. 

RIAUPOS.CO - Nama populernya di kalangan penghobi olahraga berkuda cukup keren, Tom Cruise. Dia memiliki kuda bernama Bintang Ghozi. Harganya Rp150 juta. Tapi Bintang Ghozi tidak dipelihara sendiri di rumah Tom Cruise, melainkan di wahana berkuda Coach Aldo Ranch (CAR) di kawasan Jalan Tuanku Tambusai, Pekanbaru. Kuda lebih mahal dimiliki seorang pegawai PHR (Pertamina Hulu Rokan). Kuda bernama Diamond itu dibeli seharga Rp200 juta. Sama seperti Bintang Ghozi, Diamond juga dititipkan di Coach Aldo Ranch.


Menurut owner Coach Aldo Ranch, Almakmur Nugraha yang akrab dengan panggilan Coach Aldo, dalam beberapa tahun terakhir, penghobi olahraga berkuda meningkat signifikan. Beberapa di antaranya merupakan kalangan atas. Mereka tak cukup hanya menyewa atau memakai kuda dengan sistem paket, tapi lebih jauh membeli kuda. Bahkan ada yang memiliki lebih dari satu ekor kuda.

“Untuk beberapa kalangan atas, ada gengsi tersendiri jika punya kuda sendiri,” ujar Coach Aldo.

Kepada Riau Pos pekan lalu, Coach Aldo menyebutkan, ada beberapa orang yang menitipkan kuda pada wahana berkuda miliknya. Mereka berlatar belakang berbeda. Bahkan ada seorang profesor yang memiliki pondok pesantren mempunyai tiga ekor kuda sekaligus. Ada juga ketua partai, pengusaha hotel, hingga pegawai BUMN. Semua kuda itu dititipkan di CAR.

Coach Aldo
Coach Aldo

Kuda-kuda ini kebanyakan kuda mahal. Harganya tergantung prestasi, tinggi badan, dan keturunan. Jika indukannya sudah terbilang hebat, maka sejak kecil sudah bisa dihargai Rp150 juta. Kebanyakan kuda yang beredar di Indonesia merupakan kuda kawin silang dari peranakan lokal dan luar. Biasanya lokal dan Australia atau Jerman, Denmark atau Belgia. Masing-masing indukan jantan dan betina memiliki kelebihan dan kelemahan. Kuda keturunan Jerman misalnya besar, tetapi lemah. Sedangkan Australia lebih murah, besar, dan relatif kuat. Makanya kuda Australia paling sering dikembangkan di Indonesia. Jarak yang dekat juga jadi pertimbangan.

“Yang paling kuat itu Arabian. Itu yang terbaik. Cuma kita belum punya,” ujar Coach Aldo.

Disebutkan Coach Aldo, standar kuda luar negeri kategori jumping terbagus adalah kuda Australia dan Denmark. Bahkan kalau beli langsung dari luar negeri, harganya bisa mencapai setengah miliar atau Rp500 juta. Pasaran di Jakarta, jika membeli kuda dari luar negeri, harganya Rp1 miliar sampai Rp3 miliar. Bahkan kuda yang pernah juara dalam sebagai event olahraga berkuda internasional, seperti SEA Games atau Asian Games, harganya jauh lebih tinggi. Misalnya kuda juara Asian Games yang berasal dari Qatar, harganya mencapai Rp24 miliar.

Coach Aldo sendiri pernah memiliki kuda seharga Rp500 juta. Ada dua ekor, satu mati dan satu lagi dijual. Saat ini tinggal anaknya yang masih berumur 3 tahun bernama Boy. Kuda bernama Boy ini cukup favorit bagi pengunjung bersama Ghozi, Bahar, Diamond, Ghazwan, dan beberapa kuda lainnya. Penyebabnya, mereka besar, kuat, dan sangat patuh.

Lalu mengapa para pemilik kuda itu tidak memelihara kudanya sendiri? Menurut Coach Aldo, ada beberapa alasan,  yakni pertama soal perawatannya. Kedua, soal pelatihannya. Dia menyebutkan, memelihara kuda tidak sama dengan memelihara sapi. Kuda tidak hanya dirawat dan diberi pakan, tapi juga harus dilatih setiap hari. Jika dia tidak dilatih, maka kemampuannya akan berkurang. Bagi para owner, sulit melatih kuda ini setiap hari. Mungkin mereka bisa memberi pakan atau merawatnya, misalnya memandikan, membersihkan, dan lainnya, tetapi melatihnya akan sulit karena kesibukan mereka sendiri. Sebab, jika sehari saja kuda ini tidak berlatih, kemampuannya akan jauh berkurang. Ketika sang kuda diikutkan dalam kompetisi, maka kemampuannya akan turun drastis jika dia tidak latihan setiap hari.

 Selain itu, tidak ada lahan untuk latihan juga jadi kendala. Para pemilik kuda atau owner kuda ini mungkin punya lahan untuk memelihara kuda, tetapi tidak punya lahan yang cukup luas untuk kuda-kudanya berlatih, selain juga tidak punya pelatih. CAR sendiri punya trek latihan yang cukup luas kendati berada di jantung Kota Pekanbaru.

“Makanya, mereka memilih menitipkan kuda-kuda itu di tempat ini,” ujar Coach Aldo.

Olahraga Sunnah
Berkembangnya wahana olahraga berkuda di Pekanbaru salah satunya diinisiasi Coach Aldo. Hampir semua pembina dan pelatih pada stable (kandang kuda) yang ada di Riau merupakan anak didik dari Coach Aldo. Dia menyebutkan, awalnya hanya memiliki dua ekor kuda pada tahun 2014. Dia memang paham bahwa ada olahraga sunnah seperti yang diajarkan oleh Rasulullah, yakni berkuda, memanah, dan berenang. Niat awalnya untuk menerapkan olahraga sunnah ini. Dua kuda ini dipelihara di kawasan Rumbai, di tempat pondok pesantren tahfiz yang dikelolanya.

“Yang kita terapkan memang olahraga sunnah semuanya. Jadi, selain berkuda, juga memanah dan berenang,” ujarnya.

Awalnya, dia tidak menganggap kuda yang dimaksud dalam olahraga sunnah itu adalah kuda sebenarnya, tapi “kuda besi” alias sepeda motor. Sebab, kuda di zamannya merupakan sarana transportasi. Dan saat ini, sarana transportasi adalah sepeda motor, mobil, hingga pesawat.


 “Tapi setelah berdiskusi dengan Ustaz Abdul Somad atau UAS, maka menurut UAS kuda itu tidak tergantikan selamanya, termasuk kendaraan bermotor. Jadi keterampilan berkuda ini sangat penting,” ujar Coach Aldo.

Itulah yang kemudian memicunya untuk terus mengembangkan olahraga ini. Menurutnya, keterampilan berkuda memang diperlukan. Dia terus mengembangkan olahraga berkuda ini sampai kemudian kudanya bertambah banyak. Para santri yang ikut memelihara kuda  juga semakin ahli dan mendirikan wahana berkuda lainnya di tempat lain di Riau, bahkan hingga ke luar daerah.

Setelah semakin berkembang, Coach Aldo membuat sarana berkuda di Simpang SKA. Di tempat ini, selain ada penyewaan kuda, mulai ada juga jasa penitipan kuda. Sebab, yang ikut berlatih semakin banyak. Mereka mulai membeli kuda, tapi tidak mau repot dan memiliki kandang sendiri. Makanya mereka kemudian menitipkan kembali kuda-kuda itu kepada Coach Aldo. Inilah pangkal mula ada usaha barunya yakni jasa penitipan kuda.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook