RIAUPOS.CO - Berkuda tak hanya dominasi orang kaya. Dari anak hingga orang tua, dari yang berpunya hingga apa adanya kini bisa berkuda. Apalagi, berkuda tak hanya ada di satu tempat di Riau. Tak kurang sebelas wahana berkuda (stable) ada di Riau. Masyarakat pun bisa memilih dan membandingkan pelayanan masing-masingnya.
Penelusuran Riau Pos, biaya penyewaan kuda pada setidaknya sebelas wahana berkuda di Riau ini bervariasi. Mulai dari Rp20 ribu untuk sekali trip joy ride atau poni ride hingga Rp35 ribu sekali berkuda. Ada juga yang menyediakan wahana permainan anak lainnya seperti minitrain seharga Rp10 ribu, atau wisata edukasi dengan memberikan pakan kuda. Untuk trek jarak jauh beda lagi. Begitu juga kursus intensif. Sebagian pengelola memberikan banyak fasilitas kepada member. Bahkan ada yang memberikan layanan gratis untuk hari Jumat pada jam tertentu. Wahana berkuda di kota ini seakan terus berpacu, berinovasi dan berusaha memberikan layanan terbaik. Biayanya juga tergolong murah meriah.
Berkuda memang bukan hanya olahraga saja. Terdapat banyak aspek dalam berkuda. Menurut Coach Aldo, ada tiga tahapan dalam berkuda. Tahapan pertama adalah terapi penyembuhan dari penyakit. Misalnya terapi untuk anak autis. Berkuda diyakini memiliki khasiat yang baik untuk terapi anak-anak autis. Terapi berkuda dinilai 4 kali lipat lebih baik dibandingkan dengan terapi lumba-lumba. Memang ada beberapa terapi bagi anak autis. Selama ini, terapi yang dianggap paling baik adalah terapi lumba-lumba, yakni dengan mendekatkan sang anak pada lumba-lumba. Ikan ini kemudian akan memancarkan sonarnya. Sonar itu yang bisa menjadi terapi. Tetapi ada penelitian yang menyebutkan bahwa terapi dengan berkuda itu lebih efektif dibanding terapi lumba-lumba.
Dalam hal terapi ini, berkuda juga bisa sebagai obat untuk terapi saraf terjepit bagi orang tua, atau orang yang memiliki riwayat saraf terjepit. Mereka yang kerap berkuda akan mengguncang saraf-saraf dan melonggarkannya.
“Latihan berkuda ini bisa sebagai terapi alternatifnya,” ujar Coach Aldo.
Tahapan kedua adalah untuk berlatih dan berolahraga. Berlatih ini sedikit lebih serius dibandingkan dengan terapi atau joy trip. Tujuannya misalnya untuk membakar lemak dan termasuk menyegarkan badan. Berkuda termasuk latihan kebugaran yang paling baik dan banyak membakar lemak.
Tahapan ketiga adalah olahraga untuk atlet. Untuk olahraga serius seperti para atlet, tentunya diperlukan kerja keras dan upaya yang lebih, baik pada atlet maupun kudanya. Kondisi inilah yang menyebabkan teknik dan tahapan berkuda ini berbeda satu dengan lainnya.
Menurut Coach Aldo, berkuda pada dasarnya memiliki risiko kecil banding misalnya olahraga bersepeda. Mengapa demikian? Ternyata menurutnya, kegiatan berkuda ini hanya dilakukan di wahana berkuda yang khusus, tidak bergabung dengan kendaraan lainnya di jalan raya. Maka risikonya sangat kecil. Risiko terjatuh juga sudah diantisipasi. Kuda-kuda yang ada di stable di mana pun biasanya sudah terlatih karena memang dilatih oleh petugas profesional, sehingga hampir tidak ada kasus kuda yang mengamuk sedemikian rupa.
Kondisi ini berbeda dengan bersepeda yang tidak memiliki trek khusus. Biasanya bersepeda dilakukan di jalan raya. Jika jatuh, tersenggol kendaraan lain, atau bahkan terlindas oleh kendaraan bermotor yang lebih besar, maka bahaya sudah menanti. Beberapa kejadian yang menyebabkan nyawa pesepeda melayang pernah terjadi di Pekanbaru.
Jika pun ada risiko besar saat berkuda, biasanya terjadi pada para atlet. Sebab, mereka memacu kuda dengan kencang. Jadi ada risiko jatuh, lalu terinjak kuda dan risikonya bisa sangat fatal, bahkan berujung kepada kematian. Coach Aldo sendiri pernah mengalami cedera cukup parah karena dia memacu kuda dengan sangat kencang. Ditambah lagi dengan memanah.
“Tapi untuk masyarakat yang berkuda untuk sekadar latihan atau terapi, kecelakaan nyaris tidak terjadi. Risikonya ringan,” ujarnya.
Perhatikan Keselamatan
Kendati dijamin aman untuk para pemula, risiko berkuda tetap ada. Untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan kecelakaan akibat menunggang kuda, diperlukan berbagai peralatan keselamatan. Pertama, helm untuk melindungi kepala. Selanjutnya sarung tangan. Perlu juga pelindung badan atau body. Selain itu perlu menggunakan sepatu boot yang khusus untuk berkuda atau setidaknya sepatu yang memiliki hills.
“Tujuannya agar bisa ditautkan pada pijakan kaki atau stirrup,” ujar kepala kandang Coach Aldo Ranch (CAR), Agus.
Selain keselamatan untuk joki atau rider, terdapat juga alat keselamatan yang biasa dipakaikan pada kuda.
Pertama, saddle atau pelana kuda. Pelana diikatkan ke punggung kuda. Pelana merupakan pelindung antara penunggang kuda dengan punggung kuda. Pelana harus pas sehingga tidak melukai punggung kuda atau membuat pengalaman berkuda menjadi tidak menyenangkan bagi penunggangnya.
Sebagai bagian dari pelana, ada saddle pad atau alas pelana. Saddle pad adalah lapisan tipis yang berada antara punggung kuda dan pelana. Saddle pad berfungsi untuk melindungi dari gesekan yang disebabkan oleh sadel yang bergesekan dengan kuda. Selain itu, alat ini dapat membantu melindungi sadel dengan menyerap sebagian keringat kuda.
Salah satu bagian dari pelana juga adalah stirrup atau sanggurdi. Alat ini merupakan pijakan kaki saat menunggangi kuda. Sanggurdi ini tergantung di pinggiran pelana dengan seutas tali yang disebut tali sanggurdi. Pijakan kaki ini tentunya sepasang, kanan dan kiri.
Masih berkaitan dengan pelana adalah girth atau tali perut. Girth merupakan tali lebar dari bahan anyaman, kulit, atau kapas yang mengelilingi perut kuda. Tujuannya untuk mengamankan pelana di punggung kuda agar kokoh dan mencegah pelana tergelincir ke samping, belakang, atau depan.
Kedua, kekang kuda atau horse bridle. Kekang digunakan untuk mengarahkan kuda. Kekang kuda dipergunakan di bagian wajah kuda. Desainnya dirancang dengan fungsi untuk memberikan tekanan pada area sensitif pada wajah kuda sebagai cara memberikan arahan dan kontrol.
Bagian dari kekang adalah tali kekang atau horse riding rein. Jika kekang melekat di wajah kuda, maka tali kekang ditautkan pada kekang dan ujungnya dipegang penunggang untuk mengendalikan kuda. Tali kekang bisa terbuat dari kulit, nilon, logam, atau bahan lainnya.
Ketiga, tapal kuda atau sepatu kuda. Tapal kuda merupakan besi pelapis yang dipakai kuda untuk melindungi kakinya agar tidak lecet atau luka. Tapal kuda atau ladam ini dibuat pandai besi dan disesuaikan dengan ukuran tapak kaki kuda yang sebenarnya adalah kukunya. Karena kuku, maka melekatkannya dengan cara dipakukan, namun tidak menyakiti kuda. Tapi tentu juga memaku tapal berbentuk huruf U ini harus berhati-hati karena dapat saja mengenai pembuluh darah.
Menurut Agus, kendati terbuat dari besi, tapal kuda ini mudah aus jika kuda dipergunakan setiap hari. Bahkan ausnya bisa sangat cepat.
“Kadang satu bulan sudah harus diganti,” ujarnya.
Keempat, dekker atau pelindung kaki kuda. Ketika kuda berlari, terkadang antara kaki kanan dan kirinya bergeseran. Hal ini bisa menyebabkan luka atau lecet pada kaki kuda tersebut. Makanya, kuda perlu diberikan kaos kaki atau dekker sebagai pelindungnya. Ada yang dililitkan yang disebut bandages. Ada juga yang langsung dipasang atau boot.
“Lihat kondisi kudanya. Kadang dipakai bandages kadang boot,” ujar Agus.(muh)