“Memang sudah sangat sering, ya. Saya ingat waktu masih pengerjaan di Jalan Rajawali itu sampai menutup jalan masyarakat. Itu tahun lalu saya sampai datang ke sana mengecek ke lokasi. Warga sudah ramai protes dan bentangkan spanduk," ucap Agung Nugroho.
Dikatakan dia, di satu sisi, proyek SPALD T memang memiliki manfaat untuk pengelolaan air limbah. Namun dirinya meminta agar jangan sampai merugikan banyak pihak. Apalagi sampai mematikan pencarian masyarakat di sekitar lokasi. Bila seperti itu, seharusnya pemilik proyek menyediakan alokasi anggaran kompensasi terhadap masyarakat yang terdampak.
Apalagi sebelum pengerjaan proyek, ada yang namanya analisa dampak lingkungan (amdal). Ini yang sampai saat ini dipertanyakan. Bila ada amdalnya, bagaimana kajian terhadap masyarakat yang terdampak atas pengerjaan proyek.
“Di mana-mana, pekerjaan besar pasti memiliki alokasi khusus untuk masyarakat terdampak," tuturnya.
Atas kondisi ini, dia bakal mendorong komisi terkait di DPRD Riau untuk kembali memanggil kontraktor proyek tersebut.
Segera Rekondisi Jalan Rusak
Sejak Agustus 2019 lalu, wilayah Kecamatan Sukajadi menjadi titik awal pembangunan SPALD-T. Tujuan proyek ini untuk menjaga kualitas air bawah tanah tetap aman dikonsumsi masyarakat, memisahkan dari pencemaran air.
Hingga saat ini, pekerjaan ini masih berlangsung dan sudah sampai ke wilayah Kecamatan Limapuluh, Pekanbaru. Namun dampak dari pekerjaan ini menyebabkan kondisi jalan dalam kota Pekanbaru menjadi rusak sampai pekerjaan selesai dilakukan. Suka dan tidak suka, masyarakat merasakan langsung dampaknya. Harapannya tentu, supaya pekerjaan ini segera dapat diselesaikan, dan jalan yang sudah digali diminta untuk dapat dikembalikan ke bentuk semula.
Pj Walikota Pekanbaru, Muflihun pun sudah memaklumi hal itu. Dia meminta kepada kontraktor untuk segera melakukan rekondisi jalan yang rusak tersebut. Dia berharap juga supaya program Metropolitan Sanitation Management Investment Project (MSMIP) Kota Pekanbaru, dapat berjalan sebagaimana diharapkan.
Untuk diketahui, pembangunan SPALDT ini ada beberapa paket, dan ini dilaksanakan oleh PT Wijaya Karya (Wika), lalu ada juga dilaksanakan oleh PT Hutama Karya (HK), dan PT Adhi Karya, serta rekanan.
Kepada Riau Pos, Sabtu (18/6). Manager Project PT Wijaya Karya (Wika), Lutfi Bina mengatakan, pihaknya sudah diundang rapat oleh Pj Wako, membahas soal pekerjaan pembangunan SPALDT, pada 15 Juni 2022 kemarin. Fokus utamanya penyampaikan program proyek MSMIP Kota Pekanbaru, yang terdiri dari 4 paket : SC1, SC2, NC, B. Paket SC1 disampaikan Lutfi, progresnya sudah 100 persen. ‘’Sudah dilaksanakan PHO pada 26 Maret 2022. Saat ini sudah dalam masa pemeliharaan selama 1 tahun sampai dengan akhir Maret 2023,’’ katanya.
Disampaikan juga, adapun kondisi jalan saat ini ada beberapa lokasi yang harus diperbaiki kembali. Pada beberapa lokasi sedang diaspal, dengan beberapa kondisi. Yaitu, aspal hancur akibat seringnya terjadi genangan air atau banjir. Ini berada di Jalan Ahmad Dahlan- Simpang Jalan Mangga.
Lalu ada penurunan aspal di sekitar manhole karena ada adanya proses settlement tanah sehingga terjadi penurunan aspal. ‘’Sesuai arahan Pak Walikota untuk segera dilaksanakan perbaikan agar aspal yang rusak tersebut agar tidak membahayakan pengguna jalan,’’ ujarnya lagi.
Dia juga menegaskan, tindak lanjut dari hasil rapat itu juga, pihaknya akan menginventarisasi segera jalan aspal lokasi pekerjaan SC1. Jalan-jalan ini perlu perbaikan dengan melibatkan pihaknya selaku kontraktor, konsultan pengawas, direksi lapangan, juga perlu campur tangan PUPR Kota Pekanbaru.
‘’Terkait saluran drainase yang belum normal terutama di sekitar Jalan A Dahlan, arahan Pak Kadis PUPR kota untuk bisa diagendakan kerja bersama pembersihan saluran dengan tenaga/sumber daya gabungan pihak Wika, pasukan kuning dan simpatisan warga,’’ ungkapnya.
Begitu juga halnya oleh kontraktor lainnya, Project Manager PT Hutama Karya, Olan, menegaskan bahwa, pihaknya siap untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan yang sudah disepakati. ‘’Kita akan optimalkan semuanya,’’ katanya.
Sejumlah ruas jalan di Kota Pekanbaru, khususnya di Kecamatan Sukajadi yang menjadi lokasi perdana proyek ini mengalami kerusakan parah. Begitu juga untuk wilayah Limapuluh.
Rata-rata kondisi jalan rusak berat meski telah dilakukan pengaspalan ulang. Drainase di sekitar jalan tersumbat. Hal ini semakin memperparah kerusakan karena air dari drainase meluap ke badan jalan. Seperti terpantau di Jalan Dahlia, Jalan Ahmad Yani, Jalan Teratai, Jalan Cempaka, Jalan KH Ahmad Dahlan, Jalan Rajawali, dan beberapa ruas jalan lainnya.