FEATURE

Gerbang Narkoba di Sempadan Negeri

Liputan Khusus | Senin, 22 Maret 2021 - 09:35 WIB

Gerbang Narkoba di Sempadan Negeri

Sasaran Empuk Transit Sabu Skala Besar
Kondisi geografis Pulau Bengkalis dan Rupat berbatas langsung dengan negara tetangga Malaysia. Hal ini menjadikan dua pulau ini sebagai sasaran empuk transit barang penyeludupan dari luar negeri, terutama narkoba. Ini terbukti, di sepanjang tahun 2020 hingga 2021 ini sudah puluhan kilogram narkoba jenis sabu berhasil digagalkan Polres Bengkalis melalui Satresnarkoba Polres Bengkalis. Tidak hanya itu, bahkan beberapa pengungkapan narkoba secara besar berhasil dilakukan polisi maupun BNN. Sebagian besar diamankan saat melintasi Pulau Bengkalis dan Rupat.

Polres Bengkalis melalui Satuan Reserse Narkoba (Satresnarkoba) mengakui hampir sepanjang perbatasan perairan Pulau Bengkalis maupun Rupat sebagai titik rawan dari upaya penyeludupan narkoba oleh bandar-bandar jaringan internasional. Para bandar narkoba memanfaatkan betul pelabuhan-pelabuhan tikus yang ada, baik di Pulau Bengkalis maupun Pulau Rupat.


Anak-anak sungai yang terdapat di Pulau Rupat dan Pulau Bengkalis dimanfaatkan oleh pelaku sebagai jalur distribusi membawa narkoba. Seperti di Pulau Rupat. Anak-anak sungai yang berada di Tanjung Medang dan Pangkalan Nyirih menjadi pintu masuk bagi mereka untuk membawa narkoba ke daratan.

Begitu juga di Pulau Bengkalis. Beberapa anak sungai yang ada juga selalu dimanfaatkan sebagai jalur distribusi narkoba masuk ke Pulau Bengkalis. Kemudian didistribusikan ke Pulau Sumatera. Di antara anak sungai yang sering dimanfaatkan pelaku penyeludupan narkoba ini terdapat di Teluk Pambang, Seikodi, Selat Baru, Bantan, Tanjung Medang, Pangkalan Nyirih dan di Simpang Ayam.

"Wilayah-wilayah anak sungai ini menjadi jalur masuk karena memang berhadapan langsung dengan Selat Melaka," ungkap Kapolres Bengkalis AKBP Hendra Gunawan SIK MT, Rabu (17/2).

Sejauh ini, dari hasil pengungkapan Polres Bengkalis, sejumlah narkoba yang masuk dari luar negeri melalui Bengkalis didominasi oleh narkotika jenis sabu dan pil ekstasi. Beberapa hasil tangkapan yang berhasil dilakukan jenis dan bentuknya memiliki kemiripan. Biasanya dibungkus dengan bungkusan teh berwana hijau.

Pola masuk narkoba di wilayah perbatasan ini bervariasi. Di antaranya dengan menggunakan jasa tekong kapal yang penjemputan langsung dari Malaysia. Kemudian sampai di Bengkalis dititipkan kepada kurir untuk dilanjutkan. Pola lainnya biasanya para bandar ini menggunakan jasa nelayan sebagai becak laut. Dengan memerintahkan nelayan untuk mengambil barang haram yang sudah dibawa ke wilayah perbatasan di tengah laut. Kemudian oleh nelayan ini di bawa ke orang penampungnya di Bengkalis.

Miliki Mata-Mata
Kasatnarkoba Polres Bengkalis AKP Syahrizal SIK mengatakan, para bandar narkoba memiliki mata-mata untuk mengawasi gerak kepolisian. Jadi pihak kepolisian dimata-matai setiap gerak-geriknya masyarakat yang direkrut bandar narkoba. Mereka bahkan mengetahui seluruh gerak-gerik aparat. Kapan waktu aparat sibuk dan kapan aparat lengah. Mereka hampir keseluruhannya memiliki spionase. Mulai dari daerah pesisir pelabuhan tikus masuknya narkoba, sampai ke pelabuhan penyeberangan roro keluar Pulau Bengkalis.  "Kita memang sudah mengetahui adanya mata-mata ini, namun belum bisa kita sentuh. Sebab ada  ketidakpastian keterlibatan mereka secara langsung dengan jaringan ini," kata Syahrizal.

Dua Pola Peredaran
Selain pola pendistribusian yang rapat, jaringan peredaran narkoba internasional ini juga memiliki pola penyimpanan barang haram dengan rapi. Ini terbukti dari beberapa kali penggerebekan yang dilakukan, barang narkoba ini tidak berhasil ditemukan.

Sebenarnya ketika narkoba ini sampai di Pulau Bengkalis, jaringan ini memiliki dua pola. Ada yang langsung dikirim ke luar Pulau Bengkalis, baik menggunakan penyeberangan roro atau jalur darat, maupun diantar langsung dengan speedboat pancung ke pulau Sumatera. Pola kedua, ketika barang sampai, disimpan atau diendapkan dulu di Pulau Bengkalis atau Rupat hingga kondisi aman. Baru kemudian didistribusikan ke Pulau Sumatera.

Para pelaku memang memiliki tempat tempat khusus seperti gudang dan hutan yang sudah ditandai lokasinya terlebih dahulu. Bahkan pola terbaru narkoba yang mereka bawa dari Malaysia ini diendapkan di tengah laut dengan koordinat tertentu. Aparat tentunya susah  melacak keberadaan barang haram tersebut ketika sindikat ini mengendapkan narkoba di tengah laut. Sebab tidak diketahui koordinatnya.

"Kalau kita lihat di tengah laut itu, hanya air biru begitu saja. Tetapi bagi sindikat ini, tentu tahu koordinat dan posisi barang yang disimpannya. Ini merupakan modus terbaru mereka," kata Kasat.

Sindikat narkoba internasional ini memiliki jaringan yang tertutup. Mereka tidak saling mengenal satu sama lainnya dengan tugas masing-masing. Mulai dari pengantaran dari Malaysia, sampai ke Indonesia masing-masing sudah ada aktornya.

Tugas penjemput barang hanya sebagai penjemput saja. Kemudian juga ada penghubung khusus antara penjemput dengan penerima barang.  "Di sinilah sistem mereka terputus. Penghubung dan penjemput serta penerima tidak saling kenal," kata Syahrizal.

Sindikat ini juga tidak hanya satu kelompok saja. Di beberapa titik masuk memiliki kelompok sendiri-sendiri dan tidak saling mengenal. Makanya ketika aparat melakukan penangkapan, tidak bisa menuntaskan sampai ke jaringan atasnya. Sebab, jaringan mereka terputus antara penerima, pengantar dan penghubung. "Makanya, saat kita fokus melakukan pengungkapan di daerah satu, mereka bisa dengan mudah pindah bermain di daerah kelompok yang lain," terangnya.

Dia juga menyebut, mereka mudah berpindah-pindah memasukkan narkoba. Misalnya saat ini polisi melakukan pengintaian di daerah Jangkang, sindikat ini pindah bermain di daerah lain seperti Perapat Tunggal, Rupat atau bisa jadi langsung ke jaringan di Pulau Sumatra seperti di Sungai Selari.

Pengawasan masuknya narkoba di wilayah Bengkalis dan Rupat saat ini memang masih belum terpantau secara maksimal. Hal ini dikarenakan kondisi garis pantai di Bengkalis dan Rupat cukup panjang dan luas. Ditambah lagi terbagi menjadi dua pulau yakni Rupat dan Bengkalis.

Kabupaten Bengkalis memiliki banyak pelabuhan tikus yang belum semuanya terpantau dan terawasi secara maksimal. Hampir rata-rata narkoba yang masuk di Pulau Bengkalis maupun Rupat berasal dari perahu-perahu nelayan, namun luput dari pantauan. Namun Satnarkoba Polres Bengkalis bersama jajaran Polsek terus berupaya memaksimalkan pengawasan dengan keterbatasan personel ini.

Untuk memaksimalkan upaya pencegahan masuknya narkoba melalui Bengkalis, pihak Satnarkoba terus melakukan pendekatan dengan masyarakat di wilayah rawan masuk narkoba. Caranya dengan melakukan sosialisasi bagaimana upaya memberantas peredaran narkoba dan penyalahgunaan narkoba.

Dari Cina-Malaysia ke Sumatera dan Jawa
Sebagai gerbang besar yang berhadapan dengan Selat Melaka, pesisir Riau memang sangat terbuka. Terdapat 370 mil atau 685 km garis pantai Riau yang terbentang dari Panipahan, Kabupaten Rohil hingga Pulau Kijang, Kabupaten Inhil. Jarak ini setara dengan separuh garis pantai utara Pulau Jawa. Terdapat 30 kota kecil yang jadi pelabuhan tikus. Di kota-kota kecil (kecamatan) ini, terdapat pula masing-masingnya puluhan pelabuhan tikus. Dari berbagai pelabuhan tikus inilah narkoba masuk dari Malaysia.

Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Riau Brigjen Pol Drs Kenedy SH MM melalui Kabid Pemberantasan BNNP Kombespol Berliando SIK mengatakan, narkoba yang masuk dari pesisir Riau ini berasal dari Cina dan Myanmar. Mayoritas dari Cina, khususnya Kota Guangzhou. Narkoba masuk ke Malaysia lewat seludupan peti kemas. Dari Malaysia, narkoba dibawa ke pesisir. Beberapa kota pelabuhan Malaysia tempat transit narkoba adalah Port Klang, Port Dickson, Melaka, Muar, dan Batu Pahat. Tujuannya melalui Bagan Siapi-api, Rupat, Selatpanjang, Dumai, Bengkalis, dan Tembilahan.

"Kebanyakan melalui pelabuhan tikus. Ribuan jumlahnya," ujar Berliando.

Jalur perdagangan gelap yang kerap dipakai adalah dari Port Klang ke Sinaboi, Rohil seterusnya ke Bagan Siapi-api. Dari Port Dickson menuju Sinaboi dan Rupat Utara. Kadang langsung Sinaboi Rupat selatan atau Dumai. Jalur lainnya adalah Melaka-Dumai. Selanjutnya dari Muar menuju Bengkalis, Sungaiapit, dan Selatpanjang. Jalur lainnya adalah Batu Pahat menuju Bengkalis, Selatpanjang serta ke Pulau Burung dan Tembilahan, Inhil. Semua jalur itu melalui Selat Melaka.

Dari Dumai, Bengkalis atau Inhil, narkoba dibawa ke Pekanbaru. Dari Pekanbaru baru dibawa ke Aceh, Medan, Palembang, Jambi, Lampung, hingga Jakarta. Ada juga yang hanya diedarkan di sekitar Riau. Kebanyakan narkoba jenis sabu. Kadang ekstasi. Pengendalian narkoba dilakukan bandar besar di Malaysia.

"Kaki tangannya ada di sini. Sebagian sudah kami tangkap. Tapi dari balik jeruji pun mereka masih bisa beraksi. Syukurlah sekarang ada kebijakan baru dari Ditjen Lapas. Tapi ini tetap harus diawasi," ujar Berliando.

Petakan Wilayah Pesisir
Polda Riau juga sudah acap kali melakukan penangkapan narkoba di pesisir ini. Direktur Reserse Narkotika Polda Riau Kombes Pol Victor Siagian beberapa waktu lalu menyebutkan, penangkapan besar narkotika oleh pihaknya rata-rata memang diawali dari masuknya barang haram tersebut melalui wilayah perairan. Ia kemudian menyebut beberapa daerah yang cukup rawan. Di antaranya, Pulau Rupat, Sunaboi, Pesisir Dumai, Bengkalis, Sungai Pakning, dan Bagansiapi-api.

"Selalu diawali dengan masuknya narkoba dari perairan. Beberapa tempat yang kami titik beratkan pengawasannya memang ada di sana," ujar Victor.

Kasus terbesar yang pernah diungkap Polda adalah penangkapan 50 kg sabu di perairan dekat Inhil. Sedangkan yang terbaru, terhitung sejak awal tahun lalu sampai saat ini Ditresnarkoba Polda Riau berhasil menangkap 60 kg sabu yang berasal dari dua kasus berbeda. Namun sama-sama masuk dari wilayah pesisir.

Saat ditanya apakah Riau sendiri masuk zona merah dari catatan nasional, Kombes Victor menyebut tidak hanya Riau. Namun masih ada beberapa wilayah pesisir seperti Sumatera Utara dan Aceh. "Enggak semua merah. Zona yang dianggap aman oleh mereka. Kita sudah tahulah zona itu. Sehingga titik berat kendalinya itu bisa kita optimalkan," tuturnya. (wir/fad/esi/muh/nda/ted)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook