Sejak tahun 2004 dirinya bersama sebagian nelayan sudah menanam mangrove, namun selalu gagal. Mangrove yang ditanam baru berukuran kecil mati tergurus ombak Selat Bengkalis. Awalnya, menanam mangrove bersama sebelas temannya secara swadaya dengan mengumpulkan uang untuk mendapatkan bibit mangrove. Dari ratusan bibit yang ditanam, yang berhasil hidup paling banyak sekitar satu atau dua batang saja. Dengan kondisi itu, dirinya bersama teman-teman sempat frustasi. Bahkan setiap tahun menanam hanya sebagian kecil yang berhasil tumbuh.
Kemudian dia merasa lega karena peluang untuk menghijaukan kembali tebing dan pantai dengan tanaman mangrove di Desa Pangkalan Jambi dan memecah masalah abrasi mulai terbuka. Dirinya yang awalnya kelompok nelayan berubah menjadi koperasi nelayan, mendapat bantuan CSR dari Pertamina RU II Dumai yang beroperasi di Sungai Pakning atau sekarang dengan nama PT Kilang Pertamina Internasional Unit Sungai Pakning sejak tahun 2017.
Saat itu Pertamina memberikan bantuan nelayan melalui program CSR secara bertahap. Awalnya Pertamina membantu Kelompok Nelayan Desa Pangkalan Jambi ini dengan pembuat pengaman pantai seperti pemecah ombak. Pemecah Ombak Alami yaitu Triangle Mangrove Barrier (TRIMBA). Kemudian secara bertahap diajarkan bagaimana cara pembibitan mangrove. Hasil pembibitan secara mandiri ini kemudian ditanam sekitar lahan yang sudah ada pengamannya ini.
Menurut Alpan, sejak dibangun pemecah gombak alami tersebut sudah bisa menahan laju abrasi dan membuat tumbuh subur mangrove. Bahkan saat ini terjadi penumpukkan tanah lumpur setebal 30 centimeter. Kemudian tak adalagi reruntuhan tanah akibat ombak. "Alhamdulillah sekarang tanah pantai yang tergerus sebelumnya, kembali meninggi. Kemudian bibit mangrove yang ditanam semuanya tumbuh subur. Jadi dari 100 bibit yang ditanam, keberhasilannya mencapai 95 persen," jelas Alpan sambil melihat rimbunan batang bakau dan juga bibit bakau yang mulai tumbuh di tepi pantai saat itu.
Paling tidak, kata Alpan, dengan adanya pemecah gelombang yang terbuat dari nibung tersebut bisa menyelamatkan secuil tanah Pulau Indonesia yang ada di pantai timur Sumatera ini. "Kita berharap abrasi berhenti, tanaman mangrove terus menghijau," ujarnya.
Sementara itu, Manajer Production PT Kilang Pertamina Internasional Unit Sungai Pakning Antoni R Doloksaribu mengatakan, perhatian terhadap Mangrove Center Pangkalan Jambi merupakan bagaian dari Tanggungjawab Sosial Lingkungan (TJSL) atau lazim dikenal Corporate Social Responsibility (CSR). ‘’Pertamina terus berupaya untuk memberikan kontribusi nyata bagi lingkungan dan masyarakat. Terutama pencegahan abrasi," jelasnya.
Menurut dia, program pengembangan kawasan hutan mangrove menjadi mangrove center, ekowisata mangrove dan sebagai penerima tropy proklim utama dari Kemen LHK, dijelaskan Antoni, Pertamina sentuh 4 pilar TJSL sekaligus dalam pelaksanaan satu program. ‘’Secara umum program ini menyentuh pilar Pertamina Hijau mewakili program TJSL yang bergerak di bidang lingkungan," jelasnya.
Kata Antoni, awalnya, Pertamina melihat langsung persoalan abrasi yang membelenggu masyarakat pesisir Desa Pangkalan Jambi. Persoalan abrasi dan pengelolaan mangrove agar bernilai ekonomis tak terselesaikan. Makanya terhitung tahun 2017, Pertamina menstimulasi Kelompok Harapan Bersama, Desa Pangkalan Jambi, Kecamatan Bukitbatu. "Penanaman mangrove dengan teknik hybrid engineering dan sekaligus juga membantu mereka dalam pengadaan bibit mangrove," jelasnya.
Wujud keberhasilan lainnya, dimulainya kawasan ekowisata mangrove. Bersama Pertamina membangun jalur pandang setapak sejauh 1 kilometer. Jalur ini membentang di garis pantai Pangkalan Jambi. ‘’Jalur setapak ini menjadi daya tarik para pelancong," kata Antoni lagi.
Selain itu, dengan adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pengolahan produk mangrove, penyediaan pusat informasi pendidikan mangrove di Mangrove Education Center serta perbaikan kualitas lingkungan yang bermanfaat bagi kesehatan masyarakat. Program ini juga menyentuh aspek-aspek pilar Pertamina Berdikari (pilar pemberdayaan ekonomi masyarakat), Pertamina Cerdas (pilar pendidikan) dan Pertamina Sehat (pilar kesehatan).
"Pengembangan paket komplit yang menggabungkan beberapa aspek dari pilar program TJSL Pertamina. Dengan ini, kami berharap manfaat yang dirasakan masyarakat dapat lebih optimal karena dapat menyentuh berbagai lini kehidupan," ungkapnya.
Lebih lanjut mengenai program, salah satu inovasi utama dalam rangkaian pengembangan kawasan ini adalah Pertamina Internasional Unit Sungai Pakning kembangkan Pemecah Ombak Alami yaitu Triangle Mangrove Barrier (TRIMBA) yang memanfaatkan kayu nibung sebagai bahan utama. ‘’Inovasi TRIMBA ini dikembangkan sebagai buah pemikiran bersama antara perusahaan dengan masyarakat yang berfokus kepada solusi bagi kerusakan lingkungan mangrove. Ternyata berhasi mencegah lajunya abrasi," jelas Antoni.
Tempat terpisah, Camat Bukitbatu Taufik Hidayat SSTP MPA sangat mengapresiasi apa yang dilakukan kelompok nelayan Harapan Bersama, Pangkalan Jambi. "Kekuatan tiga komponen, nelayan atau masyarakat, pemerintah dan perusahaan dalam kepedulian terhadap lingkungan membuahkan hasil. Sekarang Pangkalan Jambi bebas abrasi," jelas Taufik Hidayat.