Minimal 500 Dolar AS per Ha untuk Restorasi Gambut
Titik Api mulai sedikit meletup di beberapa titik rawan kebakaran. Badan Restorasi Gambut mengupayakan tak hanya melakukan restorasi tapi juga pencegahan. Pasalnya, lahan gambut yang telah terbakar ternyata memerlukan biaya yang cukup fantastis.
”Sebenarnya masih perkiraan saja, perhitungan antara 500 hingga 3.000 dolar AS untuk setiap hektarenya. Itu dalam kurun waktu lima tahun,” ungkap Kepala BRG, Nazir Foead di Jakarta.
Dana tersebut pun diperlukan untuk mengembalikan keadaan lahan gambur ke ekosistem yang sebenarnya. Padahal, berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), lahan gambut yang terbakar pada tahun 2015 mencapai sekitar 2 juta hektare.
Penghitungan biaya tersebut pun didapat dari berbagai masukan seperti angka 500 dolar AS atau Rp6.500.000 (kurs 1 dolar AS = Rp13.000) per hektar berasal dari lembaga Bank Dunia (World Bank), sedangkan 3.000 dolar AS berasal dari lembaga Center for International Foresty Research (Cifor). Meski demikian, prediksi nilai dari pemerintah masih dalam tahap penghitungan. ”Itu terkait kegiatan fisik, sosial, pengembangan kapasitas masyarakat yang harus terlibat. Koordinasi juga dengan pemerintah dan perusahaan,” tuturnya.
Jika, nilai sudah didapatkan, angka tersebut akan dimasukkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017. Nazir pun menargetkan bahwa angka yang dihitung nantinya juga terhitung dalam lima tahun ke depan. Sedangkan, untuk tahun ini, dana masih dikoordinasikan antar kementerian dan lembaga.
Selain dari pemerintah, adapun biaya restorasi yang didapatkan BRG berasal dari berbagai pihak donasi baik perseorangan maupun lembaga.(egp/amy/lus/jpg)