JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kasus kekerasan berupa tendangan yang dilakukan seorang pria dewasa terhadap anak-anak di area playground anak sebuah mal di Jakarta sedang ramai dibicarakan publik. Sejumlah kalangan menyayangkan aksi koboi yang dinilai sadis tersebut.
Jika merujuk rekaman CCTV yang beredar, tindakan tersebut bermula saat seorang anak perempuan, secara tidak sengaja tertabrak ayunan yang dimainkan seorang anak laki-laki. Tanpa basa-basi, bapak dari anak perempuan itu lantas membalas dengan menendang anak laki-laki di ayunan tersebut sampai tersungkur.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Rita Pranawati menilai, aksi yang dilakukan pria dewasa itu sangat tidak tepat. Selain tabrakan tersebut bukan kesengajaan, aksi kekerasan terhadap anak di bawah umur di depan publik sangat memprihatinkan.
“KPAI menyesalkan kekerasan yang dilakukan oleh ayah kepada anak di ruang publik,” ujarnya kepada JPG, Sabtu (28/4). Rita menambahkan, berdasarkan studi yang ada, kekerasan yang dilakukan orang dewasa terhadap anak bisa berdampak buruk terhadap psikologi anak ke depan. “Sangat membekas bagi anak, apalagi kekerasan dilakukan di ruang publik,” ujarnya.
Disinggung soal langkah apa yang akan diambil oleh KPAI, Rita menyebut pihaknya masih melakukan pendalaman dengan mengkaji insiden tersebut secara menyeluruh. Ada beberapa opsi yang bisa ditempuh, mulai dari memproses secara hukum hingga memberikan bimbingan konseling tentang keterampilan mengasuh kepada pelaku.
Sementara itu, pernyataan lebih keras disampaikan Ketua Indonesia Child Protection Watch Erlinda. Selain mengutuk aksi tersebut, dia bersama Aliansi Orang Tua Cinta Kasih juga mendesak aparat penegak hukum untuk mengusut kasus tersebut. “Apakah ada pelanggaran pidana dan bisa diberikan efek jera sehingga menjadi pelajaran bagi orangtua yang selalu melakukan tindak kekerasan dan kesewenangan pada anak,” ujarnya.
Dia menilai, kejadian tersebut tidak bisa dianggap angin lalu. Pasalnya, bagi anak yang menjadi korban, bukan hanya memar secara fisik, tapi juga berdampak secara mental. Mulai dari timbul rasa trauma, ketakutan, hingga berpotensi meniru tindakan yang sama. “Karena pada dasarnya anak merupakan peniru yang ulung,” kata dia.(far/das)