JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Depresi sudah menjadi kondisi buruk yang seringkali diderita oleh kebanyakan masyarakat Indonesia terlebih pada orang-orang di usianya yang masih muda. Berbagai permasalahan timbul yang akan memicu terjadinya depresi, dan tidak sedikit orang yang melampiaskannya kepada hal-hal yang tidak benar bahkan hingga mengakhiri hidupnya.
Dilansir dari laman Antara, Nina Pramudita, M.Psi. selaku Psikolog Klinis Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Duren Sawit, Jakarta Timur memberikan pesan supaya seseorang yang telah sembuh dari depresi harus tetap melakukan upaya tertentu seperti menjaga kesehatan psikis dan mental agar tidak depresi lagi.
Nina menyampaikan bahwa upaya menjaga kesehatan mental dapat melalui pengelolaan emosi yang ada pada diri seseorang. Menjalin hubungan atau menjaga relasi yang sudah ada terhadap orang lain, melakukan kegiatan positif, dan rutin melakukan self-care.
"Depresi bisa sembuh dan depresi bisa kembali. Dia bisa kembali lagi seperti gejala awal atau gejalanya berkurang, tapi kambuh gitu," tutur Nina dalam seminarnya di Dinkes DKI Jakarta melalui kanal resminya.
Nina kembali menjelaskan, terdapat sejumlah pemicu terkait datangnya depresi setelah pulih. Pertama adalah permasalahannya yang belum terselesaikan secara sempurna.
"Atau ketika dia sebenarnya pemulihannya belum tuntas, sebenarnya dia sudah berhenti di tengah jalan, karena mungkin merasa sudah baik-baik saja," ucapnya.
Terdapat sejumlah penyebab seseorang dapat mengalami depresi seperti faktor keturunan, kerusakan di otak, dan faktor psikologis.
"Bisa juga muncul karena individu tidak bisa memberikan makna pada eksistensi dirinya sehingga timbul rasa bersalah dalam dirinya ketika ada yang tidak sesuai dengan ekspektasi atau ada yang tidak sesuai dengan potensi dirinya," Nina menambahkan.
Di masa seperti saat ini, tidak hanya orang dewasa yang mengalami kondisi buruk ini. Depresi sekarang juga dialami oleh anak-anak dimulai pada usia 15 tahun ke atas.
"Bahkan saya pernah mendengar berita juga anak-abak pernah ada yang mengalami depresi," tuturnya.
Nina menjelaskan lebih lanjut, depresi dapat berupa rasa sedih yang terjadi secara terus-menerus selama dua minggu, sebulan, dan bisa lebih lama lagi.
"Jadi kalau baru sehari dua hari saja, belum bisa dipastikan bahwa dia depresi. Tapi kalau sudah dua minggu, apalagi sampai satu bulan, dua bulan, tiga bulan, nah itu berarti perlu dicek lagi. Sedihnya seperti apa sih, kayak gitu," kata Nina.
Tidak sedikit dijumpai bahwa sebagian orang merasa malu untuk mengungkapkan bahwa dirinya sedang mengalami kondisi buruk ini. Seringkali mereka tidak ingin terbuka dan lebih memilih untuk memendamnya.
"Semua orang pasti mengalami pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan, gitu ya yang menyakitkan, tapi bagaimana kita memberikan reaksi yang tepat terhadap emosi tersebut atau terhadap situasi tersebut," ungkap Nina.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman