Meranti Sentral Sagu Dunia Jadi Tema HUT Ke-11

Kepulauan Meranti | Kamis, 19 Desember 2019 - 10:31 WIB

Meranti Sentral Sagu Dunia Jadi Tema HUT Ke-11

SELATPANJANG (RIAUPOS.CO) -- Kabupaten Kepulauan Meranti genap berusia 11 tahun hari ini (19/12). Kabupaten termuda di Provinsi Riau ini dikenal akan sagunya. Di Riau terdapat 63.491 hektare lahan sagu dengan produksi tepung sagu setara 219.215 ton per-tahun. Di mana Meranti menjadi satu-satunya kabupaten yang memiliki potensi tersebut. Atas dasar itu pula, tema yang diangkat pada hari ulang tahun (HUT) ke-11 ini Meranti Sentral Sagu Dunia.

Secara geografis Meranti terletak di bagian pesisir timur Pulau Sumatera yang berbatasan dengan sejumlah negara tetangga. Masuk dalam daerah Segitiga Pertumbuhan Ekonomi (Growth Triangle) Indonesia-Malaysia-Singapura (IMS-GT). Secara tidak langsung sudah menjadi daerah hinterland kawasan Free Trade Zone (FTZ). Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan dan Hortikultura Kepulauan Meranti, produksi tepung sagu di sana setiap tahunnya mencapai 205.051 ton. Jumlah itu seimbang dengan luas lahan tanamannya sekitar 53.399 hektare yang terdiri dari kebun masyarakat dan kebun industri. Dengan potensi tersebut tampak menjadi daya tarik tersediri. Terutama Presiden RI Joko Widodo. Ia membuat sejarah baru sebagai presiden pertama yang menginjakkan kakinya di sana pada 27 November 2014. Ia takjub dan tetap mendukung potensi sagu di Meranti. Dengan begitu Ia berharap Kepulauan Meranti dapat menjadi salah satu lumbungnya sagu dari Pulau Sumatera. Menurunya sagu bukan saja bisa dijadikan komoditas pangan olahan tapi juga komoditas selain pangan, seperti menjadi bahan baku kertas, farmasi dan bio energi.


"Kita tidak hanya mengekspor sagu mentah, tapi juga mengolahnya di dalam negeri untuk meningkatkan nilai ekspor. Petani jadi produktif, lapangan kerja baru juga bisa diserap. Dan yang paling penting insdustri ini dapat menjadi sumber ketahanan masa depan," ujarnya kala itu. 

Apa yang menjadi keinginan Jokowi tersebut hampir tercapai. Seperti dibeberkan Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti Drs H Irwan Nasir MSi kepada Riau Pos, beberapa waktu lalu. Setiap mengikuti Festival Pangan Sagu Nusantara, daerah itu selalu meraih penghargaan dengan kualitas tepung sagu terbaik di Indonesia. Ditambah dengan puluhan penghargaan. Tak ayal, tepung sagu asal Meranti menjadi primadona masyarakat Cirebon. Bahkan tepung yang berkualitas nomor wahid hingga diekspor ke Malaysia, Singapura, Jepang, dan Korea Selatan. 

Kepala Dinas Perkebunan dan Hortikultura Kepulauan Meranti T Efendi menjelaskan, sejalan dengan atensi pemerintah daerah hingga pusat, program ketahanan pangan perlu dilakukan peningkatan. Menurutnya potensi pengembangan industri tanaman sagu dinilai sangat laik dijadikan sebagai pangan alternatif pengganti beras.

Selain itu juga, secara strategis potensi hutan sagu dan lahan yang sesuai dapat menjadi bahan cadangan pangan serta bahan baku industri. Baik skala usaha kecil menengah (UKM) maupun skala industri. "Selain itu sagu merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang sangat tinggi setiap satuan luasnya," ujarnya.

Dalam satu batang sagu terdapat pati 200-400 kg. Jauh melebihi beras dan jagung. Kadar pati kering dalam sagu di atas kandungan pati beras yang hanya 6 ton per hektar. Sementara untuk pati kering jagung hanya 5,5 ton.  Dari aspek nilai gizi, tepung sagu mempunyai nilai lebih. Jika dalam satu pohon terdapat 300 kg pati kering maka dalam satu hektar dapat dipanen hingga 30 ton pati kering.

Diceritakan Efendi, luasnya hilirisasi perkebunan sagu di Meranti hampir mencapai 81.000 hektar. Luas tersebut terdiri dari 14.000 hektare perkebunan sagu yang dikelola oleh perusahaan, dan 39.399 hektar dikelalola langsung oleh masyarakat. Sementara sisanya terdapat 28.000 hektar belum terkelola.

Beberapa tahun belakangan, Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) ikut mencatat karya yang luar biasa dalam kategorisasi makanan berbahan dasar dari sagu asal Meranti. Sekda Kepulauan Meranti Yulian Noris mengatakan bahan dasar sagu diolah dan diperkaya dengan berbagai aneka kreasi dan jenis makanan dan minuman yang mampu menghasilkan 369 menu makanan berbahan dasar sagu telah dianugerahi MURI.

Dalam konteks ini pula, Pemkab Meranti telah bekerja sama dengan Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJI) agar sagu dapat dijadikan sebagai bahan pangan lokal. Kendati demikian dalam pelestarian dan pengembangannya sangat di perlukan tindakan integratif-terpadu dari berbagai pihak. Terutama masyarakat itu sendiri yang justru berada dalam kapasitas yang menjadi faktor krusial yang menentukan masa depan sagu.  Apalagi, program pelestarian dan pengembangan sagu hanya akan dapat berjalan secara rutin tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak.(wir) 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook