SELATPANJANG (RIAUPOS.CO) -- Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti H Muhammad Adil SHM MM tergiur dengan tawaran Universitas Andalas (Unand) Sumatera Barat. Jajaran universitas tua di Satera Barat itu menawarkan diri mengurai masalah repu agar dapat diolah menjadi "emas" atau produk yang tepat guna.
Rencana itu muncul mengingat tingginya tingkat kerusakan lingkungan di Kepuluan Meranti dampak repu atau limbah sagu. Setidaknya dari 78 kilang sagu yang tersebar, dominan pengusaha masih bandel, hingga membuang limbahnya ke sungai. Informasi ini diterima Riaupos.co, melalui Dinas Lingkungan Hidup Perumahan Rakyat dan Permukiman Kabupaten Kepulauan Meranti.
Menyikapi kondisi itu Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti H Muhammad Adil melakukan diskusi ringan bersama para petinggi Unand, kemarin (11/8/2022). Menurutnya jika satu unit pabrik sagu rata-rata menghasilkan satu ton repu per harinya, bayangkan seberapa besar dampak pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh puluhan pabrik lainnya. "Ketika ditutup maka akan berdampak luas terhadap ekonomi masyarakat. Jadi kita harus cari solusinya," ungkapnya.
Menanggapi itu, Dekan Fakultas Pertanian Unand Dr Ir Indra Dwipa MS menyampaikan beberapa tawaran kerja sama terkait penelitian, khususnya pengelolaan limbah yang dihasilkan dari industri sagu di Meranti.
"Disertasi S3 saya meneliti limbah sagu untuk diolah menjadi bioetanol sebagai salah satu alternatif pengganti bahan bakar untuk kendaraan. Dan itu berhasil," kata Indra.
Menurutnya, jika kondisi itu tidak segera dicarikan solusi maka akan mengancam kelestarian lingkungan. Bahkan, dengan mengubah limbah sagu menjadi bioetanol akan mampu memberikan dampak positif dari sisi ekonomi.
"Kami tim dari Unand siap membantu Pemkab Meranti. Kita bisa memanfaatkan program matching fund kedaireka dari pemerintah pusat. Dengan ini pemkab akan sangat terbantu jika berhasil didapatkan," kata Dekan Fakultas Pertanian Universitas Andalas tersebut.
Direktur Kerja Sama dan Hilirisasi Unand, Dr Muhammad Makky menambahkan Kedaireka merupakan platform program kolaborasi antara perguruan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri. Di dalamnya termasuk pemerintah daerah. Menurut Makky program tersebut sebagai upaya meningkatkan kemandirian dalam menghasilkan inovasi yang bisa menyelesaikan permasalahan di tengah masyarakat, daerah dan bangsa.
"Kami dari tim siap membantu menyiapkan proposal dalam rangka matching fund. Ini dibiayai kementerian, kita melakukan riset bekerja sama dengan pemerintah daerah," kata Makky.
Bupati Kepulauan Meranti H Muhammad Adil mengaku tertarik dengan tawaran riset dari para akademisi Universitas Andalas tersebut. Terutama dalam pengelolaan limbah sagu menjadi produk yang bernilai ekonomis, baik dalam bentuk bioetanol, pakan ternak maupun hasil rekacipta lainnya.
"Sebagaimana kita ketahui, limbah sagu di Meranti sangat mengkhawatirkan," sebut Adil.
Dia memerintahkan Bappedalitbang Kepulauan Meranti untuk segera berkordinasi dengan satuan kerja terkait untuk menindaklanjuti tawaran riset dari Unand ini. Hal itu juga, kata Adil, sejalan dengan amanah pemerintah pusat yang selalu disampaikan lewat Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) maupun Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir Seluruh Indonesia (Aspeksindo).
"Bukan hanya limbah sagu, tapi jajaki juga potensi kerja sama yang lain. Baik itu peternakan, pertanian ataupun pengembangan sumber daya manusia. Manfaatkan program ini semaksimal mungkin," tegasnya.
Sebagaimana diketahui, program matching fund Kedaireka yang diluncurkan tahun 2021 itu merupakan mandat dari Presiden Joko Widodo dalam rangka penguatan ekonomi nasional pasca pandemi Covid19.
Tahun 2022 ini, melalui Kedaireka atau Kerja Sama Dunia Usaha dan Kreasi Reka pemerintah menggelontorkan anggaran hingga dua triliun rupiah yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Laporan: Wira Saputra (Selatpanjang)
Editor: Rinaldi