GAZA (RIAUPOS.CO) - Para diplomat berharap dapat mengumumkan rencana untuk memperpanjang gencatan senjata sementara selama empat hari di Gaza, sebelum gencatan senjata tersebut berakhir.
Dilansir dari The Guardian, daftar sandera yang ditahan Hamas sendiri telah disusun melebihi 50 sandera yang diperkirakan akan dibebaskan dalam empat hari ke depan.
Namun pihak-pihak yang terlibat dalam perundingan tersebut mengakui adanya kesulitan, termasuk kemungkinan bahwa Hamas akan mengupayakan pembebasan warga Palestina dalam jumlah yang jauh lebih besar.
Ada sebanyak 7.000 tahanan Palestina di penjara-penjara Israel, termasuk beberapa yang menjalani hukuman seumur hidup karena pembunuhan. Jeda sementara dapat diberikan waktu selama 10 hari, namun Qatar yang merundingkan kesepakatan antara Israel dan Hamas belum menetapkan batasannya.
Netanyahu dan tim pembelanya mengatakan militer Israel sudah bersiap untuk memulai kembali permusuhan setelah empat hari, sebuah ancaman yang tidak terduga.
Kesulitan yang dihadapi para diplomat adalah kedua belah pihak yang bertikai mempunyai alasan kuat untuk tidak memperpanjang gencatan senjata.
Hamas akan kehilangan pengaruhnya terhadap Israel jika semua sandera dibebaskan, ada juga argumen bahwa Hamas tidak bisa membuat terlalu banyak konsesi tanpa kehilangan dukungan terhadap kelompok militer saingan lainnya yang beroperasi di Gaza, seperti Jihad Islam Palestina.
Bagi Netanyahu, risikonya terletak pada penarikan diri dari gencatan senjata yang membuat struktur militer Hamas tetap utuh. Sebuah hasil yang bertentangan dengan sumpahnya bahwa pertempuran ini bukanlah pengulangan dari empat konflik sebelumnya dengan Hamas di Gaza yang membuat Hamas tetap berkuasa.
Netanyahu menyebutnya sebagai pertarungan antara barbarisme dan peradaban, sehingga tidak mampu menanggung konflik yang tidak menghasilkan kemenangan penuh.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman