GAZA CITY (RIAUPOS.CO) – Hingga memasuki hari ke-16 perang Hamas-Israel kemarin, belum ada tanda-tanda bakal ada perdamaian di antara keduanya. Alih-alih, serangan Israel ke Jalur Gaza kian brutal. Negeri zionis itu juga menjatuhkan bom di Tepi Barat serta menangkapi ratusan penduduk Palestina.
Bom yang dijatuhkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada Sabtu (21/10) malam telah merenggut 55 nyawa warga Palestina. Sebuah bom juga dijatuhkan di Masjid Al Ansar yang berada di kamp pengungsian wilayah pendudukan Tepi Barat. Dua orang tewas dan tiga lainnya terluka akibat serangan tersebut.
Negara yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu itu mengeluarkan ancaman terbaru agar warga Gaza mengungsi ke area selatan yang berbatasan dengan Mesir. Sebab, mereka akan melakukan operasi pengeboman yang lebih besar lagi.
’’Kami akan memperdalam serangan untuk meminimalkan bahaya terhadap pasukan kami pada tahap perang berikutnya. Kami akan meningkatkan serangan mulai hari ini,’’ terang Juru Bicara Militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari seperti dikutip The Guardian.
Enam hari pertama perang di Gaza, Israel sudah menjatuhkan setidaknya 6 ribu bom. Itu hampir setara dengan bom yang dijatuhkan AS di perang Afghanistan selama setahun. Padahal, wilayah Afghanistan 1.800 kali lebih besar dari Jalur Gaza. Itu menunjukkan betapa masifnya kekejian Israel di Gaza.
Total ada 4.651 korban tewas di Jalur Gaza dan setidaknya 90 orang di Tepi Barat sejak awal perang. Korban luka di dua wilayah tersebut mencapai hampir 16 ribu orang. Sekitar 40 persen dari korban meninggal dan 70 persen korban luka adalah anak-anak.
Saat ini banyak orang tua di Gaza yang menuliskan nama di kaki anak-anaknya. Itu dilakukan untuk membantu identifikasi jika mereka pada akhirnya harus meninggal karena bom Israel. Sebab, banyak yang meninggal dalam kondisi jasadnya tidak utuh lagi. Badan Pengungsi Palestina (UNWRA) juga mengungkap bahwa 29 staf mereka di Gaza tewas.
Jumlah warga Palestina yang ditahan oleh Israel juga meningkat dua kali lipat sejak perang. Ada 4 ribu pekerja asal Gaza dan 1.070 warga Tepi Barat yang ditangkap Israel dengan berbagai alasan. Mereka diletakkan di pangkalan militer Sde Teyman, penjara Ofer di Ramallah, serta di kamp militer Anatot di wilayah pendudukan Jerusalem Timur.
’’Para tahanan mengalami kelaparan dan kehausan. Mereka dilarang mengakses obat-obatan, khususnya bagi mereka yang menderita penyakit kronis yang memerlukan pengobatan rutin,’’ ujar Komisi Urusan Tahanan Otoritas Palestina Qadura Fares seperti dikutip Al Jazeera.
Situasi kian buruk setelah pihak penjara memutus aliran listrik dan air. Sebelum perang awal bulan ini, ada sekitar 5.200 warga Palestina di tahanan Israel. Artinya, saat ini jumlah tahanan naik dua kali lipat.
Di lain pihak, 20 truk bantuan kemanusiaan mulai memasuki Gaza sejak Sabtu. Kemarin bantuan kedua sebanyak 17 truk juga sudah tiba. Para petugas medis berharap di antara bantuan itu ada bahan bakar untuk membuat rumah sakit bisa kembali beroperasi maksimal. Mereka juga kewalahan karena kekurangan sumber daya manusia dan dibanjiri oleh begitu banyaknya korban. Saat ini ada setidaknya 130 bayi prematur yang terancam kehilangan nyawa jika listrik mati.
’’Dunia tidak bisa hanya melihat bayi-bayi ini terbunuh akibat pengepungan di Gaza,’’ ujar Melanie Ward, kepala eksekutif bantuan medis untuk Palestina.
Israel di lain pihak juga terus diserang oleh Hizbullah dari sisi Lebanon. Kemarin ada 14 permukiman di sepanjang perbatasan Lebanon yang diungsikan, menyusul 28 permukiman lainnya yang dikosongkan lebih dulu. Hizbullah berjanji akan menyerang dalam skala besar jika Israel sampai menyerang Gaza dari darat. Netanyahu menegaskan akan membalas jika Hizbullah terus menyerang.(sha/c6/ttg/jpg)