Korban Terus Berjatuhan, Gaza Kekurangan Kantong Jenazah

Internasional | Selasa, 17 Oktober 2023 - 09:37 WIB

Korban Terus Berjatuhan, Gaza Kekurangan Kantong Jenazah
Warga Palestina memperli-hatkan foto korban akibat serangan Israel saat aksi solidaritas di Tepi Barat, Ramallah, Senin (16/10/2023). (JAAFAR ASHTIYEH/AFP)

GAZA CITY (RIAUPOS.CO) – Pasien di rumah sakit (RS) yang berada di Jalur Gaza tinggal menghitung jam. Senin (16/10) cadangan bahan bakar generator guna menghidupkan listrik hanya cukup 24 jam ke depan. Artinya, hari ini listrik di hampir semua RS bakal mati.Nyawa para pasien pun berada dalam bahaya.

’’Jika generator cadangan mati, nyawa ribuan pasien dalam bahaya,’’ bunyi pernyataan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) seperti dikutip Anadolu Agency.


Hingga kemarin, jumlah korban jiwa akibat serangan balasan Israel mencapai 2.670 orang. Sebanyak 750 di antaranya adalah anak-anak dan 11 orang jurnalis. Sedangkan korban luka naik menjadi 9.600-an orang. Jumlah korban bisa terus merangkak naik. Sebab, saat ini ada lebih dari 1.000 penduduk Gaza yang hilang tertimbun reruntuhan gedung yang dibombardir Pasukan Pertahanan Israel (IDF).

Mereka yang berada di balik reruntuhan tidak bisa dievakuasi secepatnya. Pasalnya, bom terus berjatuhan bertubi-tubi sehingga membahayakan nyawa. Tim medis di berbagai RS yang masih beroperasi di Jalur Gaza sudah kewalahan. Begitu banyaknya korban tewas, tim medis bahkan kekurangan kantong jenazah. ’’Setiap 5 menit, ada ambulans baru yang datang (membawa pasien, red),’’ ujar dokter bedah di RS Al-Shifa Prof Ghassan Abu-Sittah.

Pria berdarah Palestina-Inggris itu mengungkapkan, hampir seluruh pasien tersebut terluka parah. Mereka membutuhkan penanganan serius. Karena begitu banyaknya pasien, obat yang biasanya untuk sebulan bisa habis dalam sehari. Saat ini, banyak obat yang sudah habis di pasaran dan belum ada suplai dari luar.

Perlintasan Rafah yang dijaga Mesir masih tutup. Belum ada bantuan yang masuk. PBB menyatakan, mereka masih bernegosiasi agar bantuan bisa masuk secepatnya. ’’Pemerintah Israel belum mengambil sikap yang mengizinkan pembukaan perbatasan Rafah,’’ ujar Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry kemarin seperti dikutip The Guardian.

Sempat ada isu bahwa Israel dan Hamas bakal melakukan gencatan senjata. Namun, hal itu dibantah kedua pihak. Israel belum menetapkan kapan mereka akan menyerang Gaza dari jalur darat. Namun, gelombang penduduk Palestina yang mengungsi ke perbatasan dekat Mesir terus bertambah. Sebagian pasien di RS yang kondisinya membaik juga ikut dibawa ke tempat aman.

’’Direktur rumah sakit dan petugas kesehatan kini menghadapi pilihan yang sulit, yaitu menelantarkan pasien yang sakit kritis di tengah kampanye pengeboman, mempertaruhkan nyawa mereka sendiri sambil tetap berada di lokasi untuk merawat pasien, atau membahayakan nyawa pasien ketika mencoba membawa mereka ke fasilitas yang tidak dapat menampung mereka,’’ bunyi pernyataan WHO.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken datang lagi ke Israel untuk membahas situasi terkini. Sehari sebelumnya, Presiden AS Joe Biden dalam wawancara dengan CBS News meyakini bahwa Israel akan bertindak sesuai aturan perang dan warga sipil yang tidak bersalah akan memiliki akses terhadap obat-obatan, makanan, dan air. Hal itu tentu tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan karena Israel memblokade total Jalur Gaza.

Kritik atas tindakan Israel juga terus berdatangan dari berbagai negara. Di antaranya, Kolombia, Aljazair, Belize, Brazil, Kuba, Irak, Iran, Irlandia, Kuwait, Maroko, Malaysia, dan Norwegia. ’’Pemberlakuan blokade penuh, termasuk akses terhadap listrik, air, makanan, dan barang-barang lainnya yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup penduduk sipil di Gaza, tidak dapat diterima,’’ tegas Menlu Norwegia Anniken Huitfeldt.(sha/c7/hud/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook