GAZA (RIAUPOS.CO) – Genosida Israel terhadap Palestina yang berlangsung di jalur Gaza hingga saat ini belum juga selesai. Selama penyerangan, tentara IDF banyak menghancurkan gedung dan pemukiman, bahkan fasilitas yang seharusnya tidak boleh diserang seperti sekolah, rumah sakit, dan kamp pengungsian.
Beberapa waktu yang lalu, sejumlah rumah sakit di Gaza menjadi sasaran penyerangan Israel, salah satunya adalah Rumah Sakit Indonesia. Setelah melakukan penyerangan dan membuat semua orang yang ada di dalam rumah sakit terpaksa mengungsi, kini Israel justru menggunakan rumah sakit indonesia di Gaza sebagai markas mereka.
Hal tersebut memancing amarah banyak pihak, khususnya Indonesia dan MER-C, yang mengelola rumah sakit tersebut sejak pembangunannya. Pada (20/12), pihak MER-C atau Medical Emergency Rescue Commitee mengadakan konferensi pers untuk memberikan tanggapan terkait hal tersebut.
Dalam konferesi pers-nya, dr Sarbini Abdul menyampaikan bahwa dirinya beserta pihak lain yang tergabung dalam MER-C mengecam keras tindakan Israel yang menggunakan rumah sakit indonesia di Gaza sebagai markas militernya.
“MER-C mengecam cara-cara kotor yang dilakukan Israel menjadikan rumah sakit indonesia sebagai markas” ucap Dr. Sarbini.
Banyak peralatan tidak dapat berfungsi karena listrik mati. Bayi-bayi dalam inkubator terancam. Bahkan dokter terpaksa melakukan operasi tanpa anestesi dan hanya diterangi oleh cahaya senter dari HP. Dr. Sarbini melanjutkan, setelah gencatan senjata, seluruh pasien, tenaga medis dan warga yang tinggal di rumah sakit terpaksa dievakuasi. Praktis rumah sakitnya kosong. Kerusakannya serius. Di depan rumah sakit juga ada bulldozer sehingga akses kesana sulit sekali”
Disampaikan oleh Dr Sarbini, selama gencatan senjata, masyarakat akhirnya dengan kesadaran sendiri melakukan gotong royong untuk membersihkan rumah sakit.
“Namun yang terjadi sekarang, sekitar 2 minggu lalu, Israel menempatkan pasukannya di RS Indonesia yang dulu mereka tuduh jadi markas Hamas. Sekarang mereka memakai rumah sakit sebagai perisai dari Hamas. Karena Hamas tidak mungkin menyerang rumah sakit Indonesia,” ujarnya.
Pihak MER-C pun meminta Israel untuk kembali ke aturan Internasional. Yakni menjadikan rumah sakit serta fasilitas masyarakat lainnya sebagai tempat netral. MER-C tidak mau fungsi-fungsi kesehatan diganggu.
Mengingat bahwa rumah sakit indonesia dibangun oleh dana sumbangan masyarakat Indonesia, dan difungsikan murni untuk merawat pasien yang sakit atau terluka, tindakan Israel tak ayal mengundang kecaman berbagai pihak. Beliau juga menjelaskan apa saja yang telah dilakukan Israel kepada rumah sakit indonesia di Gaza selama genosida berlangsung.
“6 November IDF menuduh RS Indo Gaza ada terowongan dan markas Hamas. Kita membantahnya pada 7 November. Itu tidak berdasar” terangnya.
Sebelumnya, rumah sakit indonesia sempat mengalami shutdown karena aliran listrik diputus dan kehabisan bahan bakar. Banyak peralatan tidak dapat berfungsi karena listrik mati. Bayi-bayi dalam inkubator terancam. Bahkan dokter terpaksa melakukan operasi tanpa anestesi dan hanya diterangi oleh cahaya senter dari HP.
Dr. Sarbini melanjutkan, “Setelah gencatan senjata, seluruh pasien, tenaga medis dan warga yang tinggal di rs terpaksa dievakuasi. Praktis rumah sakitnya kosong. Kerusakannya serius. Di depan rumah sakit juga ada bulldozer sehingga akses kesana sulit sekali”
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman