GAZA (RIAUPOS.CO) – Video berdurasi singkat itu sudah cukup menjadi bukti kebrutalan serangan Israel di Gaza. Video yang telah diverifikasi BBC tersebut menunjukkan serangan misil Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada konvoi penduduk menuju wilayah yang berbatasan dengan Mesir.
Para pria terlihat berlari menuju truk sambil meneriakkan doa dan meratap di udara yang dipenuhi asap. Sirene dan alarm mobil menderu-deru. Saat kamera mendekat ke truk, tampak mayat-mayat yang terpotong dan hancur berserakan di mana-mana. Tubuh seorang anak kecil yang patah terlihat tergeletak di atas truk. Kepalanya menoleh dengan canggung ke arah kamera.
Setidaknya ada 12 jenazah dalam serangan di Jalan Salah al-Din tersebut. Sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Pada Jumat (13/10), IDF menyerang dua truk dan sebuah mobil di tiga titik berbeda di Jalan Salah al-Din dan al-Rashid. Setidaknya 70 warga Palestina tewas dalam serangan tersebut dan lebih dari 200 orang terluka.
Badan PBB yang mengurusi pengungsi Palestina mengungkapkan bahwa saat ini lebih dari separo penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta orang telah kehilangan tempat tinggal. Hingga Ahad (15/10), IDF terus membombardir Jalur Gaza dari udara. Di saat bersamaan, tank-tank mereka sudah bersiap di perbatasan dan tinggal menunggu perintah untuk menyerang masuk. Sebagai sekutu utama Israel, AS mengirimkan kapal induk kedua mereka, yaitu USS Eisenhower, untuk menuju Laut Mediterania dekat dengan Israel. Sebelumnya, AS mengirimkan kapal induk USS Ford.
”Ini adalah bagian dari upaya kami untuk mencegah tindakan permusuhan terhadap Israel atau upaya apa pun untuk memperluas perang ini setelah serangan Hamas,” ujar Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin sebagaimana yang dikutip The Guardian.
Tidak semua penduduk Gaza mengungsi setelah peringatan Israel. Banyak yang memilih untuk tinggal di rumah. Mereka yang memilih tinggal itu merasa tidak ada tempat yang aman lagi. Sebab, sekolah, rumah sakit, dan gedung-gedung milik PBB juga tidak luput dari serangan bom IDF.
”Ini adalah Nakba kedua. Namun, penjajah (Israel, red) harus memahami bahwa kami akan terus tetap berakar di tanah kami serta membela hak-hak kami atas kebebasan, perdamaian, dan keamanan,” tegas salah seorang penduduk Gaza kepada Al Jazeera.
Nakba merujuk pada peristiwa pada 1948 ketika milisi dan tentara Israel yang baru dibentuk menghancurkan lebih dari 500 desa dan kota di Palestina. Ribuan orang terbunuh. Lebih dari 750 ribu warga Palestina terusir dari tanah mereka dan terpaksa mengungsi.
Orang-orang Palestina menyebut periode tersebut sebagai Nakba atau malapetaka. Saat itu pun tidak ada yang dibiarkan selamat dari serangan Israel, baik itu perempuan, anak-anak, maupun orang lanjut usia. Mereka yang mengungsi pada 1948 itu tidak pernah bisa kembali ke tanah mereka. Israel sudah merebutnya.
”Tampaknya, mereka di Tel Aviv melihat apa yang terjadi sebagai peluang bersejarah bagi rencana Nakba (kedua),” ujar Younis Tirawi, reporter Palestina.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) melalui perwakilan RI di luar negeri terus berupaya mengeluarkan WNI dari wilayah Palestina dan Israel. Kemarin (15/10) empat WNI yang berhasil dievakuasi Kemenlu dan KBRI Amman dari wilayah Tepi Barat dan sekitarnya tiba di Jakarta.
Juru Bicara Kemenlu Lalu Muhammad Iqbal mengungkapkan, proses evakuasi dilakukan sejak 13 Oktober melalui jalur darat. Yakni, dari safe house di Jerusalem melalui Jordan River Border menuju Amman. ”Saat ini tercatat 136 WNI masih berada di wilayah Tepi Barat dan sekitarnya. Mereka memilih untuk tetap tinggal di lokasi masing-masing,” ujarnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman