GAZA CITY (RIAUPOS.CO) – Kondisi di Jalur Gaza kian memprihatinkan. Wilayah selatan kini ikut menjadi target serangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Perwakilan WHO di Palestina Richard Peeperkorn menegaskan bahwa situasinya saat ini semakin buruk dari waktu ke waktu seiring dengan semakin banyaknya pengeboman di berbagai titik.
Dia menjelaskan, saat ini kian banyak penduduk yang pindah lebih jauh ke selatan untuk menghindari pengeboman. Namun, usaha itu sia-sia. Sebab, IDF juga menjatuhkan bom di Rafah yang berbatasan dengan Mesir. Padahal, di sana banyak pengungsi dari wilayah utara. Bantuan kemanusiaan yang mencapai Gaza juga masih sedikit.
’’Saya ingin memperjelas hal ini bahwa kita sedang melihat bencana kemanusiaan yang semakin meningkat,’’ tegas Richard Peeperkorn seperti dikutip The Guardian, Selasa (5/12).
WHO kemarin berselisih dengan Israel. Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam unggahannya di X mengungkapkan, tentara Israel memerintahkan agar gudang medis WHO di wilayah selatan Gaza dikosongkan dalam waktu 24 jam.
’’Itu karena operasi darat (IDF) akan membuat gudang tersebut tidak dapat digunakan lagi,’’ bunyi unggahan Ghebreyesus Senin (4/12). Dia mendesak Israel untuk mencabut perintah tersebut dan mengambil tindakan untuk melindungi infrastruktur seperti rumah sakit.
Kemarin Israel membantah pernyataan Ghebreyesus. Badan Kementerian Pertahanan Israel yang bertanggung jawab atas urusan sipil Palestina (COGAT) menyebutkan bahwa mereka tidak pernah mengeluarkan peringatan seperti itu. Mereka menegaskan, pernyataan Ghebreyesus tidak akurat.
Terlepas dari siapa yang benar, WHO mulai memindahkan barang-barangnya keluar dari gudang. Selama ini Israel melakukan pengeboman tanpa pandang bulu. Gudang milik WHO yang terancam itu melayani 11 RS di Gaza Selatan. Ada kekhawatiran jika Israel menghancurkan pasokan tersebut, RS di selatan akan semakin kewalahan.
WHO telah mencatat jumlah intensitas serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap sistem layanan kesehatan di wilayah tersebut. Itu termasuk 203 serangan terhadap rumah sakit, ambulans, pasokan medis, dan penahanan petugas kesehatan.
Sejumlah RS yang masih beroperasi meminta para penduduk yang sehat untuk mendonorkan darahnya. Itu disebabkan tingginya jumlah pasien luka parah yang datang setiap jamnya. Sebanyak 43 jenazah dibawa ke RS Nasser kemarin pagi setelah serangan Israel di Gaza Selatan. Sebanyak 26 di antara 35 RS di Gaza saat ini tidak dapat beroperasi dan 52 dari 72 klinik kesehatan primer telah ditutup.
Juru Bicara Unicef James Elder memperingatkan bahwa menciptakan zona aman bagi warga sipil untuk mengungsi di Jalur Gaza adalah hal yang mustahil di tengah aksi pengeboman Israel. IDF meminta penduduk mengungsi ke wilayah lain, tapi tidak ada jalan keluar dari Jalur Gaza. Mereka telah diblokade selama puluhan tahun.
Koordinator Kemanusiaan PBB untuk wilayah Palestina Lynn Hastings memperingatkan bahwa skenario yang lebih mengerikan segera terjadi di Jalur Gaza. Sebab, tidak ada bantuan yang bisa dikirim ke Gaza. Pada saat bersamaan, penduduk sipil terus digempur. Mereka kekurangan pangan, air bersih, sanitasi yang baik, serta tempat berlindung dan keamanan. Beberapa hari terakhir, jaringan internet di Gaza juga berkali-kali terputus akibat intensifnya serangan.
Sementara itu, Emir Qatar Syekh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengeluarkan teguran keras terhadap Israel pada KTT GCC di Doha. Dia menyebut bahwa yang dilakukan Israel adalah genosida. ’’Merupakan aib bagi komunitas internasional jika membiarkan kejahatan keji ini terus berlanjut,’’ tegasnya.
Saat ini pembicaraan mediasi terkait Gaza masih berlangsung. Targetnya adalah menghentikan perang dan pembebasan sandera serta tahanan di Israel.(sha/c7/bay/jpg)