JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Di akun Twitter-nya, sebuah surat dari Pemimpin Tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong Un diunggah oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Dilansir BBC, Jumat (13/7/2018), Kim dalam surat itu menyuarakan harapan untuk masa depan baru dengan AS dalam hubungan bilateral. Akan tetapi, surat itu tidak menyebutkan upaya denuklirisasi yang dilakukan Pyongyang.
Adapun masalah utama yang dibahas kedua pemimpin pada pertemuan bersejarah Juni di Singapura adalah denuklirisasi. Di dalam suratnya, Kim mengatakan, "Saya sangat menghargai upaya luar biasa yang dilakukan oleh Yang Mulia Bapak Presiden AS.”
Baca Juga :Kim Jong Un Perintahkan Militer Korea Utara Bersiap Perang Lawan Amerika
Dia menambahkan, kepercayaan bilateral harus diperkuat lebih lanjut dalam proses pengambilan tindakan praktis di masa depan. Menurutnya, kemajuan dari zaman yang penting dalam mempromosikan hubungan bilateral akan membawa pertemuan berikutnya ke depan.
Trump dalam surat itu mengatakan kemajuan besar sedang dibuat. Namun, Trump tak memerinci kemajuan semacam apa. Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Singapura pada 12 Juni, Trump dan Kim menandatangani dokumen yang termasuk janji dari Korea Utara untuk melenyapkan senjata nuklir di Semenanjung Korea.
Adapun imbalannya, Washington setuju untuk menghentikan latihan militer AS di Korea Selatan. Akan tetapi, kritikus telah berulang kali mengatakan, Trump gagal untuk mendapatkan komitmen tegas dari Korut yang berjanji melakukan pembongkaran senjata nuklirnya.
Pekan lalu, Korut menuduh AS menggunakan taktik gangster untuk mendorongnya ke arah pelucutan senjata nuklir setelah putaran baru perundingan tingkat tinggi. Menurut Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, yang menghadiri perundingan di Pyongyang, kemajuan dibuat selama kunjungan dua hari ke Pyongyang.
Tanggal surat Kim kepada Trump menunjukkan kalau surat itu mungkin telah dikirim sebelum kunjungan Pompeo. AS lantas menyebut bahwa Korut menawarkan untuk bertemu pada 15 Juli.
"Kami akan siap," ucap Heather Nauert, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS. (ina/ce1)
Sumber: JPG
Editor: Boy Riza Utama