Presiden Erdogan Sebut Pengepungan dan Pengeboman Israel atas Gaza sebagai Pembantaian

Internasional | Kamis, 12 Oktober 2023 - 22:36 WIB

Presiden Erdogan Sebut Pengepungan dan Pengeboman Israel atas Gaza sebagai Pembantaian
Presiden Recep Tayyip Erdogan berpidato di hadapan para anggota di parlemen Turki di Ankara. (MURAT CETINMUHURDAR/PRESIDENTIAL PRESS OFFICE/HANDOUT VIA REUTERS])

ANKARA (RIAUPOS.CO) - Pemimpin Turki mengatakan bahwa blokade Israel dan serangan tanpa henti di Gaza merupakan respons yang tidak proporsional terhadap serangan Hamas. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, mengecam blokade dan pengeboman Israel atas Jalur Gaza yang terkepung, dan menyebutnya sebagai pembantaian.

Angkat bicara di hadapan para anggota Partai AK yang berkuasa di parlemen pada hari Rabu (11/10/2023), Erdogan mengatakan bahwa perang pun memiliki moralitas. Namun, gejolak yang terjadi sejak akhir pekan lalu disebut Erdogan sangat melanggar hal tersebut.


Presiden Erdogan menambahkan, melakukan pengeboman di daerah perumahan penduduk sipil, dan melakukan pemadam listrik yang mengakibatkan kebutuhan dasar warga sipil terhambat, tidak bisa disebut perang melainkan pembantaian.

"Mencegah orang memenuhi kebutuhan mereka yang paling mendasar dan mengebom perumahan di mana warga sipil tinggal, melakukan konflik dengan menggunakan segala macam cara yang memalukan - bukanlah perang, ini adalah pembantaian," katanya, mengacu pada Israel yang memutus aliran listrik dan air ke Gaza dan menghancurkan infrastruktur.

Erdogan secara terbuka menentang pembunuhan warga sipil di Israel sedemikian juga pembantaian warga sipil yang tak berdaya di Gaza.

"Kami secara terbuka menentang pembunuhan warga sipil di wilayah Israel. Demikian juga, kami tidak akan pernah bisa menerima pembantaian orang-orang tak berdaya di Gaza dengan pemboman tanpa pandang bulu dan terus menerus," kata Erdogan.

Sedikitnya 1.055 warga Palestina telah terbunuh dan ribuan lainnya terluka dalam pemboman Israel di Gaza sejak hari Sabtu.

ketika kelompok bersenjata Palestina Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke dalam wilayah Israel. Sedikitnya 1.200 warga Israel juga telah terbunuh dan lebih dari 100 orang disandera dalam konflik yang sedang berlangsung.

Israel telah menempatkan Gaza di bawah "pengepungan total" untuk menghentikan pasokan makanan dan bahan bakar ke daerah kantong yang berpenduduk 2,3 juta jiwa, yang sebagian besar adalah warga miskin dan bergantung pada bantuan. Pemerintah Gaza pada hari Rabu mengatakan bahwa listrik padam setelah satu-satunya pembangkit listrik berhenti bekerja. Erdogan mengatakan bahwa kebijakan represif Israel terhadap Palestina merupakan inti dari konflik ini.

"Israel tidak boleh lupa bahwa jika mereka bertindak seperti sebuah organisasi, bukan sebagai sebuah negara, mereka pada akhirnya akan terlihat seperti itu," katanya.

Erdogan mengkritik serangan ‘tidak proporsional’ Israel ke Gaza sebagai sesuatu yang tidak memiliki landasan etika, dan meminta dunia untuk tidak secara membabi buta memihak salah satu pihak.

 

Membiarkan masalah yang mendasarinya tidak terselesaikan akan menimbulkan konflik baru yang lebih kejam, ia memperingatkan.

"Kami menyerukan kepada negara-negara di Amerika, Eropa, dan wilayah lainnya untuk mengambil posisi di antara kedua belah pihak yang adil, adil, dan berdasarkan keseimbangan kemanusiaan. Semua pihak harus menahan diri dari tindakan yang akan sepenuhnya menghukum rakyat Palestina, seperti memblokir bantuan kemanusiaan," katanya.

Turki, yang telah mendukung Palestina di masa lalu dan menjadi tuan rumah bagi anggota Hamas, telah bekerja untuk memperbaiki hubungan dengan Israel setelah bertahun-tahun bermusuhan. Tidak seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat, Turki tidak menganggap Hamas sebagai organisasi ‘teroris’.

Ankara telah menawarkan diri untuk menjadi penengah dalam konflik yang sedang berlangsung, dengan Erdogan dan menteri luar negerinya mengadakan pembicaraan dengan negara-negara di kawasan, Amerika Serikat, dan lainnya. Namun, utusan Israel mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk mendiskusikan mediasi.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook