Pengeboman Israel Ibarat ’Nakba’, Malapetaka bagi Rakyat Palestina

Internasional | Rabu, 11 Oktober 2023 - 15:45 WIB

Pengeboman Israel Ibarat ’Nakba’, Malapetaka bagi Rakyat Palestina
Nakba, artinya seperti bencana atau malapetaka bagi warga Palestina sejak Pengeboman Israel. (X/@ACTFORHUMANITY)

GAZA (RIAUPOS.CO) - Perang yang terjadi di Palestina membuat warga Gaza alami kejadian layaknya menjalani 'Nakba' pada Selasa (10/10/2023). Nakba menurut bahasa Arab yakni 'bencana' atau 'malapetaka' yang penghancuran masyarakat dan Tanah Air Palestina yang diciptakan Israel pada tahun 1948.

Israel melakukan serangan udara pada hari Selasa di Jalur Gaza Palestina yang menyebabkan warga Al Aqad (22), harus melarikan diri dari serangan tersebut.


Ia mengatakan kondisi di Gaza, Palestina tidak ada tempat yang aman setelah ia berpindah 3 kali untuk mengungsi.

“Situasinya gila, benar-benar tidak ada tempat yang aman. Saya secara pribadi telah mengungsi tiga kali sejak kemarin,” kata Al Aqad di halaman Instagramnya.

Ia menjelaskan bagaimana blok apartemennya dihantam, lalu ia mengungsi di rumah temannya tapi kemudian mendapat telepon bahwa rumah itu akan menjadi sasaran juga.

Kemudian setelah tinggal sebentar di rumah sakit, di mana ia mengisi daya teleponnya, lalu menuju ke rumah lain untuk berlindung bersama para jurnalis.

“Baru kemarin saya mengerti apa yang kakek saya alami, semoga beliau beristirahat dalam damai, menceritakan kepada saya tentang 1948 dan Nakba,” katanya melalui panggilan video dari sebuah rumah di Gaza.

“Ketika saya biasa mendengar cerita tentang itu, saya tidak mengerti,” sambungnya saat ia dan yang lainnya mencari perlindungan dari pemboman setelah serangan mendadak Hamas terhadap Israel.

Kondisi yang dilalui oleh Al Aqad membuat ia memahami peristiwa terjadinya malapetaka di kotanya sendiri.

“Saya berusia 22 tahun dan kemarin saya memahami Nakba sepenuhnya,” ungkapnya.

Perang antara Palestina dengan Israel sudah berlangsung lebih dari 7 dekade, yang menyebabkan derita warga Palestina yang harus mengungsi dan menghalangi impian mereka untuk bernegara.

Dalam perang seputar berdirinya Israel, sekitar 700.000 warga Palestina, setengah dari populasi Arab di wilayah Palestina yang dikuasai Inggris, melarikan diri atau diusir dari rumah mereka, dan ditolak untuk kembali.

Banyak dari mereka yang berakhir di Yordania, Lebanon, Suriah, serta di Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.

Bahkan Israel telah memperketat blokadenya terhadap Gaza, sepenuhnya melarang impor makanan dan bahan bakar, serta memotong pasokan listrik.

Sehingga Menteri Pertahanan Israel Yoav Galant memperingatkan bahwa dampak yang harus dibayar oleh Gaza adalah ‘akan mengubah kenyataan dari generasi ke generasi’.

Radwan Abu Al-Kass, seorang instruktur tinju dan ayah dari 3 anak laki-laki, mengatakan rumahnya berlantai lima di distrik al-Rimal telah hancur akibat pemboman pada Senin malam.

“Kami tidak pernah membayangkan rumah kami bisa menjadi tumpukan puing. Hanya itu yang terjadi sekarang,” katanya kepada Reuters melalui telepon.

Al-Kass dan anak-anaknya kini mencari perlindungan di rumah temannya yang berjarak beberapa kilometer jauhnya, namun khawatir akan terjadi pemboman yang lebih besar.

“Ini tahun 1948 kita. Sama saja. Ini Nakba yang lain,” katanya

Sumber: Jawapos.com

Editor: Eka G Putra









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook