Bagaimanapun, Perang Dingin baru ini akan menjadi teramat ‘panas’ jika tentara Saudi bertempur dengan pasukan Iran di medan perang.
Ada laporan yang menuding Arab Saudi sudah memperoleh atau coba memperoleh senjata nuklir untuk ‘pertempuran terakhir’ dengan musuh abadinya itu.
Analis peneliti di Henry Jackson Society, Tom Wilson berkata: “Perang proksi antara Arab Saudi dan Iran meningkat secara mendadak. Pernyataan Saudi untuk mengerahkan tentara ke Suriah mungkin satu ancaman saja bagi memaksa Barat mengambil tindakan lebih serius di Suriah.
“Tetapi, jika Saudi benar-benar mengirim pasukannya ke Suriah, ini akan menjadi pembukaan pertempuran baru yang dapat merebak menjadi konflik serantau besar-besaran.”
Rusia sendiri menuding, berdasarkan gambar yang diambil dari udara memperlihatkan Turki sudah mulai menghimpun tentaranya untuk melancarkan serangan ke atas Suriah.
Sekelompok rakyat Turki juga sudah terlibat pertempuran di Suriah, memerangi tentara rezim Bashar al-Assad dan ada yang terlibat dalam aksi teror bersama kelompok ISIS.
Kelompok ultranasionalis negara itu, ‘Serigala Putih’ yang berjuang untuk melindungi bangsa Turki yang tinggal di utara Suriah dan bercita-cita mengembalikan pemerintahan Dinasti Usmaniah juga terlibat dalam pertempuran menentang pasukan Suriah dan tentara Rusia.
Permusuhan antara Rusia dan Turki memang sudah terjadi sejak ratusan tahun lalu.
Turki kini merupakan anggota NATO dan jika negara itu bertempur, seperti yang hampir berlaku setelah Ankara menembak jatuh sebuah pesawat pengebom Rusia tahun lalu, Amerika Serikat dan Inggris bertanggungjawab membantu Turki.
Ukraina juga dikatakan sudah menyiapkan rencana mengirim pasukannya memerangi ISIS di Suriah. Negara yang berperan sebagai penghubung antara Eropa dan Rusia itu, sudah terlibat dalam perang saudara dengan pemberontak yang didukung Rusia di negara sendiri.
Jika pasukannya bertempur dengan Rusia di Suriah, semuanya bisa saja terjadi. Lebih-lebih lagi NATO juga menyokong Ukraina.(dailystar/zar)