ANKARA (RIAUPOS.CO) - UNITED Nations Children’s Fund (UNICEF) khawatir ribuan anak telah terbunuh dalam gempa dahsyat di Turki dan Suriah. Kekhawatiran itu dilontarkan Juru Bicara UNICEF James Elder, Selasa (14/2). Dia menyebut, ada lebih dari 7 juta anak yang terdampak gempa. Yakni, 4,6 juta anak di Turki dan 2,5 juta di Suriah.
''Banyak anak yang bakal kehilangan orang tua dalam gempa bumi yang menghancurkan ini,'' ujarnya kepada para jurnalis seperti dikutip AFP.
Saat ini, angka korban jiwa sudah mencapai lebih dari 36 ribu jiwa di Turki dan Suriah. Dari jumlah itu, belum ada rincian berapa korban dewasa dan anak-anak. Yang jelas, jumlah tersebut sangat mungkin terus bertambah. Bahkan, Elder meyakini bahwa jumlah total korban nanti bakal mencengangkan.
Meski peristiwa gempa sudah berlangsung lebih dari sepekan, tim penyelamat masih menemukan korban selamat di Turki. Kemarin, bocah 10 tahun dan remaja 18 tahun berhasil dievakuasi dalam kondisi masih bernyawa.
Elder mendapatkan laporan, banyak anak yang menderita hipotermia dan infeksi pernafasan. Saat ini, ratusan ribu penduduk yang terdampak di dua negara tersebut memang harus menghadapi kedinginan dan kelaparan. Bantuan masih belum merata. Banyak keluarga yang memiliki anak tidur di jalanan, mal, sekolah, masjid, stasiun bus dan kereta api hingga di bawah jembatan. Sebagian rumah memang masih berdiri, tetapi mereka takut untuk pulang.
WHO menyebut, gempa yang terjadi 6 Februari lalu itu merupakan bencana alam terburuk dalam 100 tahun di wilayah kerja WHO untuk Eropa. Wilayah Eropa WHO terdiri atas 53 negara. Nah, Turki termasuk di dalamnya. Direktur Regional Eropa WHO Hans Kluge mengungkapkan, pihaknya telah mengerahkan tim medis darurat terbesar dalam 75 tahun terakhir.
Sementara itu, bantuan kemanusiaan dari PBB akhirnya tiba di wilayah yang dikuasai oposisi atau pemberontak Syria. Rezim Bashar al Assad juga setuju untuk membuka dua perbatasan yang menghubungkan Turki-Syria. Yakni, Bab al-Salam dan Al Ra’ee. Dua perlintasan itu akan dibuka selama 3 bulan ke depan untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan. Sebelumnya, satu-satunya jalan ke wilayah pemberontak Syria hanya via perlintasan Bab al-Hawa.
''Membuka titik-titik perlintasan ini bersama dengan memfasilitasi akses kemanusiaan, mempercepat persetujuan visa, dan memudahkan perjalanan antar lokasi akan memungkinkan lebih banyak bantuan masuk dan lebih cepat,'' ujar Sekjen PBB Antonio Guterres.(sha/hud/esi)
Laporan JPG, Ankara