Presiden Rusia Vladimir Putin dalam Suatu Acara (source.wustl.edu)
MOSKOW (RIAUPOS.CO) - Rusia, pada hari Senin (6/11), dengan tegas mengeluarkan seruan untuk "Aksi Kolektif" yang bertujuan untuk mengakhiri pertempuran antara Israel dan Hamas, mengambil tindakan ini hampir sebulan setelah konflik yang telah menelan korban ribuan nyawa.
Moskow telah berhasil menjaga hubungan diplomatik dengan kelompok militan Hamas dan negara Israel. Pihak berwenang di Rusia telah secara terbuka menyatakan kesiapannya untuk berperan sebagai mediator dalam konflik yang meletus pada awal Oktober antara Hamas dan Israel.
Upaya diplomasi dan mediasi dari Rusia ini mencerminkan pentingnya peran negara-negara ketiga dalam mencoba mengakhiri konflik di Timur Tengah dan mengurangi eskalasi ketegangan di kawasan tersebut.
Dikutip secara tertulis oleh JawaPos.com dari themoscowtimes.com, "Di tengah peningkatan kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya di zona konflik Palestina-Israel.” kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan.
“Semakin banyak seruan untuk melakukan tindakan kolektif untuk meredakan situasi di Timur Tengah, termasuk konferensi internasional," imbuhnya.
Dikatakan bahwa Moskow dengan tegas "secara aktif mendukung" seruan tersebut dan secara kuat mendorong "pendekatan multilateral" dalam upaya mengatasi konflik di Timur Tengah.
Menunjukkan komitmennya untuk berperan sebagai mediator dan menjalin kerja sama internasional guna mencapai solusi yang berkelanjutan. Presiden Vladimir Putin menyatakan, kemampuan Rusia untuk berperan sebagai mediator dalam konflik terbaru ini.
Meskipun hingga saat ini pejabat-pejabat belum berhasil mencapai kemajuan dalam upaya pembebasan sandera yang ditahan di Gaza atau mengakhiri pertempuran. Moskow telah mengambil langkah-langkah diplomatik yang serius dengan tujuan memfasilitasi pembebasan lebih dari 200 sandera yang ditawan oleh Hamas selama serangan yang terjadi bulan lalu yang telah menandai tingkat kekerasan yang tinggi dalam konflik antara Israel dan Palestina.
Upaya tersebut mencerminkan komitmen Rusia untuk berperan dalam menyelesaikan krisis dan memastikan keselamatan para sandera. Serta berperan sebagai mediator dalam situasi yang semakin rumit di Timur Tengah. Meskipun upaya diplomatik ini masih berlangsung.
Para pejabat Rusia hingga saat ini belum berhasil mencapai kesepakatan yang mengarah pada pembebasan sandera atau penyelesaian konflik yang komprehensif.
Ini menandai langkah serius Rusia dalam upaya menyelesaikan situasi konflik yang semakin kompleks antara Israel dan Palestina dengan fokus khusus pada keselamatan para sandera. Setidaknya delapan warga negara Rusia diyakini termasuk di antara mereka, menghadapi situasi yang sangat sulit karena menjadi sandera selama serangan Hamas terhadap Israel bulan lalu.
Kehadiran warga negara Rusia di tengah konflik ini menunjukkan eskalasi konflik tersebut dan meningkatnya kekhawatiran internasional terkait dengan situasi di Timur Tengah.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman