Giliran Penasihat KPK Tsani Annfari Mengundurkan Diri

Hukum | Kamis, 28 November 2019 - 13:32 WIB

Giliran Penasihat KPK Tsani Annfari Mengundurkan Diri
Penasihat KPK Mohammad Tsani Annafari (tengah) (Humas KPK For JawaPos.com)

JAKARTA(RIAUPOS.CO) – Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) perlahan-lahan mulai mengundurkan diri. Hal ini imbas dari berlakunya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) dan terpilihnya pimpinan KPK yang dipandang cacat etik.

Penasihat KPK Mohammad Tsani Annafari mengaku akan melepas jabatannya terhitung sejak Ahad (1/12) mendatang. Menurutnya, dia akan lebih dahulu keluar dari lembaga antirasuah.

Baca Juga :Polda Mulai Telisik Aset Firli dan Keluarga

“Jadi saya punya perbedaan treatment karena kebetulan penasihat (ada) tiga, yang satu selesai tanggal 1 Desember, yang dua masih berlanjut sampai pimpinan yang saat ini berakhir,” kata Tsani di Hotel Wyndham Casablanca, Jakarta Selatan, Kamis (28/11).

Tsani menuturkan, surat keputusan pemberhentiannya telah ditandatangani oleh pimpinan KPK dan berlaku efektif pada Minggu (1/12) mendatang. Sehingga, hari terakhir Tsani bekerja di KPK jatuh pada Jumat (29/11) besok.

Setelah mundur dari posisi penasihat KPK, Tsani menyatakan akan kembali menjadi pegawai di Kementerian Keuangan, tempat bekerjanya dahulu sebelum mengabdikan diri di KPK.

“Saya kan ASN di Kemenkeu, sehingga saya kembali ke Kemenkeu, dapat penugasan baru nanti seperti apa saya ikuti saja. Saya siapkan di sana,” tukas Tsani

Sebelumnya, Tsani menyampaikan pengunduran diri itu melalui surat elektronik (e-mail) kepada seluruh pegawai KPK. Tsani sudah sempat menyatakan akan mengundurkan diri bila ada orang yang cacat etik terpilih sebagai pimpinan KPK 2019-2023.

“Saya keluar untuk menjaga semangat. Sebelum pimpinan dilantik, saya akan langsung mundur,” ucap Tsani dikonfirmasi, Jumat (13/9).

Tsani lantas mengibaratkan orang yang telah melanggar etik di KPK seperti politikus yang telah terjaring operasi tangkap tangan (OTT) kemudian terpilih kembali menjadi kepala daerah. Kini, hal itu pun terjadi di lembaga antirasuah.

“Ternyata di negeri ini tidak hanya bupati yang sudah di-OTT saja yang bisa terpilih, tetapi orang yang sudah dinyatakan secara terbuka memiliki catatan pelanggaran etik berat pun bisa memimpin lembaga antikorupsi,” pungkasnya.

Editor : Deslina

Sumber: jawapos.com









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook