PROFIL EDHY PRABOWO

Pecatan Tentara, Menjadi Menteri, Ditangkap KPK

Hukum | Kamis, 26 November 2020 - 09:08 WIB

Pecatan Tentara, Menjadi Menteri, Ditangkap KPK
Edhy Prabowo bersama Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru, saat berkunjung ke daerah kelahirannya itu beberapa waktu lalu. (HUMAS PEMROV SUMSEL/SUARA)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kabar mengejutkan menyeruak Rabu (25/11/202) pagi. Salah seorang tokoh nasional asal Sumatera Selatan yang sedang menduduki jabatan penting, Edhy Prabowo, ditangkap KPK. 

Lelaki yang menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP)  ditangkap di Bandara Soekarno Hatta diduga terkait kasus ekspor lobster, Rabu (25/11/2020) dini hari. Edhy berada di bandara karena baru tiba dari kunjungan kerja ke Amerika Serikat. 


Dalam beberapa kesempatan, di Sumsel dipajang sejumlah nama tokoh asal Sumsel yang salah satunya  Edhy Prabowo. Itu karena memang Edhy Prabowo merupakan pria kelahiran Muara Enim, Sumsel. 

Memang tidak sedikit yang mengira Edhy Prabowo berasal dari pulau seberang atau keluarga dari Prabowo Subianto, Ketua Umum Gerindra dan sekarang menjabat Menteri Pertahanan, karena memiliki nama yang sama.

Edhy Prabowo baru begitu dikenal terutama petani di Sumsel setelah beberapa kali menjabat anggota DPR RI bahkan menjadi Ketua Komisi IV yang membidangi pertanian. Begitu banyak bantuan bidang pertanian yang diperjuangkan pria kelahiran Muara Enim, Sumsel, 24 Desember 1971 ini. 

Edhy Prabowo bukanlah seorang politisi yang andal, melainkan atlet pencak silat nasional. Selain pernah berjaya di  Pekan Olahraga Nasional (PON), dia juga pernah mengikuti kejuaraan di beberapa negara. 

Dirangkum dari berbagai sumber, jejak karir Edhy dimulai pada 1991. Kala itu dia  diterima menjadi anggota di Akabri di Magelang, Jawa Tengah. Sayang, karirnya di militer hanya bertahan dua tahun. Edhy dikeluarkan karena terkena sanksi dari kesatuan. Harapan menjadi jenderal pun sirna.

Kendati sedih cukup dalam, Edhy tidak mau patah arang. Dia tidak kembali ke kampung halaman melainkan meminta izin kepada orang tuanya untuk merantau ke Jakarta. Dengan alasan ingin mengembalikan kepercayaan keluarga, Edhy pun menginjakkan kakinya di Ibu Kota RI tersebut. 

Di Jakarta Edhy tinggal di rumah orangtua teman bernama Pak Yul di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat. Tak disangka, pria bernama Pak Yul tersebut merupakan sahabat Prabowo Subianto yang kala itu masih berpangkat Letkol dan menjabat Dangrup III TNI AD. Edhi pun diperkenalkan kepada Prabowo oleh Pak Yul di salah satu acara pesta di bilangan Pantai Ancol. 

"Saat menghadap Pak Prabowo, saya meminjam sepatu teman yang ukurannya lebih besar sehingga harus diganjal koran. Saya tidak menyangka bisa berkenalan dengan salah satu anggota Keluarga Cendana," ujarnya saat itu.

Prabowo akhirnya merawat Edhy dan teman-temannya. Edhy dibiayai Prabowo mengenyam ilmu pendidikan Fakultas Ekonomi Universitas Moestopo. Selain itu, Edhy juga diminta untuk belajar silat setiap akhir pekan di Batujajar, Bandung. 

"Pak Prabowo mau merawat kami karena dia tidak mau kami menjadi orang yang salah jalan," katanya.

Maklumlah, katanya, banyak pecatan tentara yang salah jalan dengan melakukan apa saja termasuk melakukan kejahatan karena frustasi atau ekonomi.
 
Seiring waktu berjalan, Edhy akhirnya menjadi orang kepercayaan Prabowo. Dia menjadi orang yang mendampingi jenderal bintang tiga tersebut saat berdomisili di Jerman dan Yordania. Kala itu, Prabowo tengah merintis usaha di negeri tersebut. 

Setelah Prabowo mendirikan Partai Gerindra, Edhy akhirnya memberanikan diri menjadi caleg di kampung halamannya yakni Dapil Sumatera Selatan II. Di tempat itu, Edhy harus bersaing dengan sejumlah politisi senior seperti Mustafa Kamal, Dodi Alex Nurdin, dan Nazarudin Kiemas. Edhy pun berhasil menjadi caleg kelima yang memperoleh suara terbanyak. 

"Nama Prabowo ternyata membawa berkah. Banyak orang mengira saya ini anak Pak Prabowo. Padahal saya hanya anak angkat," katanya.

Sayangnya, kini, lelaki yang oleh banyak rekannya disebut bersahaja dan rendah hati tersebut harus berurusan dengan KPK saat berada di puncak tertinggi karirnya sebagai pejabat negara: Menteri Kelautan dan Perikanan.

Sumber: Antara/News/JPNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook