Istri Mat Hakim, Rosina membenarkan hal itu. Harga karet sekarang turun drastis. Satu kilogram karet di sini hanya dijual Rp4.000. ‘’Susah sekarang, harga karet murah sekali. Makanya tak banyak lagi masyarakat sekarang yang mau menyadap karet,’’ sebutnya.
Tokoh masyarakat Air Bomban, Yahya mengungkapkan, buah kelukup sekarang memang menjadi penghidupan masyarakat Talang Mamak untuk memenuhi keperluan hidupnya terlebih buah-buahan tidak berbuah.
‘’Ini pencarian utama masyarakat kami. Karet tak bisa diandalkan, harganya sangat murah. Kalau kami bawa dan jual ke hilir (Kampung Lemang, red) tak memungkinkan, biaya speedboat sangat mahal. Usahkan balik modal malah kami yang rugi dan harus menutupi kekurangan biaya perjalanan,’’ ujarnya.
Mat Hakim menambahkan, bukanlah perkara mudah untuk mencari buah kelukup sekarang ini. Tantangan sangat banyak, terlebih buah kelukup yang ada sekarang berada di tengah belantara yang sangat lebat. Dia dan kawan-kawannya harus bermalam di tengah belantara hutan tersebut. Banyak hal-hal gaib yang kadang-kadang mereka alami.
‘’Namanya juga hutan belantara Pak. Macam-macam kami nampak, makhluk-makhluk gaib dan sebagainya selalu muncul. Tapi tak kami hiraukan, tujuan kami kan tidak mengganggu mereka, kami hanya mencari rezeki untuk istri dan anak-anak,’’ sebutnya.
Tantangan lain, sebutnya hewan buas seperti harimau dan beruang. ‘’Kalau saya baru jumpa jejak dan aumannya saja. Kalau sudah seperti itu sebaiknya kita menghindar saja, tak usah memaksa mengambil buah kelukup walau pun di situ banyak buahnya,’’ ujarnya.
Hari itu, banyak cerita dan kisah menarik yang didapat. Kesimpulan yang dapat diambil dari perbualan itu adalah masih tergantungnya masyarakat terhadap kebaikan alam. Bagi masyarakat Talang Mamak, alam adalah kehidupan mereka untuk meraih kehidupan yang lebih cerah dan melanjutkan hidup generasi mereka.
Perburuan durian Talang Mamak oleh KDU Riau menemukan sejumlah durian lokal yang layak dikembangkan. Beberapa pohon yang layak dikembangkan sudah ditandai. Sementara tim IKI memberikan edukasi kepada masyarakat Talang Mamak untuk menanam kurma. Karena kurma adalah tanaman kehidupan, dari seluruh tanaman kurma itu, apakah buahnya, akar, biji, bunga jantan semuanya bermanfaat, jika diolah dengan baik semuanya akan mendatangkan keuntungan kepada masyarakat.
‘’Di sini potensi buah-buahannya sangat besar sekali dan tanahnya sangat subur. Semua tanaman tanpa menggunakan pupuk kimia. Tanaman di sini hanya menggunakan baja (pupuk, red) organik. Ini memang luar biasa. Kami berharap ke depan, masyarakat juga mau menanam kurma, IKI siap memfasilitasi baik dari teknik budidaya maupun penyediaan bibitnya,’’ tutur Dr Hasbalah Ahba.***