Sebanyak 50.000 kapal melintasi Selat Malaka setiap tahunnya, mengangkut antara seperlima dan seperempat perdagangan laut dunia. Sebanyak setengah dari minyak yang diangkut oleh kapal tanker melintasi selat ini, pada 2003, jumlah itu diperkirakan mencapai 11 juta barel minyak per hari, suatu jumlah yang dipastikan akan meningkat mengingat besarnya permintaan dari Tiongkok.
Oleh karena lebar Selat Malaka hanya 1,5 mil laut pada titik tersempit, yaitu Selat Phillips dekat Singapura, ia merupakan salah satu dari kemacetan lalu lintas terpenting di dunia. Keberadaan Selat Malaka sebagai salah satu jalur perdagangan terpenting di dunia tidak bisa dilepaskan dari berbagai kepentingan.
Dari segi kepentingan ekonomi dan militer, Selat Malaka merupakan choke points yang sangat strategis bagi proyeksi armada angkatan laut negara-negara yang memiliki kepentingan di Kawasan Asia Pasifik. Bahkan, Selat Malaka juga dapat menjadi “alat” dalam rangka forward presence ke seluruh penjuru dunia.
Sebagai jalur perdagangan terpadat di dunia, Pelindo, khususnya Pelindo 1 Cabang Dumai harus mengambil peran lebih dalam hal ini, terutama untuk wajib pandu. Hanya saja karena ini masih bersifat volunteer, artinya belum ada kewajiban bagi pihak kapal untuk permintaan pandu.
"Perairan Selat Malaka ini kan berada di tiga negara, Indonesia, Malaysia dan Singapura. Selat ini memang cukup padat dan sibuk, pernah ada kejadian tabrakan. Kejadian ini sangat mengganggu lalu lintas kapal lainnya, sehingga kita menawarkan jasa pandu selama kapal-kapal itu melewati Selat Malaka, namun itu masih bersifat volunteer, dia belum menjadi mandatori atau wajib," tambahnya.
Mengapa ditawarkan pandu, pertama supaya perairan itu savety baik terhadap kapal maupun terhadap jalur itu sendiri, sehingga itu perlu untuk dimandatorikan untuk wilayah pemanduan. "Nah selanjutnya itu akan didaftarkan ke International Maritime Organization (IMO). IMO merupakan badan khusus PBB yang bertanggungjawab untuk keselamatan dan keamanan aktivitas pelayaran dan pencegahan polusi di laut oleh kapal," ujarnya.
Hari ini, perusahaan Malaysia sudah melakukan khusus pada kapal-kapal yang dia kuasai. Ada dua maksud Malaysia melakukan itu, pertama untuk savety, kedua untuk pendapatan mereka. "Karena kapal itu banyak ke ke Singapura, makanya kita kurang mendapat respon dari pemilik kapal, karena kapal itu tidak ke Indonesia," ujarnya.
Idealnya ada tripartit tiga negara, kalau dari atas kan yang punya Selat Malaka itu Indonesia, Singapura dan Malaysia. "Wajib pandu itu yang harus kita kejar untuk menjadi mandatori. Nanti saat kapal itu melalui Selat Malaka dan masuk ke wilayah teritorial Indonesia dia menjadi wajib pandu, kalau sekarang volunteer, dia hanya disarankan untuk di pandu oleh kita. Petugas pandu ini nanti akan naik ke kapal untuk membantu kapten selama pelayaran dari ujung Selat Malaka ke ujung Selat Melaka satu lagi," ujarnya.