WABAH CORONA

Iklim Tropis Tak Menghambat Penyebaran Corona, Amerika Latin Contohnya

Feature | Minggu, 24 Mei 2020 - 11:15 WIB

Iklim Tropis Tak Menghambat Penyebaran Corona, Amerika Latin Contohnya
Ratusan lubang untuk pemakaman dibuat oleh Pemerinta Kota Rio De Jainero, Brazil, beberapa hari lalu, setelah banyaknya kematian akibat virus corona di negara tropis tersebut. (AFP/BBC)

"Cara terbaik untuk memikirkan cuaca adalah sebagai faktor sekunder di sini," kata Asisten Profesor di Harvard Medical School, Mohammad Jalali.

Patut dicatat, orang masih dapat menularkan virus melalui interaksi pribadi yang dekat dalam kondisi apa pun, baik di bawah sinar matahari atau hujan.


Gambaran global mengungkapkan bahwa Covid-19 mampu menyebar di negara dengan iklim tropis. Negara-negara dengan cuaca hangat, termasuk Singapura, Indonesia, Brazil, dan Ekuador, mengalami penyebaran virus yang signifikan.

Jumlah korban baru virus corona di Brazil melampaui 20 ribu pada hari Kamis (21/5), setelah rekor jumlah kematian dalam periode 24 jam, kata kementerian kesehatan. Jumlah korban pada hari itu 1.188, menjadi yang tertinggi per hari sehingga mendorong angka kematian keseluruhan menjadi 20.047.

"Kondisi lingkungan hanyalah satu elemen lagi dari persamaan, dan bukan yang paling relevan. Covid-19 menyebar dengan ganas ke seluruh dunia, dalam segala kondisi cuaca," Kepala Ahli Meteorologi Spanyol, Tomas Molina.

Penelitian pracetak (preprint) yang belum ditinjau oleh peneliti medis lainnya (peer-reviewed) oleh Harvard Medical School keterkaitan kondisi cuaca, kelembapan, hingga curah hujan dengan penyebaran Covid-19. Penelitian dilakukan di 3.739 lokasi di seluruh dunia.

Hasil penelitian menunjukkan suhu rata-rata di atas 77 derajat Fahrenheit atau 25 derajat Celsius berkaitan dengan pengurangan penularan virus. Setiap kenaikan suhu sebanyak 1 derajat Celsius akan mengurangi penyebaran virus sebanyak 3,1 persen.

Efek negatif dari temperatur di atas 25 derajat terhadap penekanan penyebaran semakin kuat dengan tingginya tingkat kelembaban. Penelitian mencatat peningkatan 10 persen kelembaban relatif membuat penyebaran virus menurun dengan tambahan 1,2 persen untuk setiap kenaikan suhu sebanyak 1 derajat Celsius.

Artinya tingkat penurunan penyebaran virus Covid-19 meningkat lebih dari 2,5 kali lipat akibat kenaikan kelembapan.

Dilansir dari New York Times, cuaca hangat atau panas tak akan bisa mengendalikan virus di seluruh dunia karena masih berkaitan juga dengan kelembaban.

Tanpa jarak sosial dan intervensi lain, musim panas hanya akan memberikan sia-sia. Dalam artian kebijakan pembatasan aktivitas di luar rumah harus berlanjut untuk menekan penyebaran Covid-19.

"Pada akhirnya, seluruh efek dari cuaca dan polusi ini masih sangat kecil," kata Jalali yang juga merupakan salah satu penulis penelitian.

Sumber: AFP/CNN/Antara/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook