EKSPEDISI DAN BAKTI SOSIAL KDU RIAU DAN IKI KE TALANG MAMAK

Bertahan pada Kebaikan Alam

Feature | Selasa, 26 Februari 2019 - 10:11 WIB

Bertahan pada Kebaikan Alam
GUNAKAN RAKIT: Masyarakat Talang Mamak saat menggunakan rakit sebagai sarana transportasi air dalam melakukan berbagai aktivitasnya di Batang Gangsal, Indragiri Hulu belum lama ini. Rakit ini mereka buat dan jalin dari pohon bambu yang banyak tumbuh di sekitar tempat tinggal mereka. (GEMA SETARA/RIAU POS)

Talang Mamak. Persekutuan suku ini kepada alam tak bisa dipisahkan. Dari Alam mereka mendapatkan kehidupan. Dari alam mereka mendidik anak-anak dan keluarga bagaimana harus mencintainya. Karenanya tak tebersit di hati orang-orang Talang Mamak merusak alam. Apakah dulu, sekarang dan akan datang. Alam adalah ibu dan ayah bagi mereka. Ketiadaan alam akan menjadi ketiadaan mereka.

Laporan GEMA SETARA,  Air Bomban

Baca Juga :Bangun Kelas Baru untuk Pendidikan Anak Pedalaman Suku Talang Mamak

RIAUPOS.CO - Perjalanan yang cukup memenatkan dan menguras tenaga. Ekspedisi sekaligus bakti sosial (baksos) yang dilakukan Komunitas Durian Unggul (KDU) Riau bersama Institut Kurma Indonesia (IKI) ke pedalaman suku Talang Mamak di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu). Tepatnya di Kecamatan Siberida. Kampung yang menjadi tujuan adalah Air Bomban.

Bagi Riau Pos bukan perkara mudah untuk sampai ke kampung Air Bomban. Waktu yang harus ditempuh dari Pekanbaru sekitar 7-8 jam. Dari jalan lintas timur perjalanan dilanjutkan menuju ke Kampung Lemang. Kondisi jalan yang rusak parah menjadikan perjalanan sedikit ekstrem. Beberapa kali kendaraan yang kami bawa terpuruk dalam lumpur yang  dalam.

Ada tiga kendaraan roda empat yang kami bawa. Puncaknya, ketika satu unit mobil yang dibawa pecah tangki BBM karena menghantam batu. Minyak berceceran sepanjang jalan dan secepatnya mobil tersebut harus dibawa keluar tepatnya di ibukota kecamatan, Siberida.

Beberapa penumpang dalam mobil yang dikendarai Dr Hasballah Ahba MT MSc dari IKI dan lainnya termasuk Riau Pos harus diungsikan dan diangkut dengan menggunakan ambulans desa. Leguh-legah jalan harus dilewati. Tak mungkin berpatah balik ke belakang, karena perjalanan tinggal beberapa jam lagi.‘’Hujan tadi malam Bang. Biasanya kalau warga sekitar kampung sini sudah hapal mana jalan yang bisa dilewati. Itu Abang tengoklah, mobil itu saja bisa lepas dari kubangan lumpur tadi,’’ ujar Iskandar yang menemani kami saat beristirahat di salah satu rumah warga di Desa Usul.

Menurut Iskandar, kalau musim hujan kondisi jalan menuju ke Desa Lemang maupun desa-desa lainnya yang ada di kawasan itu sangat berlumpur. Biasanya hanya kendaraan roda empat dengan dobel gardan yang bisa lewat.

Pukul 11.00 WIB akhirnya kami tiba di Kampung Lemang. Jadwal sudah sangat mepet, tidak banyak aktivitas yang bisa dilakukan. Perjalanan menuju Air Bomban harus kami tempuh dalam jangka waktu tiga jam lebih. Di kampung inilah titik akhir perjalanan yang kami rencanakan. Bermalam dan menikmati derasnya air Batang Gangsal.

Istirahat sebentar di salah satu rumah warga, tim langsung bergerak menuju pondok pesantren yang ada di daerah itu. Tak lama kami berada di sini. Setelah berbual-bual sejenak dengan Pak Tatung dan sejumlah masyarakat lainnya, KDU Riau dan IKI menyerahkan bantuan berupa bibit durian dan bibit kurma. Bibit dengan kualitas bagus tersebut diharapkan kelak bisa tumbuh dan menghasilkan buah yang baik.

Batang Gangsal dan Kehidupan

Menjelang Asar, perjalanan tiga jam melalui Batang Gangsal kami akhiri. Bukan perkara mudah sampai ke Air Bomban. Tiga jam perjalanan harus ditempuh untuk sampai ke sini. Dua kali kami harus turun dari speed boat yang ditumpangi.

Kondisi ini harus dilakukan, karena jeram yang cukup berbahaya harus dilalui. Jika tidak turun, dikhawatirkan akan berbahaya bagi kami, penumpang yang ada di dalam speedboat itu. Guna menghindari itu, mau tidak mau kami harus turun. Harus melewati pinggiran sungai yang berbatu cadas dan licin.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook