MELIHAT PENGGUNAAN STUNNING DI RPH PANAM

"Sapi Itu Pingsan, Namun Tidak Mati"

Feature | Selasa, 17 Januari 2012 - 10:48 WIB

(RIAUPOS.CO) - Sistem stunning merupakan tembakan angin tekanan tinggi di bagian kepala sapi. Sistem ini menimbulkan kontroversi, terutama sah atau tidaknya secara syariat Islam.

Bagaimana sistem ini digunakan, Riau Pos melihat langsung tahap demi tahap prosesnya.

Untuk mengikuti proses pennyembelihan sapi di RPH Pekanbaru, Riau Pos terlebih dahulu harus menunggu pukul 00.00 WIB. Karena dari pukul 00.00 WIB itu hingga pukul 04.00 WIB penyembelihan hewan di RPH Pekanbaru dilakukan.

Saat tiba di RPH, proses penyembelihan sudah terjadi pada sapi yang kedua malam itu.

Setelah dipersilahkan masuk, Riau Pos langsung menuju bagian dalam RPH tempat penyembelihan berlangsung. Di sanalah proses pemotongan yang harus dilewati sapi sebelum di potong.

Sebelum dipotong, sapi-sapi yang berada di RPH terlebih dahulu diletakkan di kandang-kandang yang terletak sekitar 100 meter dari RPH. Sapi-sapi ini dikelompokkan berdasarkan siapa pemilik sapi yang akan dipotong itu.

Ketika waktu sudah menunjukkan saat pemotongan tiba, maka sapi-sapi yang akan dipotong kemudian diarahkan untuk memasuki gangway, sebuah jalan berbentuk gang yang dibatasi oleh besi setinggi 1,5 meter di kanan-kirinya.

Dari gangway ini, sapi lalu berhenti sejenak di ruang berbentuk kandang sebagai tempat menunggu antrean untuk memasuki killing box (kotak penyembelihan).

Pada killing box inilah stunning digunakan. Saat sapi memasuki killing box, ia akan diisolasi dalam kotak seukuran 2 x 1 meter yang terbuat dari lempengan besi setinggi sekitar 4-5 meter.

Pada sisi kanan kotak itu, berdiri seorang operator stunning yang sudah siap dengan alat berbentuk seperti pistol berukuran besar dengan tekanan kompresor angin.

Begitu sapi masuk, operator ini akan menenangkan sapi terlebih dahulu. Sambil mengelus-elus bagian dahi sapi yang akan di-stunning operator akan menyiapkan alat stunning yang akan digunakan.

Setelah sapi dianggap tenang, dengan perlahan, operator lalu memposisikan ujung alat stunning tepat pada dahi sapi yang berada di dalam killing box.

Saat posisi alat sudah dianggap tetap, maka angin yang ada pada kompresor akan ditembakkan melalui alat stunning setelah sang operator mematik pelatuk pada alat tersebut.

Sepersekian detik setelah distunning, sapi langsung roboh dan tersandar pada sisi killing box. Sejenak, operator memeriksa apakah sapi sudah dalam keadaan tidak sadar.

Setelah dipastikan, maka sang operator lalu memberikan aba-aba pada penjaga pintu samping killing box untuk membuka pintu yang dijaganya.

Setelah pintu dibuka, maka sapi akan rebah ke samping. saat itulah, tukang potong yang sudah siaga, dengan cepat memegang kepala bagian bawah sapi untuk mencari leher sapi itu.

Setelah leher dipegang, maka dengan cepat menggunakan pisau yang sudah dipegangnya, tukang potong lalu melakukan penyembelihan.

Sapi akan dibiarkan terbaring setelah disembelih sambil menunggu seluruh darah yang ada pada tubuh sapi keluar.

Saat darah-darah terakhir mengalir, sapi lalu tersentak dengan sedikit tenaga yang tersisa. Usai sapi tersentak sejenak, dokter hewan yang mengikuti proses pemotongan akan memeriksa, apakah sapi itu sudah benar-benar mati atau belum.

Jika sapi sudah dipastikan mati, maka para pekerja di sana akan membawa sapi itu menggunakan rantai besi dan melalui rel yang ada pada langit-langit RPH untuk kemudian dikuliti dan dipotong-potong.

Riau Pos sempat memeriksa bagian dahi sapi yang di-stunning usai sapi disembelih. Pada dahi itu, memang terdapat seperti retakan tepat pada tempat yang di-stunning.

Untuk melihat apakah retakan itu menembus hingga ke bagian otak, didampingi oleh dokter hewan yang bertugas di sana, Riau Pos lalu meminta agar tengkorak kepala sapi itu dibuka.

Setelah dibuka, tampaklah bagian otak sapi yang distunning tidak mengalami dampak dari stunning itu. Otak sapi tampak dalam kondisi bagus dan selaput yang menyelimutinya tidak rusak.

"Kategori cacat permanen itu jika otak mengalami kerusakan akibat stunning, namun ini tidak rusak," ujar drh Junaidi, dokter hewan yang sekaligus bertugas sebagai juru periksa daging (Q Master) di RPH Kota Pekanbaru.

Kepala RPH Kota Pekanbaru, drh Tito Reza MSi menjelaskan, pada prinsipnya, penerapan stunning ini yang dilumpuhkan adalah syaraf kesadaran pada otak sapi. "Jadi kepala sapi seperti mengalami benturan," jelasnya.

Diungkapkannya, stunning adalah alat yang digunakan untuk pemingsanan sapi. Setelah sapi dalam keadaan pingsan barulah dilakukan penyembelihan secara Islam.

"Pada prinsipnya, pertama stunning ini fungsinya agar hewan itu tidak merasa sakit saat disembelih. Kedua, kita utamakan kualitas daging dan efisiensi waktu penyembelihan. Dengan stunning, sapi tidak stres saat disembelih, apabila sapi stres disembelih, kualitas daging menjadi tidak bagus, dalam artian darah tidak sempurna keluar, karena hormon stresnya menekan vaskularisasi, jalur pembuluh darah," urai Tito.

Diungkapkannya, berdasarkan rekomendasi Komisi Fatwa MUI Provinsi Riau dengan keputusan Nomor 11/MUI-Riau/1/2012 tertanggal 13 Januari 2012, penyembelihan hewan menggunakan bantuan stunning dapat dibenarkan menurut hukum Islam dengan syarat alat stunning yang digunakan sesuai dengan standar, yaitu menggunakan regulator dan pengatur tekanan pada kompresor alat stunning.

Lalu hewan yang di-stunning tidak mati sebelum disembelih dan tidak menimbulkan cacat permanen, dengan konsekwensi hewan tidak bisa kembali pada keadaan normal.

"Pada beberapa sapi, setelah distunning memang terdapat keretakan pada bagian dahi berbentuk bulat. Ini adalah efek dorongan angin dari kompresor. Itulah yang menimbulkan retakan halus," kata Tito.

Dijelaskannya lagi, pada prinsipnya dalam kedokteran hewan dan ilmu bidang medis ternak, dalam waktu 12 hari bekas itu akan normal kembali, karena retakan itu tidak menembus ke otak. Jika menembus ke otak, barulah dikategorikan cacat permanen. Karena, jika sudah menembus ke otak, maka sapi tidak bisa bangkit lagi.

Dalam satu malam, dijelaskan Tito, pihaknya bisa menyembelih 20 sampai 26 ekor sapi.

"Sapi impor berbeda dengan sapi lokal. Sapi impor itu sistem peternakannya dengan sistem gembala, jadi sapinya masih liar dan tidak jinak. Dengan menggunakan stunning ini, selain menghemat waktu dan tenaga, kami juga ingin menjaga keselamatan pekerja," ujarnya.***
 

Laporan M ALI NURMAN, Pekanbaru










Tuliskan Komentar anda dari account Facebook