Kehalalan dan kebersihan daging sapi yang disembelih atau dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH) Pekanbaru menjadi keharusan.
Laporan JOKO SUSILO, Tuah Madani
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Selasa (13/6), Riau Pos mendapatkan kesempatan untuk melihat langsung tempat penyembelihan sapi yang dinamakan gedung pemotongan di Rumah Potong Hewan (RPH) Pekanbaru. Lokasinya tidak jauh atau bersebelahan dari kandang karantina.
Riau Pos ditemani dua pegawai RPH Pekanbaru, Winda dan Hariadi. Mereka berdua yang bertugas di RPH dan memahami seluk-beluk RPH serta kondisinya.
Sesaat Riau Pos sampai depan pintu gedung pemotongan tersebut. Kemudian memasuki bagian dalam. Dari dalam terlihat bangunan masih kokoh. Dinding bangunan terlihat sudah usang karena belum pernah dilakukan penyegaran pada cat dindingnya.
Rangka besi bangunan juga terlihat ada yang sudah karatan dimakan usia. Lantai bangunan masih basah karena saat itu sedang dibersihkan petugas.
"Masih sedang dibersihkan," ungkap Hariadi yang berada di depan Riau Pos.
Beberapa orang petugas sedang membersihkan lantai dengan cara menyemprotkan air.
Rangkaian besi terlihat di bagian sisi samping. Itu dinamakan alat untuk killing box atau untuk merebahkan sapi yang siap dipotong. Hewan sapi selanjutnya dipotong. Namun terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan antemortem dan posmortem.
Dua petugas disiapkan untuk menyembelih hewan sapi. Petugas penyembelihan dari RPH ini selain memang berpengalaman untuk melakukan penyembelihan, mereka juga harus punya dan mengantongi dua sertifikat.
"Penyembelih sapi sudah punya sertifikat Keswan (Kesehatan Hewan) dan sertifikat dari MUI (Majelis Ulama Indonesia). Dan para penyembelih ini dijuluki Juleha (Juru Sembelih Halal)," tambah Hariadi. Setelah disembelih, sapi masuk di tahapan pembersihan di ruang bersih. Antara ruang kotor dan ruang bersih berada bersebelahan yang ada di gedung pemotongan RPH tersebut.
"Jadi, setelah disembelih, kemudian sapi tadi masuk di ruang kotor dan dibersihkan di ruang kotor," tambah Winda yang berdiri di samping Riau Pos.
Dia juga menjelaskan alur sapi sampai di kandang, proses penyembelihan sampai dengan daging sapi terdistribusi sampai ke pasar yang ada di Kota Pekanbaru.
"Jadi ada beberapa para toke yang membeli sapi yang didatangkan dari Medan dan Lampung. Kemudian dimasukkan ke kandang. Diinapkan, biasanya bisa sampai satu atau dua hari sebelum disembelih," ujarnya.
Lanjutnya, sapi yang sudah disembeli dan dicincang sesuai keinginan toke itu, selanjutnya daging sapi didistribusikan ke para pedagang. "Jadi untuk mendatangkan hewan sapinya sampai distribusi daging sapi ke pasar, itu mereka (para toke, red). RPH hanya pelayanan seperti penitipan sapi di kandang sampai proses penyembelihannya saja. Dari pelayanan itu diambil retribusi," jelas Winda.
Ditambahkan Hariadi, proses penyembelihan sampai daging sapi dipotong beberapa bagian dilakukan dengan baik dan dijaga kebersihannya.
"Proses penyembelihan sampai daging dipotong beberapa bagian, betul-betul dijaga kebersihannya dan ditangani oleh para petugas yang bersertifikat seperti yang sudah saya jelaskan tadi itu. Dijamin kebersihannya," ujar Winda.
Riau Pos juga mendapatkan kesempatan untuk melihat empat kolam untuk menampung limbah kotoran sapi. Kolam tersebut berada di bagian belakang gedung pemotongan. Beberapa orang terlihat sedang bekerja di area itu. "Limbah kotoran sapi ini juga diolah jadi pupuk kompos," terangnya.
Saat ditanya apakah bau busuk yang sering tercium dari area penampungan limbah tersebut, Hariadi mengatakan bahwa pengolahan limbah kotoran sapi sudah diolah menjadi kompos sedemikian rupa agar tidak menimbulkan bau kurang sedap. Namun terkadang baunya akan tercium saat hujan atau petugas yang sedang membakar sisa tulang sapi dari penyembelihan.
"Kalau hujan kadang ya seperti itu. Kadang kan ada yang bakar sisa-sisa tulang, jadi menimbulkan baunya," katanya menjelaskan.***