"Ada 10 relawan yang setiap harinya turun memadamkan api. Dan Wiwiek satu-satunya cewek yang ikut langsung. Beberapa teman ada yang memuji, tapi bagi Wiwiek ini sudah merupakan panggilan jiwa," ujarnya.
Menjalankan dua profesi sekaligus yakni menjadi seorang mahasiswi dan juga relawan tentunya bukan suatu hal yang mudah. Untuk menyiasatinya, Wiwiek belajar memanajemen waktu. Jika ada waktu luang, dimanfaatkan untuk kegiatan sosial dan juga mengerjakan tugas-tugas kampus. Kemudian waktu lainnya digunakan untuk kegiatan relawan di Rumah Zakat.
Menjadi relawan dan ikut turun langsung ke lapangan, bagi gadis asal Ranah Minang tersebut dinilai merupakan salah satu aksi nyata terkait bencana kabut asap. Untuk itu, ia mengajak para pemuda-pemudi lainnya yang mungkin belum tergerak hatinya untuk sama-sama peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Karena menurutnya dengan turunnya langsung ke lapangan, dengan banyaknya bantuan yang diberikan langsung hal itu akan meminimalisir kondisi buruknya kondisi udara di Riau.
"Kemarin sempat membuat status di media sosial, isinya mengajak teman-teman untuk ikut turun memadamkan di lokasi disertai dengan dokumentasi aksi kami sebelumnya. Akhirnya beberapa teman ada yang mau ikut aksi ke lokasi. Hal seperti ini menurut saya lebih efektif dari pada berbicara di sana-sini menentang asap," ujarnya.
Laporan: Soleh Saputra