Saat melakukan pemadaman di lokasi, memang tidak seperti yang dibayangkan oleh semua orang. Ada beberapa kendala ditemui di lapangan, salah satunya adalah keterbatasan alat.

Bahkan diceritakan Wiwiek, saat hendak melakukan pemadaman di salah satu lokasi yang masih juga berada di Kampar, saat memadamkan dengan alat yang seadanya tidak mampu mematikan api dan bahkan api terus menyala sampai kepermukaan gambut dam membakar tumbuhan kering di atasnya.

"Keterbatasan alat jadi salah satu kendala di lapangan. Kemudian karena berada dekat langsung di titik kebakaran, asapnya full. Akibatnya sesak napas pasti, mata perih juga. Apalagi memadamkan kebakaran di lahan gambut tidak mudah, yang nampak seperti tanah biasa. Tapi setelah disemprotkan air, ternyata di dalamnya banyak akar tumbuhan dan di situ asap yang banyak keluar," kisahnya.

Meskipun harus berjibaku dengan asap, namun bagi Wiwiek masih banyak hikmah yang dapat diambil. Yakni dapat menambah pengalaman baru, relasi baru dan jika ada kejadian serupa maka akan kembali turun kelokasi untuk membantu petugas di lapangan. Menjadi satu-satunya relawan perempuan yang ikut turun langsung ke lokasi juga sempat menjadikannya buah bibir di kalangan relawan lain dan juga teman sepergaulan.