"Kenapa parameternya hanya PDB semata? Padahal aset negara, cadangan devisa dengan negara-negara tersebut sangat berbeda. Jepang dan Amerika tidak berbicara lagi mengenai PDB, tapi Gross National Product (GNP). Jadi, pembandingannya tidak sesuai," tuturnya.
Oleh sebab itu, dia pun menekankan, meskipun Indonesia sudah memiliki investment grade dari pihak pemeringkat internasional, bukan berarti membuat ekonomi dan utang negara menjadi baik. Dia menambahkan, soal investment grade, meski walaupun mau berikan yield yang tinggi, Indonesia masih dipandang oleh para pemegang dalam posisi tawar yang lebih lemah.
“Kreativitas ini yang ingin kita butuhkan. Pemegang surat utang Indonesia adalah orang Indonesia tapi kita ada problem tentang likuiditas. Kita tidak ada uang untuk membayar mereka,” paparnya.
Politikus Golkar itu kemudian juga mewanti-wanti agar Menkeu Sri Mulyani, di sisa masa pemerintahan Jokowi -JK ini, lebih hati-hati dan produktif dalam mengelola utang negara.
“Akan lebih bijak jika mau berhati-hati dan fokus pada produktivitas,” tuntasnya. (dms)
Sumber: JPG
EditoR: Boy Riza Utama