JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Adanya kenaikan harga komoditas tidak hanya mengganggu pemulihan ekonomi global. Kondisi itu diyakini berdampak pada pelaku usaha maupun rumah tangga domestik.
Ekonom makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menjelaskan, lonjakan harga komoditas itu menimbulkan kekhawatiran, terutama pada inflasi domestik. Dia menjelaskan, inflasi di Indonesia yang sempat berada pada level terendah dalam dua tahun terakhir segera meningkat. Hal itu seperti yang terjadi di beberapa negara saat ini. "Kita harus menghadapi kenyataan bahwa cepat atau lambat, tekanan kenaikan harga komoditas global pada akhirnya akan memengaruhi harga domestik," tuturnya akhir pekan lalu.
Menurut dia, lonjakan harga komoditas selalu diikuti dengan inflasi yang tinggi. Alasannya, komoditas menjadi indikator utama. Mereka dengan cepat merespons guncangan permintaan di seluruh perekonomian. "Negara-negara dengan ketergantungan yang lebih tinggi pada intensitas energi bahan bakar fosil, termasuk Indonesia, kemungkinan akan lebih rentan mengalami kenaikan harga agregat yang lebih tinggi serta dampak inflasi berkelanjutan," paparnya.
Pihaknya melakukan estimasi sederhana antara inflasi headline dan beberapa harga komoditas utama. Tujuannya, mengamati elastisitas harga komoditas dan dampaknya terhadap inflasi domestik. Dari estimasi itu, ada beberapa temuan.
Pertama, harga komoditas dan inflasi sangat berkorelasi. Kedua, terdapat dampak kuat dari kenaikan harga minyak dan CPO. "Berdasar estimasi kami, setiap kenaikan 10 persen harga minyak mentah akan meningkatkan 1,03 ppt (percentage point) pada tingkat inflasi Indonesia," jelasnya.
Sementara itu, kenaikan harga CPO sebesar 10 persen akan mengakibatkan kenaikan tingkat inflasi sebesar 0,93 ppt. Terkereknya banderol minyak biasanya dengan cepat diteruskan ke konsumen dalam bentuk harga BBM lebih tinggi yang mengarah ke biaya distribusi dan logistik lebih tinggi.
"Kenaikan harga CPO juga dapat mendongkrak harga makanan dan minuman karena menjadi bahan baku utama minyak goreng. Minyak goreng merupakan kebutuhan pokok industri makanan dan minuman," paparnya.
Terakhir, dampak terkereknya harga gas alam dan batu bara bersifat moderat. Estimasinya bahwa setiap kenaikan 10 persen akan menyebabkan tingkat inflasi naik masing-masing sebesar 0,36 ppt dan 0,21 ppt.(dee/c7/dio/jpg)