JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) makin terpuruk. Bahkan mata uang rupiah itu kembali mencatatkan rekor terburuknya sejak Juli 1998. Sebab, berada di level Rp14.815 per dolar Amerika Serikat pada penutupan hari ini, Senin (3/9)
Analis pasar modal Lucky Bayu Purnomo menyebut, saat ini kisah romantika dolar terhadap rupiah kembali memasuki babak baru. Menurutnya, dengan menguatnya kinerja dolar sejak awal Januari 2018 di level Rp13.200, memberikan keterangan bahwa kinerja dolar Paman Sam berada dalam kondisi uptrend.
“Sehingga tren yang terbentuk tersebut memiliki jangka menengah dan jangka panjang pada level Rp 15.050 hingga Rp 15.125 mendatang,” ujarnya seperti diberitakan, Senin (3/9).
Lucky mengatakan, terdapat beberapa sentimen yang dapat menjadi pertimbangan dalam taraf kepastian tersebut, selain berasal dari global maupun dalam negeri. Pertama, dilihat dari sisi pasar sebagaimana yang diketahui rupiah spot market telah menguji level Rp 14.860 (31 Agustus 2018).
Hal tersebut memberi sinyal bahwa apresiasi pasar cenderung memberikan sentimen positif terhadap kinerja mata uang dolar AS dibandingkan apresiasi pasar terhadap mata rupiah. Kedua, hasil angka pertumbuhan ekonomi yang berada pada level 5,27 persen pada triwulan kedua 2018, memberikan pesan bahwa tren pertumbuhan ekonomi masih berada pada rata-rata 5 persen, sehingga pasar cenderung membatasi sikap dan perhatian transaksi terhadap mata uang rupiah.
Ketiga, perkembangan transaksi terutama dalam transaksi jual beli instrumen pasar, antara lain pasar uang, maka pendekatan dan implementasi antara praktik dan teori, market microstructure menjadi bagian penting dan intisari dalam menentukan sikap transaksi.
Keempat, terbentuknya harga. Likuiditas pasar merupakan salah satu faktor penting dari terbentuknya suatu harga, lebih jauh dengan tren likuiditas, maka suatu harga dapat ditemukan melalui bentuk proyeksi dan target.
“Namun demikian momentum ini dapat dijadikan peluang oleh pemerintah untuk mengatasi persoalan tren menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah, dengan memberikan pandangan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melakukan upaya lindung nilai atau hedging sebagai antisipasi pada kinerja keuangan yang berhubungan dengan dolar AS serta Bank Sentral Indonesia melalui paket paket kebijakan untuk menghadapi momentum tahun politik mendatang,” ujarnya.(ce1/mys/jpg)