JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Harga minyak mentah dunia naik pada Kamis (17/8) atau Jumat (18/8) pagi, setelah jatuh selama tiga sesi berturut-turut karena dolar melemah dan bank sentral Cina berusaha untuk meningkatkan pasar properti dan ekonomi yang lebih luas.
Mengutip Reuters, minyak mentah Brent berjangka naik 67 sen, atau 0,8 persen menjadi 84,12 dolar Amerika Serikat (AS) per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 1,01 dolar AS atau 1,3 persen menjadi 80,93 dolar AS per barel.
Harga turun lebih dari 1,5 persen di sesi sebelumnya di tengah kekhawatiran tentang ekonomi Cina yang diperangi dan potensi kenaikan suku bunga AS lebih lanjut.
Bank sentral Cina mengatakan akan menjaga likuiditas yang cukup dan mempertahankan kebijakan yang tepat dan kuat untuk mendukung pemulihan ekonomi melawan hambatan.
"Pedagang minyak menyukai fakta bahwa Cina tidak akan mentolerir pelemahan dalam aktivitas ekonomi," kata Naeem Aslam dari Zaye Capital Markets.
Di sisi lain, indeks dolar turun dari level tertinggi dua bulan tepat sehari setelah risalah rapat Federal Reserve membuka peluang kenaikan suku bunga lebih lanjut dan data pekan ini menunjukkan ekonomi AS yang tangguh.
Suku bunga lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak. Pada catatan bullish, Cina membuat penarikan langka pada persediaan minyak mentah pada bulan Juli, pertama kalinya dalam 33 bulan turun ke penyimpanan.
Data yang dirilis pada Rabu (16/8) menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun hampir 6 juta barel pekan lalu karena ekspor yang kuat dan tingkat penyulingan yang berjalan.
Namun, menurut data Administrasi Informasi Energi AS menunjukkan pada hari Rabu (16/8), stok bensin AS turun ke level terendah dalam lebih dari dua bulan. Minyak diprediksi akan bertahan di sekitar level dolar 80 AS karena terlalu banyak risiko terhadap prospek ekonomi makro yang masih ada.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi
