Konsistensi Gas Demi Mandiri Energi

Ekonomi-Bisnis | Jumat, 30 Oktober 2015 - 00:24 WIB

Konsistensi Gas Demi Mandiri Energi
Seorang warga melihat meteran gas yang disalurkan ke rumah warga di Perumahan Kurnia Djaya Alam Batam, beberapa waktu lalu. (RPG)

Akan dibangun pipa-pipa jaringan dari Perawang ke Pekanbaru sepanjang 60 km. Pada tahap pertama di awal 2017--setelah jargas tuntas--, gas bumi akan dialirkan ke 10.000 sambungan rumah (SR). Dengan gas bumi ini, maka rumah akan dialirkan gas seperti konsep air minum atau listrik. Warga tak perlu khawatir kehabisan gas seperti selama ini pada elpiji, yang kadang langka, atau mahal. Sebab, gas bumi akan terus disuplai tanpa terputus, dengan harga yang relatif rendah. Perbedaan gas bumi dengan elpiji yang cukup mencolok adalah soal suplai yang tetap, termasuk harga gas bumi yang relatif lebih murah. Mengapa lebih murah? Ini terjadi karena beda pengolahannya. Sumber gas bumi dan elpiji pada dasarnya sama, yakni gas alam. Tapi elpiji mengalami proses yang cukup panjang, yakni pendinginan dan oleh karenanya memerlukan biaya cukup besar. Sedangkan gas bumi dapat langsung dialirkan ke rumah-rumah melalui pipa tanpa proses itu. Harga jual gas bumi bisa sepertiga lebih murah dibanding elpiji.

Untuk tahap awal, ada beberapa kawasan yang sudah dapat menikmati layanan gas bumi di Pekanbaru. Beberapa kawasan itu adalah Jalan Setia Budhi, Jalan Sudirman, Jalan Sumatera, Jalan Riau, dan Jalan Arifin Achmad. Adapun untuk tahap berikutnya pada tahun 2018, akan disurvei lebih lanjut ke arah mana jargas ini akan dibangun. Menurut Wendi, ada dua alternatif, yakni ke arah Panam atau ke arah Kulim. Masing-masing ada plus dan minusnya. Ke arah Panam memungkinkan karena warga lebih padat di sana. Tetapi kesulitan konstruksi lebih tinggi karena sudah banyak jaringan di bawah tanah, baik jaringan telepon seluler, kabel serat optik, listrik dan lainnya. Ke arah Kulim, juga punya kendala dan tantangan yang nyaris sama, kendati sedikit beda dalam hal jumlah calon pelanggan.

"Untuk tahap II, nanti kita kaji dulu plus minusnya," ujar Wendi.

Adapun untuk pembuatan SPBG, juga direncanakan tahun 2016, dan sudah siap digunakan tahun 2017. Ini juga sempat mengalami kemunduran dari rencana awal. Kendala teknis yang dihadapi adalah sosialisasi kepada masyarakat tentang penggunaan BBG. Memang masih banyak warga yang khawatir dengan BBG seperti dulu warga khawatir menggunakan elpiji karena seringnya kasus meledaknya elpiji, terutama yang 3 kg. Tapi risiko itu sudah diantisipasi seminimal mungkin.

"Untuk memberikan contoh bahwa BBG itu aman, maka yang pertama kali memakai BBG itu nantinya adalah seluruh mobil PGN Pekanbaru dan karyawan. Selanjutnya akan diikuti mobil dinas Pemko Pekanbaru dan Pemprov Riau. Kami sudah bicarakan ini," ujar Wendi.

Kesiapan warga menggunakan BBG ini memang diperlukan. Makanya, selain membangun SPBG, akan disubsidi juga konverter kit. Sosialisasi juga terus dilakukan kepada masyarakat. Ada dua SPBG yang akan dibangun di kota ini, yakni di Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Setia Budhi.

Disebutkan Wendi, pada tahun 2020 nanti, pasokan gas yang akan masuk ke Riau daratan, yakni Pekanbaru, Perawang, Dumai, Lirik, dan Ukui sebesar 84 BBTUD. Pasokan gas itu berasal dari Sumatera Selatan dan Jambi. Saat ini pipa distribusinya sudah sampai ke Perawang dan baru digunakan untuk industri, yakni untuk PT Pertamina dan PT Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP). Totalnya sebesar 22 BBTUD. Nantinya akan dipasok tambahan lagi untuk PLTG Tenayan sebesar 40 BBTUD dan untuk kalangan industri di Kawasan Industri Tenayan (KIT) sebesar 20 BBTUD.

"Untuk keperluan City Gas tak sebanyak industri. Cukup sekitar satu hingga dua BBTUD," ujar Wendi.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook