Memulai tulisan ini, penulis terbayang dengan betapa indahnya kalimat mengenai perempuan dari seorang wanita hebat Amerika Serikat bernama Eleanor Roosevelt (1884-1962). Istri dari Franklin Delano Roosevelt ini mengatakan, A woman is like a tea bag. You cant tell how strong she is until you put her in hot water yang berarti cantik sekali yaitu wanita itu seperti kantong teh. Kamu tidak bisa mengatakan betapa kuatnya wanita sampai kamu menempatkannya dalam air panas.
Dalam sekejap mata dan secepat kilat, perkataan eksotis di atas membawa kita pada aroma teh yang begitu wangi dan juga tak lupa pula air panas yang menimbulkan kepulan uap. Semuanya diasosiasikan dengan satu makhluk rupawan bernama perempuan. Dalam buku yang luar biasa asyik ini, kata perempuan disebut dengan imutnya yakni peyempuan sehingga bagi yang membacanya saja sudah terbayang satu kewajiban yaitu untuk terus memahami isi hati peyempuan terutama bagi para lelaki di belahan bumi ini. Apakah agak berlebihan? Tidak karena fitrah peyempuan sudah seperti itu.
Buku ini sangat cocok dibaca oleh kalangan manapun karena menggunakan gaya bahasa anak muda yang begitu pas sekali, termasuk berbagai permasalahan yang dialami oleh para peyempuan di manapun dan kapanpun mereka berada. Dalam buku ini juga ditampilkan beberapa puisi yang maknanya sangat indah serta membuat mereka yang membacanya terutama peyempuan menjadi meleleh karena karya yang dibuat dari hati paling dalam sudah tentu menjadi ingatan serta melekat begitu dalam.
Terkadang peyempuan suka menyendiri untuk memahami berbagai problematika yang datang begitu banyak. Sendiri adalah salah satu cara untuk jujur pada diri sendiri. Aku bebas berair mata tanpa malu pada malam karena malam adalah teman bagi kesendirianku. Malam dan sendiri adalah soulmate, bahkan kadang lebih dari itu. Sendiri adalah telanjang pada dirimu, tidak ada kemunafikan di sana, dan tidak ada kebohongan di sana. Sendiri adalah kejujuran, sendiri itu kepolosan, dan sendiri itu kebebasan (hlm. 29). Betapa peyempuan memerlukan jalan keluar!
Peyempuan dan cinta begitupun sebaliknya bagaikan pasangan yang tidak bisa dipisahkan karena fitrah peyempuan adalah mencintai dan dicintai. Cinta sendiri sangat menyiksa. Asmara di jiwa begitu menggelora sementara dia tidak tahu. Derasnya rasa rindu di dalam dada dia pun tidak tahu. Betapa indahnya raga ini berada di sampingnya. Walau sekadar bercengkrama. Bercerita tentang hal-hal yang mungkin tidak penting tapi menjadi penting karena hal itu kita lewati bersama. Bahkan terkadang, aku hanya menjadi pengagummu dari balik gelap. Menjadi pemuja rahasiamu yang tidak perlu kau tahu kehadirannya. Karena cintaku terlalu sulit untuk diungkapkan (hlm. 39). Hal ini menunjukkan betapa peyempuan adalah makhluk yang penuh perasaan begitu halus.