MUJIMAN DAN SURATMI TETAP SABAR

Lima Anak Laki-laki Lumpuh

Begini Ceritanya | Senin, 14 Maret 2016 - 10:13 WIB

Lima Anak Laki-laki Lumpuh
internet

(RIAUPOS.CO) - Pasangan suami istri (pasutri) Mujiman (66) dan Suratmi (64) tak kenal lelah merawat lima anaknya yang mengalami disabilitas (cacat) tak bisa berjalan sejak bayi. Pasutri itu tak lelah untuk berjuang walau kondisi perekonomiannya serba sulit.

Ditemui RPG  di rumahnya,  Jalan Hati Rongga, Nagori Pematang Simalungun, Kecamatan Siantar, Simalungun belum lama ini, pasutri tersebut tampak berkumpul dengan keempat anaknya yang mengalami disabilitas.

Baca Juga :Karyawan PT Meskom Datangi Kantor Bupati

 Mujiman dan Suratmi memiliki 9 anak, anak pertama hingga ketiga adalah perempuan dan semuanya sehat serta sudah menjalani kehidupan sebagaimana umumnya. Mereka sudah menikah dan tinggal dengan keluarganya masing­masing.

 Sedangkan anak keempat hingga kesembilan merupakan laki-laki dan mengalami disabilitas. Anak keempat, Suito (36), Anjah, Adek, Rian dan Syahrul (15). Kelimanya tidak bisa berjalan dan tak mampu berbicara. Tapi, Anjah kini sudah tiada karena menderita panas dingin di tubuhnya hingga akhirnya meninggal dunia.

“Anak kelima kami, Anjah sudah meninggal karena sakit, badannya panas. Kami gak ada uang,  tidak bisa bawa berobat ke dokter. Kami hanya bisa membawa berobat kampung. Kalau ada orang yang bertanya mengenai anak saya yang meninggal itu, istri bawaannya selalu sedih dan mau nangis. Makanya sulit kalau sudah membicarakan anak itu. Orangnya baik dan lebih pintar dari yang empat ini,” cerita Mujiman. Mujiman mengaku heran dengan penyakit yang diderita anak keempat hingga kesembilan. Sebab, anak perempuannya, Aseh, Inur, dan Risna hingga saat ini tumbuh sehat.

Dia mengatakan, saat anak­anak ini masih bayi, setiap ada petugas posyandu datang ke kampung itu, mereka selalu membawa anak­anak ini untuk mendapatkan imunisasi. Memang, pasutri ini tak mengerti apa saja jenis imunisasi yang didapatkan anak mereka. Begitulah selalu bergantian dari anak pertama sampai ke sembilan.

Mujiman mengaku, setiap harinya uang yang bisa dibawa pulang ke rumah sekitar Rp30 ribu sampai Rp70 ribu, uang tersebut dari upahnya mencuci mobil di salah satu door smeer. “Bersyukur kami ada yang memberikan rumah, jadi kami tidak mengontrak,” katanya. “Di rumah ini cuma saya yang bisa mencari nafkah, istri saya hanya menjaga anak saja di rumah,” katanya.

Sementara itu, Suratmi mengaku, mengurus anak-anaknya sangat berat. Perlu kesabaran, kadangkala datang kesedihan. “Kenapa nasib kami begini. Sangat berat memang, tapi ini adalah tanggungjawab saya, tanggungjawab suami saya. Anak-anak ini, bagaimana pun mereka adalah karunia Tuhan yang harus kami rawat,” katanya.(pam/ara/smg/ril/new)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook