Tatap muka dilakukan dengan cara menjaga jarak dan wajib pakai masker. Sekolah juga menyediakan fasilitas cuci tangan di masing-masing kelas. Karena ketentuan jaga jarak dilakukan, sekolah harus menerapkan pembelajaran system dua shift, atau bergilir. ‘’Kalau satu kelas itu jumlahnya 30 orang, maka dibagi dua menjadi 15 orang per kelas. Yang satu shift lagi bergantian besoknya masuk,’’ kata Kamaruzaman.
Kamaruzaman juga melaporkan, dalam hal ketentuan Kemendikbud bahwa proses belajar tatap muka itu tetap harus izin orangtua, ada sekolah yang orangtuanya belum mengizinkan anaknya hadir langsung ke sekolah. Hal ini cukup merepotkan bagi sekolah karena harus juga membagi waktu melakukan belajar daring (online) kepada anak yang belum diizinkan ikut belajar tatap muka.
Bupati Yopi Arianto, Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kamaruzaman (kiri) dan Camat Rengat Sustiono berdiskusi dengan guru saat kunjungan hari pertama sekolah.
Dalam kesempatan itu turut pula didiskusikan tentang aspirasi orangtua yang banyak bertanya kapan tingkat sekolah dasar dan pendidikan anak usia dini mulai sekolah tatap muka. Bupati Yopi menyebutkan memahami apa yang dirasakan orangtua yang anaknya belum bisa sekolah. Sempat berlangsung diskusi termasuk khusus bagi murid yang baru masuk kelas 1 SD. Ada guru yang mengusulkan agar diizinkan membuka sekolah minimal satu hari sebagai proses pengenalan sekolah kepada murid baru.
‘’Namun ini aturan secara nasional, kita harus ikuti. Apalagi untuk keamanan kita bersama. Ada tahapannya sesuai jenjang pendidikan. Secara umum Inhu ini masuk zona hijau, tetapi kita kan harus tetap antisipasi penyebaran corona terutama kepada anak-anak,’’ kata Yopi.
Salah satu yang saat ini sedang dipantau, kata Yopi, adalah hasil rapid test kepada para petugas Pemilukada yang baru selesai menjalani tes. ‘’Ada 14 petugas yang dinyatakan reaktif. Kita sekarang sedang menunggu hasil swabnya, mudah-mudahan negatif.
Penurunan Jumlah Siswa
Dalam diskusi itu juga mengemuka tentang terjadinya penurunan siswa di beberapa sekolah negeri di Rengat. Seperti yang disampaikan Kepala SMPN 4 Rengat, jumlah siswanya saat ini sebanyak 300-an orang. ‘’Padahal daya tampung kita sebanyak 500 orang pak,’’ kata Tiwi.
Beberapa guru mengatakan salah satu faktor penurunan itu karena pertambahan sekolah swasta. Meskipun mengeluarkan biaya lebih besar dibandingkan sekolah negeri , beberapa orangtua lebih memilih menyekolahkan anaknya ke swasta.