(RIAUPOS.CO) -- Sesuai jadwal rencana perjalanan haji (RPH) 2019 terbaru Kementerian Agama (Kemenag), mulai pagi ini (5/7) jamaah calon haji (JCH) sudah masuk asrama haji. Mereka adalah kloter satu dan dua dari asrama haji Surabaya dan Batam. Setelah menginap semalam, besok (6/7) mulai diterbangkan menuju Madinah.
Merujuk jadwal penerbangan haji 2019, kloter pertama yang mendarat di Madinah adalah Surabaya (SUB) 1. Kloter ini dijadwalkan mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz Madinah, Sabtu (6/7) pukul 10.00 waktu setempat. Selanjutnya dilakukan seremoni kedatangan jamaah.
Untuk menyambut kedatangan jamaah tersebut, sebanyak 445 orang personel panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH) dilepas kemarin (4/7). Mereka bertugas untuk daerah kerja (daker) Madinah dan bandara. Sementara itu petugas di daker Makkah baru diberangkatkan Selasa pekan depan (9/7). Setelah menjalani umrah wajib, petugas daker Madinah dan bandara langsung bergerak menuju Madinah. Diharapkan hari ini juga sudah bersiap menyambut kedatangan jamaah.
Seluruh petugas haji yang dilepas kemarin terdiri dari unsur kementerian dan lembaga terkait. Seperti dari Kemenag, Kemenkes, TNI, dan Polri. Khusus personel dari Kemenkes terbagi menjadi tim manajerial, tim promotif preventif (TPP), tim gerak cepat (TGC), dan tim kuratif rehabilitatif (TKR). Secara keseluruhan tim dari Kemenkes berjumlah 1.827 personel.
Kepala Pusat Kesehatan Haji (Puskeshaj) Kemenkes Eka Jusup Singka berpesan kepada personel PPIH agar petugas menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab. ”Petugas harus positif dan bertawakal kepada Allah saat melayani jamaah haji,” kata Eka kemarin.
Pemberangkatan PPIH gelombang kedua ini menyusul tim advance yang telah diberangkatkan pada tanggal 1 Juli 2019 lalu. Setibanya di Jeddah, para petugas akan menjalankan umrah terlebih dulu. Selanjutnya para petugas sudah harus bergegas untuk menyambut kedatangan kloter I asal embarkasi Surabaya pada 6 Juli 2019 pukul 10.00 WAS di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz Madinah.
Eka sebelumnya juga meminta jemaah haji agar mewaspadai heatstroke yang dipicu cuaca panas. ”Heatstroke itu cara cegahnya harus banyak minum air putih,” katanya. Menurutnya, heatstroke terjadi karena kekurangan asupan air, cairan tubuh menguap, keluar banyak keringat, dan kandungan air dalam darah itu kering. Hal itu menyebabkan darah tidak mengalir sampai ke kepala sehingga terjadilah heatstroke.
”Kalau di Indonesia kasus heatstroke nggak ada. Dokter di Indonesia nggak pernah lihat adanya heatstroke, ada di sana (Arab Saudi, red),” ucapnya.
Akibat paling fatal dari heatstroke adalah meninggal dunia. Suhu tertinggi di Arab Saudi, menurut informasi bisa mencapai 50 derajat celcius.
”Kalau jamaah proaktif pakai payung, perbanyak minum air putih, nggak masalah. Yang harus dikendalikan dari suhu setinggi itu adalah kitanya,” ucap Eka.
Kasus heatstroke pada JCH Indonesia pertama muncul pada 2015. Hingga saat ini tidak ada kasus kematian. Untuk mencegah heatstroke, termasuk mencegah terjadinya berbagai penyakit pada jamaah haji, Kemenkes membentuk TPP. Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Nizar mengatakan supaya seluruh petugas haji untuk memperbaiki niatnya. Dia menegaskan niat petugas haji itu untuk bertugas melayani jamaah.
’’Kalau ada yang berniat berhaji sambil bertugas, saya siap mendeportasi (memulangkan ke Tanah Air, red),’’ katanya saat memberikan arahan dalam pelepasan petugas haji di asrama haji Pondok Gede Jakarta.
Dia menegaskan bahwa petugas haji harus memasang niat utamanya untuk melayani jamaah atau tamu Allah. Nizar juga menuturkan petugas yang ditempatkan di daker Madinah dan Bandara patut bersyukur. Sebab mereka tinggal lebih lama di Arab Saudi dibandingkan petugas daker Makkah. Lama tinggal petugas daker Madinah dan Bandara adalah 77 hari. Sedangkan lama tinggal petugas daker Makkah berjumlah 62 hari. Petugas daker Madinah lebih lama karena titik awal kedatangan jamaah ada di Madinah. Begitupula dengan titik akhir kepulangan jamaah juga dari Madinah.