Bersatu Dalam Keberagaman
Adanya keraguan masyarakat dengan kepemimpinan H Sukiman yang notabene berasal dari etnis jawa, akan membuat budaya melayu tempatan menjadi terpinggirkan serta kurang diperhatikan, namun hal ini dijawab oleh Bupati Rohul H Sukiman selain masuk suku Kandang Kopuh yang bergelar Panglimo Pokasi dan Ibu Peni sukiman masuk Suku Melayu Bonuo.
Sukiman dalam menjalankan roda pemerintahan, memberikan perhatian tersendiri kepada seni dan budaya melayu Rohul, dengan istilah dimana bumi dipijak disitu langit di junjung.
Hal ini terbukti, baru pertama kali sejak Rokan Hulu berdiri, dilaksanakannya Kuliah Umum tentang Peran Generasi Muda dan mahasiswa dalam melestarikan budaya Melayu Rokan Hulu yang menghadirkan tokoh Rokan Hulu di Pekanbaru Datuk AL Azhar dan Drh Chaidir MM, dan menetapkan tari tepak sirih sebagai tari resmi penyambutan tamu besar dan tamu penting yang datang ke Kabupaten Rohul.
Kemudian agar berbagai etnis dan paguyuban memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan, dan dapat berkembang dengan baik di Kabupaten Rohul ini. Karenanya Sukiman menetapkan lokasi pusat pengembangan seni budaya melayu dan 6 (enam) besar paguyuban/kekerabatan di Kabupaten Rohul.
Dengan harapan keberagaman yang ada menambah kekayaan dan hasanah budaya di Kabupaten Rohul. Disamping itu, Sukiman juga berhasil meraih pengakuan karya budaya Rokan Hulu menjadi karya budaya Indonesia oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, berupa 3 warisan budaya tak benda (WBTB), yang terdiri dari Silek 3 bulan, Ratik Bosa/Togak dan Lukah Gilo pada tahun 2018 lalu.
Kemudian dua karya budaya berupa sertifikat peentapan WBTB Indonesia, berupa Tari Cegak dan Buwong Kwayang pada tahun 2019 ini. Selain itu, Pemkab Rohul juga memperoleh penetapan 11 cagar budaya peringkat Provinsi Riau yang perlu di lestarikan, termasuk beberapa lokasi sejarah dan tempat religi yang ada di Rohul.
Bahkan Sukiman kembali membangkitkan sejarah Kabupaten Rohul untuk menambah eksistensi Rokan Hulu sebagai Negeri Melayu. Mengingat beberapa hal yang unik dan khusus dimiliki Kabupaten Rohul, yang berbeda dengan kabupaten lain.
Seperti Rokan hulu merupakan satu satu kabupaten secara Nasional yang berasal dari eks 5 raja, memiliki Benteng 7 lapis dari Pahlawan Nasional Tuanku Tambusai. Sejarah peradaban berabad yang lalu di Makam Raja Rambah.
Tempat kelahiran Sufi Asia Tenggara bahkan Asia, Syekh Abdul Wahab Rokan di Desa Rantau Binuang Sakti Kecamatan Kepenuhan. Rumah kediaman istimewa berupa Istana Raja Rokan di Kecamatan Rokan IV Koto.
Sampai kepada pemeliharaan dan pembangunan rumah dan tapak Kaki Suri Andung Jati di Kaiti Kecamatan Rambah, yang konon berasal dari Kayangan yang merupakan sejarah asal usul etnis Mandailing di Kabupaten Rohul.
‘’Saya memang dilahirkan dan dibesarkan di tanah jawa, namun dengan takdir dan ketentuan Allah SWT, sekarang saya berada di Rokan Hulu Bumi Melayu. Maka saya harus menjunjung tinggi dan tunduk dengan budaya melayu itu sendiri,’’ tuturnya
Sementara dibidang Pariwisata Rohul, Sukiman menyadari potensi Pariwisata Rohul jika dikembangkan akan memberikan kontribusi cukup berarti bagi daerah ini. Baik untuk membuka lapangan kerja baru maupun sumber pendapatan baru.
Baik bagi generasi muda maupun masyarakat umum. Maka secara bertahap Sukiman memberikan perhatiannya dengan mengambil langkah dan terobosan untuk mengembangkannya. Disamping mengembangkan potensi yang telah ada seperti Tanah Kelahiran Syekh Abdul Wahab Rokan di Rantau Binuang Sakti.
Penataan Komplek Makam Raja Rambah, pengusulan Masjid Agung Islamic Center sebagai salah satu destinasi wisata religi tingkat Nasional ke Kementerian Pariwisata RI. Sampai masuknya destinasi wisata Suligi Hill sebagai nominasi nasional penerima Anugerah Pesona Indonesia Tahun 2019.(epp/adv)
